Rabu, 08 Desember 2021

Pintu

 Teh hangat di hari yang dingin tidak banyak membantu. Setidaknya untukku. Di kamar sempit dan kumuh ini hanya ada sebotol air, cangkir yang jarang digunakan, dan sebuah teko yang terbengkalai. 

Kuketuk dinding kamarku dua kali. Barangkali aku akan menemukan tempat yang hangat saat pintu ajaib terbuka. 

Tidak ada apapun. 

Kucoba mengetuk tiga kali. Barangkali orang dari dimensi lain akan mendengar dan membiarkanku masuk.

Lagi. Tidak ada apapun. 

Kucoba ketuk empat kali. Mungkin di tempat itu ada banyak ketukan pintu dari orang-orang seperti ku. Mereka pasti kewalahan membuka pintu. 

Lagi-lagi, tidak ada apapun. 

Kuketuk lagi sebanyak lima kali. 

"Tolong, aku ingin pergi." 

Aku sepenuhnya sadar, berapa kali pun kuketuk dinding itu, dia akan tetap menjadi dinding yang dingin. 

Aku teringat sebuah serial animasi yang sempat kusuka, Fruits Basket. Aku tidak ingin menangis lagi. Aku ingin seperti Hatori, yang memiliki Mayu untuk menggantikannya menangis. Jika aku tidak menangis, mungkin aku akan bertemu seseorang seperti Mayu. Di saat itu, dunia pasti terasa sedikit lebih hangat.

Jumat, 03 Desember 2021

Selimut

Aku sangat suka tidur dengan selimut, walau di siang hari sekalipun. Di cuaca panas, selimut kupakai hingga ujung kaki. 

Di waktu aku tidak tidur, aku bercerita kepada teman. 

"Ah, maksudku bukan begitu. Tapi, sudahlah."

Tentu saja itu tidak keluar dari mulutku. 

Di hari-hari aku tidak terlelap, aku memejamkan mata. Selimutku terpasang hingga dada. Hatiku yang dingin terbalut selimut, walau tak berguna. 

Kutarik selimut hingga ujung kepala. Saat itu temanku ada, hatiku mencair lewat mata. Ketika selimutku terbuka, temanku sirna.