Rabu, 19 Juni 2013

Scarlet-3: Bertemu Kian Egan

Scarlet benar-benar kembali ke rumah itu. Rumah di mana tetangga misteriusnya tinggal. Tetangga barunya itu tentu cukup heran dengan seringnya Scarlet datang, tapi Scarlet selalu beralasan mengantar kue buatan ibunya kepada mereka. Mrs.Feehily hanya dapat tersenyum dan menawarkannya untuk masuk. Tiap tawaran itu selalu Scarlet manfaatkan sebaik mungkin tanpa pernah menolaknya.

Scarlet mengetahui semuanya saat memasuki rumah itu. Mendengar potongan-potongan cerita yang diceritakan Mrs.Feehily. Tentu wanita itu tidak begitu saja menceritakan semuanya kepada Scarlet, ia menjaga privasi keluarga tersebut. Namun dengan seringnya Scarlet berkunjung dan melakukan pendekatan dengan mereka. Mrs.Feehily merasa nyaman berbincang-bincang dengannya. Begitu juga dengan Mark, meskipun jarang berbicara namun ia selalu menjawab jika Scarlet bertanya. Mereka berdua orang yang ramah.

Kenyataan pahit yang harus menimpa Mark mulai dari lahir adalah, ia buta permanen dan sama sekali tidak pernah melihat dunia. itu menjawab pertanyaan Scarlet mengapa tatapan pria itu begitu aneh, tidak fokus kepada objek yang diajaknya berbicara, dan warna bola matanya tidak seperti bola mata biasanya. Tapi Scarlet menganggap sepasang mata itu masih cantik dan menyita perhatiannya. Scarlet perih saat mengetahui kenyataan itu. tidak bisa dibayangkannya, bagaimana jika ia yang berada di posisi Mark. Tidak tau gelap dan terang, indah dan jelek, semuanya terlihat gelap di matanya. Bahkan mungkin Mark tidak menyadari yang dilihatnya itu gelap. Ayah Mark, Oliver Feehily meninggal sejak Mark berusia sepuluh tahun. Sedih sekali hidupnya, tanpa pengelihatan dan tanpa ayah. Tapi setidaknya dia punya ibu yang sangat menyayanginya dan selalu mendampinginya. Tetap saja Scarlet sedih membayangkannya. Mrs.Feehily mempunyai sebuah salon di tengah kota, ia tidak perlu repot-repot ke sana setiap hari karena memiliki orang kepercayaan di sana.

Mrs.Feehily juga bercerita tentang Mark yang tidak mau lagi bersekolah di sekolah musik khusus anak-anak cacat di kota ini. Mrs.Feehily sudah membujuknya berkali-kali agar kembali ke sekolah itu, tapi dia tetap tidak mau. Keras kepala memang, namun Scarlet tidak menganggapnya sebagai anak bandel. Mrs.Feehily menjelaskan alasnya pada Scarlet, hanya saja Scarlet ingin mendengar dari Mark sendiri. Dan ia juga berharap dapat membujuk mark kembali ke sekolah itu. Bakatnya tidak bisa di simpan begitu saja.

“Kenapa kamu tidak mau ke sekolah lagi?” Scarlet berbicara dengan nada lembut, hanya saja raut wajah Mark berubah ketika mendengar pertanyaan itu. Saat itulah jantung Scarlet mulai berdebar.
“Mom sudah menceritakannya bukan?! Aku benci Welc tua yang memperlakukanku seperti anak idiot. Aku memang buta tapi aku masih punya otak untuk berfikir! Dan jangan bujuk aku untuk kembali ke sana karena itu akan sia-sia.” Jawab Mark ketus, Scarlet bisa merasakan kekesalannya.
“Aku mengerti, hanya saja..”
“Kamu tidak mengerti apa-apa” Potong Mark. “Itu sebabnya kamu datang kesini untuk mencari tahu. Begitu kan? Kamu penasaran bagaimana bentuknya orang buta, bagaimana kebiasaan mereka, bagaimana kepribadian mereka. Kamu hanya datang karena aku buta, dan sebaiknya berhentilah menelitiku!”
“ Aku tidak begitu!” Sergah Scarlet dengan nada tinggi.
“Tentu saja kamu begitu!”
“Terserah kamu mau memanggapku begitu!” hanya itu yang dapat Scarlet ucapkan. Karena ia sendiripun sama sekali tidak tau apa yang membuatnya tertarik dengan pemuda ini.
Sepertinya Scarlet terlalu banyak bertanya hari ini, dan hasilnya Mark menjawab pertanyaannya dengan kasar, kemudian keduanya bertengkar. Scarlet sadar bahwa itu kesalahannya, hanya saja, ada sesuatu yang membuatnya ingin mengenal lebih dalam pria buta itu. Scarlet meninggalkan rumah itu dengan penyesalan, namun ia tidak meminta maaf pada Mark akibat mementingkan gengsinya. Walaupun setelah itu, setiap detik yang Scarlet punya dipenuhi dengan rasa bersalah.

*

Scarlet tidak dapat memejamkan matanya, hatinya masih dirasuki rasa bersalah. Memang tidak seharusnya dia begitu sampai tidak berfikir bahwa Mark akan tersinggung. Scarlet sangat sedih, karena itu membuntukan jalannya untuk bertemu dengan Mark, orang yang membuatnya penasaran dan selalu tertarik untuk bertemu dengannya. Dia sudah membuat kesalahan besar, dan cara terbaiknya adalah meminta maaf. Tunggu!

Tapi Scarlet punya yang lebih baik dari pada meminta maaf.

*

Pagi itu, Scarlet bangun pagi tanpa disuruh. Suatu mukjizat yang jarang sekali terjadi. Berkemas secepat mungkin, membuat Nicky dan penguni lain rumah itu terheran-heran. Tapi mereka akhirnya tersenyum, mengira putri mereka telah dewasa dengan sendirinya tanpa perlu ocehan atau teriakan lagi.
“Aku pergi!” teriak Scarlet dari pintu depan dan langsung melesat meninggalkan rumah. Nicky heran karena Scarlet sama sekali tidak menunggunya kali ini. Nicky tidak mempermasalahkannya, lagipula mereka sudah besar.

Beberepa menit kemudia, setelah menyantap sarapannya, Nicky meninggalkan meja makannya dan menyadari Scarlet tidak memakan sarapannya. Scarlet sebenarnya sudah biasa tidak menyantap sarapannya, Scarlet tidak punya waktu untuk untuk sarapan jika bangunnya pun kesiangan. Tapi hari ini dia bangun cepat, seharusnya ia sarapan.

Nicky berseru “Aku pergi!” kemudia berjalan santai meninggalkan rumah. Angin pagi yang menerpan wajahnya terasa sangat segar dan agak basah berembun. Nicky menggaru-garuk kepalanya ketika melihat adiknya berdiri di depan rumah tetangganya. Seharusnya dia berjalan ke sekolah.

“Woy Scar! Sekolah di sana!” Nicky berteriak sambil menunjuk ke depan dengan telunjuknya. Scarlet hanya menoleh sambil memberi aba-aba pergilah duluan. “Nanti terlambat!” Nicky mengingatkan. Scarlet menggeleng dan memberi aba-aba sekali lagi. Akhirnya Nicky hanya mengangkat bahu dan berjalan kesekolah. Biarkanlah adiknya yang bodoh tau rasa sekali-sekali.

*

Scarlet kerumah tetangganya itu, lagi. Kemudian mengetuk pintunya dan sudah pasti Mrs.Feehily yang membukakan pintu.

“Ah, maaf mengganggu, Nyonya. Tapi aku ke sini hanya untuk mengajak Mark berangkat bersma” Scarlet menyatakan tujuannya tanpa keraguan sedikitpu. Scarlet sudah menetapkan niatnya itu sejak tadi malam, dan setelah memikirkan rencana ini matang-matang barulah ia dapat tidur.
“Maaf Scar, tapi dia akan menolak” Jawab Mrs.Feehily tidak enak.
“Anda bahkan belum memberitahunya bahwa aku datang untuk mengajaknya berangkat bersama”
“Tapi itu akan sia-sia”
“Anda belum mencoba” Scarlet tetap membujuknya, sepertinya bukan hanya Mark yang perlu dibujuk.
“Baiklah” Wanita itu kembali masuk ke rumahnya dan memanggil putra satu-satunya. Scarlet bisa mendengar bahwa Mark menolak untuk pergi. Ibunya membujuknya sekali lagi dan jawabannya masih sama, penolakan.
“Oh! Tidak apa-apa nyonya!” Scarlet berteriak dari luar. “Aku hanya tidak akan pergi jika dia tidak pergi” Sambung Scarlet.

Tidak lama kemudian lelaki besar berjalan dengan tongkat besinya menuju Scarlet, persis seperti yang Scarlet bayangkan. Laki-laki itu menghampirinya dengan wajah masam.
“Kamu masih ingin menelitiku?!” Ujar Mark ketus. Scarlet sudah menyiapkan diri untuk hal-hal semacam itu.
“Tidak, aku sama sekali tidak menelitimu. Aku hanya mengajakmu pergi bersama ke sekolah, karena sekolah kita satu arah. Lagipula kamu remaja enam belas tahun yang seharusnya belajar di sana. Kamu tetanggaku dan aku hanya berusaha bersikap ramah, bukan membuatmu sebagai bahan pengamatan.”
 “Oh ya?” Sahut Mark dingin.
“Ya!”
“Bagaimana jika aku tidak mau pergi? Kamu akan tetap di sini dan tidak pergi ke sekolah?” Suaranya terngar tajam.
“Tepat sekali!”
“Kamu Aneh!”
“Terserah”
“Pergilah, karena aku tidak akan pergi” Usir Mark, namun Scarlet tetap berdiri di depannya tanpa menggerakkan kakinya sedikitpun.
“Aku kan sudah bilang, aku akan pergi jika kamu pergi.”
“Kamu tau aku tidak akan pergi! Jadi, pergilah sekarang!” Mark mulai emosi.
“Tidak akan.”
“Baik, kita lihat sampai kapan kamu akan berdiri di sini”
“Baiklah” Jawab Scarlet santai saat laki-lai itu berbalik dan meninggalkannya.

*

Mrs.Feehily bolak-balik membujuk Scarlet agar pergi (dengan sopan tentunya) dan membujuk anaknya ke sekolah agar Scarlet tidak menunggu-nunggunya lagi. Setengah jam sudah Scarlet berdiri di sana, Mrs.Feehily menyuruhnya untuk duduk namun Scarlet menolak. Ia maih ingat benar dengan kata-kata “Baik, kita lihat sampai kapan kamu akan berdiri di sini”. Mrs.Feehily membujuk putanya sekali lagi dan memberitahukan bahwa Scarlet masih di sana, berdiri dan tidak mau pergi. Mark mendengus kesal, kemudia ia berjalan dengan emosi menuju tempat Scarlet berdiri.
“Apa yang kamu mau?!”
“Kamu ke sekolah bersamaku” Jawab Scarlet santai.
“Kamu tau aku tidak akan pergi!”
“Dan begitu juga denganku, jika kamu berpikiran begitu”

Mark berkali-kali mendesah, ingin rasanya ia memaki-maki gadis itu kalau saja tidak ada ibunya yang menenangkannya sambil mengelus-ngelus punggungnya. Apa maksud gadis satu ini. Baru beberapa minggu menjadi tetangganya kemudian bertingkah seperti orang anehdi depan rumahnya. Parahnya lagi perempuan ini tidak mau pergi, dan Mark sudah mengetahui bahwa gadis ini benar-benar sudah terlambat untuk ke sekolah. Artinya, dia serius dengan ucapannya.

Mark mendesah. “Ambilkan Tasku, Mom. Aku harus pergi hari ini”

*

Mrs.Feehily berniat ikut mengantarkan Mark, sebagaimana yang dulu ia lakukan bersama dengan putranya. Namun Scarlet meyakinkan Mark akan baik-baik saja bersamanya, ia akan bertanggung jawab hingga Mark menginjakkan kakinya di rumah ini lagi, nanti saat ia pulang. Akhirnya Mrs.Feehily menyetujuinya dan di sinilah Scarlet dan Mark berada, di trotoar menuju St. Abercius Marcellus, Sekolah musik khusus anak-anak cacat. Scarlet sendiri tidak tau bagaimana rupa sekolah itu dari dalam.

Di sepanjang jalan, mereka berdua hanya diam. Scarlet sesekali menarik lengan Mark menunjukkan arah ke sekolahnya. Scarlet yakin sudah sangat lama Mark tidak ke sana sampai ia lupa jalannya. Scarlet tau dia sudah sangat terlambat untuk ke sekolahnya dan entah hukuman apa yang akan diterimanya, tapi dia merasa senang karena akhirnya ia berhasil membawa Mark ke sekolahnya.

Dari luar St.Abercua Marcellus terihat sangat besar dengan gerbangnya yang tinggi. Ada celah di gerbangnya yang dapat dilewati. Scarlet menggiring Mark hingg masuk ke dalam lingkungan sekolah. Kemudian mereka mencari-cari tempat yang merupakan kelas untuk laki-laki itu.

Scarlet baru mengetahui bahwa pembagian kelas di sini berdasarkan alat musik yang mereka minati setelah melihat kelas-kelas dengan papan bertulis nama alat musik yang ada di dalamnya. Sekolah itu terlihat sepi dengan jumlah muridnya yang tidak seberapa, Scarlet mengamati tiap-tiap bagian di sini dan hanya menemukan beberap siswa di dalam sebuah ruangan. Scarlet mencari kelas bertuliskan piano di atas pintunya, dan beruntung mereka segera menemukannya.
“Kita sampai di kelasmu” seru Scarlet ceria, Mark tidak meresponnya sama sekali. “Maaf atas kemarin, aku tidak bermaksud begitu” Mark masih tetap diam.
“Ah! Akhirnya kamu datang juga!” Seru seseorang dari dalam ruangan. Untuk sesaat Scarlet tercengang melihat orang itu. Inikah Welc tua yang disebut Mark? Dia bahkan tidak punya kerutan di wajahnya dan rambutnya coklat seratus persen tanpa uban. Wajahnya rupawan, seperti pangeran dari kerajaan yang menyamar dibalik kemeja putihnya. “Biarkutebak, kamu Markus Feehily bukan? Karena hanya kamu satu-satunya murid di kelas piano” Dan sekarang Scarlet tidak yakin ini Welc tua, karena ia tidak mengenali Mark.
“Anda siapa?” Tanya Mark karena dia merasa tidak familiar dengan suara itu. Welctua punya suara serak yang besar, namun pria ini berbeda.
“Kurasa kamu memang sudah sangat lama tidak datang ke sini. Aku Kian Egan, pengganti Mr.Welc yang pensiun beberapa bulan lalu. Aku yakin kamu akan kembali, nak. Kamu cinta musik dan tidak akan lepas darinya walau apapun masalahmu.”
“Terserahlah yang penting pak tua itu sudah tidak ada lagi” Gumam Mark asal. “Aku senang dia tidak memperlakukanku seperti orang idiot lagi.”
“Percayalah nak, aku tidak seperti dia” Kian berusaha meyakinkannya.
“Anda yakin?”
“Tentu! Ayo kita masuk sekarang, banyak sekali yang harus kamu pelajari.”  Ajak pria itu.
“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai ketemu nanti!” Seru Scarlet sebelum meninggalkan mereka berdua.

*

Scarlet sangat ketakutan saat melirik jam di dinding sebuah toko yang dilaluinya, ia sudah terlambat satu jam. Dia memang biasa terlambat, tapi tidak pernah separah ini. Ia berlari hingga ke gerbang sekolah. Hari masih bisa dikatakan pagi namun bajunya sudah basah oleh keringat. Ia mengetuk pintu saat tiba di ruang kelasnya. Dan saat itu semua pasang mata tertuju padanya. bukan pertanda baik.

*

Hukuman bagi Scarlet yang terlambat lebih dari satu jam untuk sampai ke sekolah. Ia terpaksa membersihkan Aula yang lama tidak dipakai sepulang sekolah. Sialnya aula itu besar sekali! Dan ia harus menjemput Mark sebelum Mark terlalu lama menunggunya dan entah apa yang akan terjadi. Ingin rasanya Scarlet meninggalkan hukumannya itu, hanya saja Mrs. Hewls mengawasi pekerjaannya. Betapa sialnya dia. Scarlet menggosokkan pengepelnya secepat yang ia bisa, membilasnya kemudian memerasnya sekencang yang ia bisa. Keringatnya tidak berhenti mengalir. Untuk mengelap keringatnya sajapun ia enggan agar pekerjaannya segera selesai. Tiap detik terasa sangat berharga bagi Scarlet. Scarlet mengira-ngira, kapan ini akan berakhir atau kapan Mrs.Hewls akan pergi dan tidak mengawasinya.

*

Sekolahnya dan St. Abercius Marcellus   terasa sangat jauh, Scarlet berlari-lari ke sana dengan nafasnya yang terengah-engah. Tiba di sana Scarlet mencari ruang kelas yang tadi di singgahinya. Tidak dipedulikannya kakinya yangpegal, cucuran keringatnya, dan nafasnya yang sengal. Ia sudah ketakutan Mark akan marah karena terlalu lama menunggu atau yang paling buruk, Mark pulang sendiri tanpa Scarlet! Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?! Mark adalah tanggung jawab Scarlet hingga ia sampai di rumah nanti.

Betapa senangnya Scarlet saat mendengar bunyi dentingan piano dari dalam ruangan itu, dan melihat Tuan Egan masih di sana bersama Mark. Mereka berdua kelihatan asik sendiri dengan lagu yang mereka mainkan. Scarlet mengambil nafas saat itu.

“Lagu Now and forever! Bisa kita mainkan sekali lagi?” Kian sudah melihat Scarlet di depan pintu dan tersenyum padanya. pelajaran memang sudah seharusnya usai hampir sejam yang lalu. Mereka memang benar-benar keasikan dengan dunia mereka sendiri hingga lupa waktu. Mark adalah murid yang cerdas, dan Kian sangat menyukainya.
“Mungkin besok, adikmu sudah menjemput. Lagipula kita sudah seharusnya berada di rumah”
“Adikku? Apa yang anda maksud Scarlet? Yang mengantarku tadi pagi?” Mark memastikan.
“Ya. Dia sudah menunggumu. Jadi, kamu masih mau belajar di sini?” Mark mengangguk semangat sambil tersenyum. “Kalau begitu datanglah besok”
“Tuan” Panggil Mark. “Dia bukan adikku”

*

Mereka pulang dengan suasana yang tidak canggung lagi. Mark sudah tersenyum dan sepertinya tidak sabar untuk besok. Ia bahkan bercerita bagaimana seorang Kian Egan mendidiknya. Dia memang pendidik namun ia mendidik seperti seorang teman. Cara itu sungguh berbeda dengan yang diterapkan Mr.Welc dan Mark senang sekali karena pak tua itu tidak ada lagi.
“Kamu senang hari ini?” Scarlet memastikan.
“Ya, tentu saja!”
“Apa aku dimaafkan?”
Mark berfikir untuk sesaat kemudian ia menjawbnya “Baiklah, kamu di maafkan karena telah mengembalikanku ke tempat seharusnya”
“Oh! Terimakasih!” Gumam Scarlet penuh kelegaan dan keceriaan. Tidak sia-sia seharian ini sial yang dialaminya. Semuanya terbayar dengan kata maaf yang diterima dan melihat Mark senang sekali dengan sekolahnya.
“Apa besok kita berangkat bersama lagi?” Tawar Mark.
“Tentu!” Jawab Scarlet cepat. “Tapi kita harus pergi lebih pagi supaya aku tidak dihukum lagi.”


komennya.. :D 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar