Rabu, 19 Juni 2013

Alanna-3:We Meet Again

Tahun baru tiba! Kembang api besar warna-warni bertebaran di langit malam yang gelap, sangat cantik dan terlihat jelas. Kami melewati tahun baru bersama-sama, seperti biasanya. Tidak tidur sepanjang malam, ngobrol sepanjang malam, dan makan sepanjang malam. Suatu kesenangan yang jarang sekali terjadi! Meskipun udara musim dingin di Sligo dingin sekali, kami tetap bersemangat menyambut tahun yang baru, semangat baru, cerita baru, dan hidup baru untuk Finn.

Aku berharap tahun baru yang akan datang akan tetap seperti ini, kalau bisa aku mau yang lebih ramai. Finn, kutunggu keponakan baruku! Ci, aku juga menunggu keponakanku. Well, Kelly, jangan cepat-cepat menyusul atau aku akan benar-benar sendirian di rumah. Aku tau, masih ada Maa, Dad, Snowy beserta kawanannya, tapi.. terserahlah, apapun asal kalian bahagia aku rela.

Maa dan Dad? Sudah pasti mereka tidak akan menikah lagi jadi jangan tanyakan. Snowy! Tetap dirumah! Menikah saja dengan teman-teman wanita di kandangmu.

*

Februari tiba, semua orang tidak sabar menunggu datangnya hari Valentine. Begitu juga dengan Finn, tapi bukan hari Valentine yang ditunggunya, meskinpun ia memang menunggu empat belas Februari. Sudah tau tanggal pernikahan Finn? Ya! Empat belas Februari. Mereka memilih tanggal itu agar semua orang di dunia merayakannya. Haha yang mereka rayakan hari Valentine Finn, bukan pernikahanmu. Tapi Finn sama sekali tidak peduli. Tanggal empat belas Februari juga sangat mudah diingat, walau tanggal berapapun sebenarnya tidak mungkin mereka melupakannya.

Semua orang sibuk, termasuk Ryan dan Sarah yang turut ikut ambil bagian. Dan aku dengan senang hati membantu apapun, termasuk mengangkat kursi gereja. Tidak, mereka tidak menyuruhku untuk hal seperti itu. Sebenenarnya tidak ada kesibukan berarti bagiku, mereka orang dewasa sudah mengatur semuanya. Aku hanya perlu menunggu hingga hari bahagia itu tiba, walaupun bukan aku yang menikah. Finn senang, akupun senang.

*

Sligo bersalju! Tentu saja, masih musim dingin di Sligo. Dan tanggal empat belas Februari akan menjadi hari bersalju yang membahagiakan. Halaman gereja ditata secantik mungkin dan di beberapa tempat salju sudah dibersihkan agar bisa dilewati. Bisa dibayangkan pernikahan yang putih, benar-benar putih. Sampai kulit pendeta yang akan menikahkan merekapun sedikit pucat dari biasanya. Oh! Cantik sekali.

Pohon-pohon kehilangan daun mereka, dan salju menumpuk di dahannya. Orang-orang menggunakan mantel tebal mereka dan menutupnya rapat-rapat. Uap menyerupai asap menyembut keluar tiap kali mereka mendesah. Benar-benar putih di mana-mana.

Finn berdiri dengan gagah di depan sana, dengan setelannya yang serba putih. Aku bisa melihat Finn begitu gugup menunggu pengantinnya, aku tersenyum melihatnya. sorot matanya terlihat bahagia walaupun bola matanya berlari ke sana kemari, mungkin mencari pengantinnya yang belum tiba. Finn berkali-kali mendesah, mungkin menenangkan dirinya sendiri. Harus kuakui, Finn tampan sekali  hari ini. Baiklah, dia memang tampan setiap hari tapi kali ini jauh lebih tampan! Aku yakin pasti banyak yang iri dengan Lindsay karena mendapatkan calon suami setampan itu. Aku juga sedikit iri karena Lindsay memiliki banyak waktu dengan Finn dibandingkan aku. Ayolah! Finn tidak mati, aku masih bisa bertemu dengannnya sesuka hati.

Kedua mata Finn membesar, aku sedikit heran melihatnya. Para tamu menoleh ke belakang dan aku mengikuti arah pandang mereka. Astaga, cantik sekali! Mataku ikut membesar seperi Finn. Lindasay berjalan menuju Finn. Langkahnya tidak gentar sama sekali, tapi jelas dia sama gugupnya seperti Finn. Ia mencengkram kuat lengan ayahnya. Gaun putihnya melekat indah dengan tubuhnya yang ramping. Ia lebih ramping dari biasanya, aku yakin dia diet! Haha sesuatu yang belum pernah aku lakukan, dan mungkin tidak akan pernah. Rambut pirangnya yang panjang digulung dengan manis, dihiasi dengan mungkit jepit berbentuk kristal putih yang berkilau saat bertemu cahaya. Dia terlihat cantik dan manis sekali! Selera yang bagus Finn.

Menurutku Lindsay itu manis sekali! Dia berbicara dengan lembut setiap saat, aku bisa bilang begitu karena aku belum pernah mendengarnya membentak-bentak sesuatu. Tingkahnya pun sama manis dengan wajahnya, ramah kepada siapa saja termasuk Snowy. Aku pernah mendengarnya berbicara dengan Snowy dan Finn mentertawakannya. Dia juga pernah memasak di rumah dan masakannya enak! Walaupun tidak bisa mengalahkan masakan buatan Dad.

Lindsay sampai pada tujuannya. Pria tua di sampingnya menyerahkan putrinya, kemudian mundur dan duduk di samping istrinya. Wajahnya terlihat, membingungkan. Mungkin sedih seperti yang kurasakan, namun terharu dan bahagia karena akhirnya putri mereka menemukan pendamping hidupnya.

Fiin bertemu dengan pengantinnya, aku bisa melihat wajah leganya. Keduanya terlihat lucu karena sama-sama gugup. Mereka menghadap pendeta yang akan menikahkan mereka. Huft.. hanya dalam hitungan menit setelah ini, mereka akan menjadi pasangan suami Istri. Mr.Egan & Mrs.Egan. mendengar mereka mengucapkan janji sehidup semati, sungguh ingin membuatku menangis. Mereka seperti pangeran dan putri di dalam dongeng. Menikah di antara salju putih yang mengelilingi mereka, saling mengucapkan sumpah setia, saling memandang binar mata mereka, memasangkan cincin di jari manis mereka, kemudian mereka benar-benar telah menjadi satu, dan Finn mencium pengantinnya. Sial! Aku tidak bisa menahan air mataku.

Para tamu bertepuk tangan saat pengantin itu saling berciuman. Untunglah bukan hanya aku yang menangis, Maa juga nangis! Sebenarnya Dad juga, tapi dia cepat-cepat menghapusnya, untung aku sempat melihat. Biar kutebak! Ci menggenggam erat tangan Sarah, aku yakin kedua orang itu saling bernostalgia.

Oh! Finnku satu-satunya, sekarang kamu banyak sekali yang memilikimu: aku, Ci, Kelly, Maa, Dad, dan Lindsay. Aku sangat bahagia karena akhirnya kamu menikah juga, setelah kukira wanita mana yang mau dengan laki-laki menyebalkan sepertimu. Aku tau kamu pria yang baik dan kamu pantas mendapatkan wanita yang baik pula. Aku bodoh karena terlihat seperti menangisimu, aku hanya menangis terharu! Love you Finn!

*

Aku hanya duduk sambil memandangi orang-orang yang sibuk berdansa dengan pasangannya. Sinar matahari memang tidak sebanyak musim semi, tapi matahari memang seharusnya sedang berada di atas kepalaku. Aku merasa sedikit lebih hangat setelah siang. Dad bersama Maa ikut berdansa di antara pasangan lainnya, dan pasangan pengantin baru kita tentunya. Lagu Endless love bermain mengiringi mereka. Pak tua yang memainkan piano di pojokpun menikmati permainannya sendiri. Syukurlah salju tidak turun saat acara pemberkatan tadi, atau pengantin baru kita akan membeku sebelum menikah. Acara selanjutnya dilakukan di dalam ruangan karena diluar dingin sekali. Tidak maukan kalau tamu-tamu pulang ke rumah masing-masing hanya karena kedinginan? Memang tidak begitu banyak tamu yang diundang, hanya keluarga dan kerabat dekat dari keluargaku dan Lindsay.

Acara pernikahan memang identik dengan lempar buket bunga, siapa yang dapat maka dialah pengantin selanjutnya. Kelly dan Ryan ikut-ikutan dalam kerumunan gadis-gadis yang berharap mendapatkan buket bunga itu. aku geleng-geleng kepala melihat dua orang itu. Saat Lindsay melemparkan buket bunganya, mereka yang menunggu bunga itu jatuh mulai riuh. Aku mengikuti ke mana bunga itu mendarat dan aku hampir tertawa terbahak-bahak saat Kelly berhasil mendapatkan buket bunga itu. Perlu perjuangan menangkap bunga itu di antara kerumunan gadis-gadis singel.
“Ray, aku dapat bunganya!” Kelly segera menuju Ryan dan memeluknya erat.
“Kita akan menjadi pengantin selanjutnya!”  Aku tersenyum mengingat kejadian itu. aku tidak ikut dalam acara lempar bunga itu karena banyak alasan, salah satunya, siapa yang mau menikah di usia yang belum genap tujuh belas tahun?
“Hmm.. Mau berdansa denganku nona?” Sebuah uluran tangan ditujukan kepadaku, aku melihat siapa wajah orang yang sedang menawarkanku itu.
“William!” Aku tidak dapat menyembunyikan senyumku! Aku kaget dan aku sangat merindukannya! Hampir setahun aku tidak melihatnya. Aku memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia sedikit bertambah tinggi, kulitnya lebih coklat, dan badannya lebih kurus dari yang dulu. Tapi dia terlihat, manis. “Kapan kamu di sini?”
“Sebenarnya sudah sejak tadi, hanya saja aku duduk di belakang bersama Matty. Jadi?”
“jadi apa?” tanyaku heran.
“Jadi dansa denganku, aku masih mengulurkan tangan padamu”  Aku tersenyum seraya meraih tangannya.
“Aku tidak tau kamu bisa menari atau sejenisnya”Seruku  saat aku meletakkan tangan di bahunya.
“Apa susahnya berdansa?” Aku hanya tersenyum sambil berdansa mengikuti alunan musik.
“Kukira kamu akan pakai Jeans hari ini. Apa yang salah dengan rambutmu? Mereka tidak tambah panjang?”
“Kamu pasti ingin menertawaiku dengan gaun ini. Tidak ada yang salah dengan rambutku, aku rutin memangkas mereka.” Jawabku.
“Kamu terlihat manis dengan gaun itu” Aku hanya tersenyum sipu. Bertemu teman lama membuatku agak canggung. Entah apa lagi yang harus kami bicarakan.
“Mau keluar?” Ajak Will.
“Baik, di sini agak ramai”

Perasanku saja atau Will sudah berubah menjadi lebih berani dan banyak bicara. Will menggenggam tanganku saat kami berjan di antara kerumunan orang. Saat itu pipiku memerah, mungkin Will tidak menyadarinya. Tapi ini terasa aneh buatku, apa mungkin di California ini dia biasa begini?

Kami tiba di luar, di mana bangku-bangku panjang kosong tanpa seorangpun yang duduk di atasnya. Udara terasa lebih dingin di sini. Will masih menggenggam tanganku dan aku bisa merasakan hangat telapak tangannya. Will melepaskan genggamannya, mungkin saat dia sadar bahwa itu tidak biasa.
“Ku harap kamu tidak keberatan kita ngobrol di luar”Will membuka percakapan.
“tentu tidak, aku senang dengan udara dingin di sini”
“Bagaimana sekolahmu?”
“Baik, tidak ada nilai-nilai yang buruk. Semua pelajaran kulahap sampai habis” Will tersenyum lebar mendengarnya.
“Bagaimana dengan Bawyn?”
“Ah, kamu masih ingat dengan orang gila itu?! Dia baik-baik saja dan dia kembali bersma Lyana. Itu tidak terlalu aneh, tapi cukup mengejutkanku.” Kami terus berbicara sambil berkeliling.

*

William masih ingat dengan sejas bagaimana Sligo sebelum di tinggalkannya. Aku memang berlebihan, dia bahkan baru pergi setahun yang lalu. Ia menjadi teman bicara yang menyenangkan, lebih banyak membuat percakapan dan sedikit lebbih terbuka. Sepertinya William pemalu dan pendiam dipreteli habis oleh California. Itu tidak terlalu buruk karena dia masih sama ramahnya dengan William yang dulu, bahkan William yang sekarang sangat menyenangkan. Bukan berarti William yang dulu membosankan.
“Kelly mendapatkan bunga itu?” William terdengar antusias dengan ceritaku.
“Ya! Dan aku menahan tawa saat melihatnya!” Will tertawa membayangkannya. Cukup lucu saat ada dua orang laki-laki yang terobsesi hidup bersama nekat bersempit-sempit ria di antara gadis-gadis penanti bunga. “Berapa lama kamu di Sligo? Masih lama kan?”
“Sebenarnya aku tidak bisa lama-lama di sini. Banyak tugas yang harus kuselesaikan di sana. Aku sangat kenyang dengan buku-buku tebal bahkan hampir muntah melihat mereka setiap hari!” Will berekspresi jijik.
“Kamu jadi lebih cerewet”
“Dulu kamu juga pernah bilang begitu” Will mengingatkanku saat berada di lantai tiga gedung sekolah. “Kurasa semakin tua aku semakin cerewet. Atau mungkin California yang mengubahku? Mungkin keduanya. Apa aku aneh jika menjadi sedikit lebih cerewet?” Aku menggeleng dan sesekali melirik mata biru tuanya.
“Tidak, aku senang kamu cerewet.” Aku meyakinkannya.
“Kalau begitu aku senang aku cerewet.” Kami hanya diam setelah itu. Aku tidak suka saat-saat seperti ini,begitu canggung dan rasanya sangat aneh.
“Ally” Aku menoleh saat namaku dipanggil, dan aku sangat senang akhirnya dia mengucapkan sesuatu. Aku memasang wajah menunggu kata-kata selanjutnya. “Boleh aku minta nomor, e-mail atau apa saja agar aku bisa menghubungimu?”

Benar juga, satu tahun belakangan ini kami tidak bernah saling bertanya kabar apalagi berbicara. Aku hanya mengetahui kabarnya jika Dad dan paman Mark sedang berbicara dan sedikit menyinggung tentang William. Dan paman Mark tidak begitu sering berkunjung ke rumah karena ia juga sibuk dengan pekerjaannya.
“tentu” jawabku. 




so ini dia hasil nggak tidurku semalaman! :D (gimana mau tidur kalo seharioan udah tidur -_-)
hehe komennya komennya!! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar