By: Chintya Tjoa
"Pangeran Kianleaghly ! Untuk ke sekian kalinya bisakah anda berkonsentrasi dengan pelajaran ini ?!" Suara Sir Simonley memecahkan lamunan Kian.
"Ahhh... Maaf, Sir Simonley. Maaf sekali." Jawab Kian gelisah
"Ada apa dengan anda hari ini, Pangeran ? Anda tampak gusar sekali."
"Em.., Sir Simonley, apakah anda pernah melihat orang yang memiliki kecakapan yang aneh ?"
"Kecakapan apa yang anda maksud, Pangeran ?" Jawab Sir Simonley penasaran
"Kecakapan aneh.. Ia bisa berbicara atau mengeluarkan suara dengan mulut yang tertutup rapat."
"Ia siapa yang anda maksud, pangeran ?"
"hm... Jawab saja pertanyaan ku !" Kian mulai jengkel dengan jawaban Sir Simonley yang tidak membantunya sama sekali.
Sir Simonley hanya diam dan kembali dengan pelajaran Taktik Perang yang sungguh membosankan. Dalam hati, Kian bersumpah akan menemui anak itu malam ini. Tepat tengah malam ini, karena ia tau para prajurit akan pergi dan digantikan oleh prajurit yang lain. Dan Kian mempunyai waktu beberapa menit untuk menyelinap masuk ke Penjara Bawah Tanah.
Malamnya...
"Kakak.." suara manis Putri Mariellendly memecah keheningan perpustakaan luas itu.
"Ya ?"
"Anak tadi, akan ayah apakan ?"
"Tidak akan diapa-apa kan, kok. Ayah adalah Raja yang paling bijaksana !" Kian mengelus kepala adiknya dan mengecup keningnya
"Kak, aku ingin bertemu dengannya."
"Tidak boleh ! Penjara bawah tanah, bukanlah tempat yang pantas untuk Putri anggun dan cantik seperti mu. Apakah kamu tidak ingat kita dilarang mendekat kesana ?"
"Tapi..."
"Sudah.. Sudah.. Ayo kembali ke kamar, ini sudah larut."
Kian yang tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini pun mengandeng tangan adiknya dan membawanya kembali ke kamar tidurnya yang terlatak di Menara Utara.
Kian menemani adiknya disana hingga ia tertidur pulas, lalu keluar dari kamarnya dan berjalan ke kamarnya sendiri.
Kian sedang meringkuk dalam selimutnya dalam kegelapan kamarnya. Karena ia tahu Bibi Pangasuh akan mengecek semua kamar mereka tepat jam 11:45 sebelum tengah malam.
Benar saja, belum lama setelah itu, tedengar langkahan kaki dari luar kamarnya, mata biru miliknya itu menyelinap keluar dari sela-sela selimut dan melihat cahaya lentera yang di pegang oleh Bibi Pengasuh dari sela-sela pintu kayu ek itu.
Pintu terbuka dan terlihat sesosok wanita yang memakai baju biru tua dengan celemek putih mengelilingi pingangnya.
Kian sudah mengenali sosok wanita itu dari bayi, karena ia lah yang merawatnya dikalah Ibundanya sedang sibuk atau sakit.
Setelah membetulkan selimut Kian, Bibi Pengasuh pun berjalan keluar dari kamar dengan pelan.
Ketika langkahan kaki dan cahaya lentera itu tidak terlihat lagi, Kian bangkit dari kasurnya dan mengganti pakaiannya dengan jubah hitam yang panjang. Lengkap dengan kerudung yang menutupi kepalanya.
Kian tetap menunggu dan menunggu, berjalan hilir mudik mengelilingi kamarnya, perasaannya gelisah, tegang dan takut bercampur menjadi satu.
Teng..!! Teng..!! Teng..!!
Itulah bunyi jam yang ditunggu-tunggunya dari tadi !
Tepat tengah malam, dan akan dilakukannya penggantian prajurit.
Dengan cepat dan berusaha tidak mengeluarkan suara, Kian menyusuri koridor istana ke Penjara Bawah Tanah.
Terdengar suara langkahan kaki yang keras, Kian yakin itu adalah suara sepatu besi milik salah satu prajurit disana. Kian pun bersembunyi di balik tiang penyangga yang besar.
Klontang klontang suara itu terdengar lebih jelas, dan benar itu adalah salah satu prajurit yang naik ke atas untuk digantikan. Setelah 2 prajurit itu pergi menjauh, dengan cepat Kian menyelinap masuk ke dalam penjara bawah tanah itu.
"Tolong aku ! Aku tidak bersalah, aku tidak berbahaya, tolong aku !"
suara yang tadi didengar Kian terdengar lagi, dengan kaki gemetaran dan wajah yang memucat, Kian berjalan ke sel terakhir yang berada di ujung penjara bawah tanah yang mengerikan ini.
"ehem.. hem !" Deham Kian
"Pangeran ! Pangeran Kianleaghly , tolong aku ! Aku tidak bersalah, para perompak itu menculikku dan menempatkanku di kapal itu !" Kata anak itu tanpa membuka kelopak matanya maupun mulutya.
"Perompak ?? Kau Bohong ! Kapal itu bukanlah kapal perompak ! Kapal itu memiliki lambang kerajaan, dan sama sekali bukan kapal perompak." Kata Kian tegas dengan suara yang lantang.
"Aku mohon percayalah padaku ! Kapa itu memang bukan kapal perompak, itu kapal dari kerajaan ayahku ! Ayahku, Happy Oliver ! Raja Happy Oliver !"
Kian binggung setengah mati, haruskah ia memercayai perkataan anak aneh berambut hijau ini ?
Apakah Kian harus melaporkan kepada sesorang tentang perkataan anak ini tadi ?
Tentang perompak yang menculiknya dan ayahnya yang bernama Happy Oliver ?
Menurut Kian, hal yang dikatakan anak itu benar-benar diluar masuk akal !
TBC
"Pangeran Kianleaghly ! Untuk ke sekian kalinya bisakah anda berkonsentrasi dengan pelajaran ini ?!" Suara Sir Simonley memecahkan lamunan Kian.
"Ahhh... Maaf, Sir Simonley. Maaf sekali." Jawab Kian gelisah
"Ada apa dengan anda hari ini, Pangeran ? Anda tampak gusar sekali."
"Em.., Sir Simonley, apakah anda pernah melihat orang yang memiliki kecakapan yang aneh ?"
"Kecakapan apa yang anda maksud, Pangeran ?" Jawab Sir Simonley penasaran
"Kecakapan aneh.. Ia bisa berbicara atau mengeluarkan suara dengan mulut yang tertutup rapat."
"Ia siapa yang anda maksud, pangeran ?"
"hm... Jawab saja pertanyaan ku !" Kian mulai jengkel dengan jawaban Sir Simonley yang tidak membantunya sama sekali.
Sir Simonley hanya diam dan kembali dengan pelajaran Taktik Perang yang sungguh membosankan. Dalam hati, Kian bersumpah akan menemui anak itu malam ini. Tepat tengah malam ini, karena ia tau para prajurit akan pergi dan digantikan oleh prajurit yang lain. Dan Kian mempunyai waktu beberapa menit untuk menyelinap masuk ke Penjara Bawah Tanah.
Malamnya...
"Kakak.." suara manis Putri Mariellendly memecah keheningan perpustakaan luas itu.
"Ya ?"
"Anak tadi, akan ayah apakan ?"
"Tidak akan diapa-apa kan, kok. Ayah adalah Raja yang paling bijaksana !" Kian mengelus kepala adiknya dan mengecup keningnya
"Kak, aku ingin bertemu dengannya."
"Tidak boleh ! Penjara bawah tanah, bukanlah tempat yang pantas untuk Putri anggun dan cantik seperti mu. Apakah kamu tidak ingat kita dilarang mendekat kesana ?"
"Tapi..."
"Sudah.. Sudah.. Ayo kembali ke kamar, ini sudah larut."
Kian yang tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini pun mengandeng tangan adiknya dan membawanya kembali ke kamar tidurnya yang terlatak di Menara Utara.
Kian menemani adiknya disana hingga ia tertidur pulas, lalu keluar dari kamarnya dan berjalan ke kamarnya sendiri.
Kian sedang meringkuk dalam selimutnya dalam kegelapan kamarnya. Karena ia tahu Bibi Pangasuh akan mengecek semua kamar mereka tepat jam 11:45 sebelum tengah malam.
Benar saja, belum lama setelah itu, tedengar langkahan kaki dari luar kamarnya, mata biru miliknya itu menyelinap keluar dari sela-sela selimut dan melihat cahaya lentera yang di pegang oleh Bibi Pengasuh dari sela-sela pintu kayu ek itu.
Pintu terbuka dan terlihat sesosok wanita yang memakai baju biru tua dengan celemek putih mengelilingi pingangnya.
Kian sudah mengenali sosok wanita itu dari bayi, karena ia lah yang merawatnya dikalah Ibundanya sedang sibuk atau sakit.
Setelah membetulkan selimut Kian, Bibi Pengasuh pun berjalan keluar dari kamar dengan pelan.
Ketika langkahan kaki dan cahaya lentera itu tidak terlihat lagi, Kian bangkit dari kasurnya dan mengganti pakaiannya dengan jubah hitam yang panjang. Lengkap dengan kerudung yang menutupi kepalanya.
Kian tetap menunggu dan menunggu, berjalan hilir mudik mengelilingi kamarnya, perasaannya gelisah, tegang dan takut bercampur menjadi satu.
Teng..!! Teng..!! Teng..!!
Itulah bunyi jam yang ditunggu-tunggunya dari tadi !
Tepat tengah malam, dan akan dilakukannya penggantian prajurit.
Dengan cepat dan berusaha tidak mengeluarkan suara, Kian menyusuri koridor istana ke Penjara Bawah Tanah.
Terdengar suara langkahan kaki yang keras, Kian yakin itu adalah suara sepatu besi milik salah satu prajurit disana. Kian pun bersembunyi di balik tiang penyangga yang besar.
Klontang klontang suara itu terdengar lebih jelas, dan benar itu adalah salah satu prajurit yang naik ke atas untuk digantikan. Setelah 2 prajurit itu pergi menjauh, dengan cepat Kian menyelinap masuk ke dalam penjara bawah tanah itu.
"Tolong aku ! Aku tidak bersalah, aku tidak berbahaya, tolong aku !"
suara yang tadi didengar Kian terdengar lagi, dengan kaki gemetaran dan wajah yang memucat, Kian berjalan ke sel terakhir yang berada di ujung penjara bawah tanah yang mengerikan ini.
"ehem.. hem !" Deham Kian
"Pangeran ! Pangeran Kianleaghly , tolong aku ! Aku tidak bersalah, para perompak itu menculikku dan menempatkanku di kapal itu !" Kata anak itu tanpa membuka kelopak matanya maupun mulutya.
"Perompak ?? Kau Bohong ! Kapal itu bukanlah kapal perompak ! Kapal itu memiliki lambang kerajaan, dan sama sekali bukan kapal perompak." Kata Kian tegas dengan suara yang lantang.
"Aku mohon percayalah padaku ! Kapa itu memang bukan kapal perompak, itu kapal dari kerajaan ayahku ! Ayahku, Happy Oliver ! Raja Happy Oliver !"
Kian binggung setengah mati, haruskah ia memercayai perkataan anak aneh berambut hijau ini ?
Apakah Kian harus melaporkan kepada sesorang tentang perkataan anak ini tadi ?
Tentang perompak yang menculiknya dan ayahnya yang bernama Happy Oliver ?
Menurut Kian, hal yang dikatakan anak itu benar-benar diluar masuk akal !
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar