Jumat, 16 November 2012

Friendship and Alliance Part 3

By: Arum Ningdyah





"Siapa kamu??" Kian bertanya dengan perasaan sedikit takut.
"Aku Shane, Shanefilan Oliver. Putra mahkota kerajaan Oliver."
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?? Kenapa kamu bisa berbicara tanpa membuka mulutmu?? dan satu lagi, kenapa rambutmu berwarna hijau??"
"Ini adalah kutukan yang harus aku terima..."

Kian tiba - tiba mendengar suara orang datang. Dia langsung pergi sebelum ada seseorang yang melihatnya.

KEESOKAN HARINYA

Hari ini, waktunya Pangeran Kian, Pangeran Mark, dan Bryan berlatih berkuda bersama Duke Loise. Dia berasal dari sebuah negeri yang jauh dari kerajaan Eoghan. Duke Loise membawa keponakannya untuk belajar bersama Pangeran Kian, Pangeran Mark, dan Bryan. Dia bernama Nicky.

Mark mendapat giliran pertama untuk berkuda. dia menaikin kuda dengan perlahan. Awalnya, Mark sangat lancar menunggangi kuda. Namun, ketika sekawanan burung terbang melintas didepannya, Mark seketika menjadi panik. Tentu saja kepanikan itu bverakibat pada kuda yang ditunggang oleh Mark menjadi ikut panik. Kuda itu berlari tanpa arah sampai akhirnya Mark terjatuh di kolam.

"Hahahahaha..." Semua orang tertawa melihat Mark yang basah.

Kian, Bryan dan Nicky manghampiri Mark. Nicky lalu membantu Mark keluar dari kolam.

"Tenang saja Mark. anak seusiamu jarang ada yang langsung bisa menunggangi kuda dengan lancar disaat pertama." Ujar Nicky yang memang usianya 2 tahun lebih tua dari Kian dan Mark.
"Masa tidak ada seorang anak pun yang bisa menunggangi kuda disaat pertama??" Tanya Bryan tiba - tiba.
"Kata pamanku, ada seorang anak yang berhasil. Namanya Pangeran Shanefilan. Namun, dia dan keluarganya menghilang entah kemana. Aku juga belum pernah bertemu dengan anak itu."

Begitu mendengar nama Shane, Kian langsung terdiam.
"Apa mungkin Shane yang dimaksud Nicky adalah anak itu??" pikir Kian.

Seharian itu, Pangeran Kian lebih banyak terdiam. Tentu saja ini membuat Mark, Bryan dan Nicky bingung. saat pelajaran berkuda selesai, mereka mencoba bertanya pada Kian.

"Ada apa Ki?? Tampaknya ada yang sedang kau pikirkan." Mark memulai pembicaraan.
"Kalian ingat anak yang dibawa oleh kakak - kakakku??"
"Maksudmu anak berambut hijau itu??" Bryan bertanya.

Kian menjawabnya dengan sebuah anggukan.

"Anak berambut hijau??" Nicky tampak bingung dengan pembicaraan mereka.
"Kemarin, kedua kakak Kian menemukan seorang anak berambut hijau di kapal asing." jelas Mark.
"Lalu, hubungannya dengan Shane??" Nicky masih juga tampak bingung.

Mark dan Bryan mengangguk tanda setuju dengan pertanyaan Nicky.

"Semalam aku pergi keruang bawah tanah menemui anak itu."
"Lalu?!" Tanya Bryan, Mark, dan Nicky kompak.
"Dia bilang kalau dia bernama Shanefilan Oliver. Putra Raja Happy Oliver."
"Hah?!" Bryan, Mark, dan Nicky kaget secara bersama.
"Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia menceritakan semua itu padaku tanpa membuka mulutnya sedikit pun."
"Hah?!" Bryan, Mark, dan Nicky lagi - lagi kompak.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan??"
"Nanti malam kita kembali kesana!!" teriak Bryan, Mark, dan Nicky. dan lagi - lagi mereka kompak.
"Ada apa dengan mereka?? Kenapa mereka tiba - tiba kompak??" pikir Kian.

MALAM HARI...

Nikcy dan Bryan diizinkan menginap di istana kerajaan Eoghan. Mark memang tinggal di istana itu, karena orang tuanya sedang ada urusan untuk waktu yang lama dan dia tidak mau tinggal di istana tanpa ada keluarganya. Mereka berempat sudah menyusun rencana untuk menyusup keruang bawah tanah. Kian dan Brian berada dikamar Kian. Sedangkan Mark dan Nicky berada dikamar sebelahnya. Mereka berempat pura - pura tertidur dikamar masing - masing. Setelah merasa aman, Kian dan Brian keluar dari kamar mereka menuju ke kamar Mark dan Nicky. Kian kemudian mengetuk pintu kamar sebelah.

Tok... tok... tok...

Nicky membuka pintu kamar dengan perlahan.

"Kalian harus membantuku..." bisik Nicky.
"Ada apa??" Bryan kebingungan.

Nicky mengajak Kian dan Bryan masuk ke kamar itu. Dan ternyata Mark sudah tergeletak ditempat tidur.

"Tolong aku. Aku sudah menyerah membangunkan Mark." pinta Nicky dengan wajah yang memelas.
"Aku punya ide!" ujar Kian dengan semangat.

Kian lalu menutup hidung Mark. Dalam sekejap Mark langsung terbangun.

"Hah, ada apa??"
"Kamu lupa rencana kita?!" tanya Bryan dengan nada kesal.
"Hehehe..."
"Sudahlah, ayo kita jalan!" Kian mengajak mereka ke ruang bawah tanah.

Mereka berempat berjalan menyusuri lorong yang gelap dengan berbekal sebuah lilin. Lilin itu dipegang oleh Kian yang berjalan didepan.

"Seharusnya kita membawa lebih banyak lilin." Mark sudah mulai ketakutan.
"Sudahlah, lebih baik kita terus berjalan." kata Kian sambil terus melanjutkan langkahnya.

Mereka akhirnya sampai didekat pintu ruang bawah tanah. Gawat, ada seorang penjaga didepan pintu. Untunglah Kian adalah seorang pangeran yang cerdas. Dia melemparkan batu ke obor didekat penjaga itu. Batu yang dilempar Kian masuk kedalam obor sehingga apinya mati. Penjaga itu menghampiri obor itu.

"Sial, batu darimana ini?? aku harus menyalakannya kembali." ujar penjaga sambil pergi membawa obor itu.

Setelah penjaga itu menjauh, Kian mengajak yang lainnya masuk. Diruangan tempat anak berambut hijau itu ditahan, langkah kaki mereka berhenti.

"Hi, pangeran Kian, kamu kembali. Dan kali ini bersama teman - temanmu."

tanpa membuka mulut, Kian, Bryan, Nicky dan Mark dapat mengerti apa yang dikatakan anak itu.

"Ini adalah Ma..."
"Aku sudah tahu. Dia itu adalah Mark, sepupumu. Kalau yang paling tinggi itu adalah Bryan, anak pengasuhmu. Dan yang terakhir itu adalah Nicky. keponakan Duke Loise, guru berkudamu. Duke Loise juga guru berkudaku dulu."

"Hah, jadi benar kamu Shanefilan yang dimaksud pamanku?!"
"Benar..."
"Bagaimana kamu bisa tahu nama kami??" tanya Bryan kebingungan.
"Aku membaca pikiran kalian..."
"Lalu, bagaimana kami bisa percaya kalau kau adalah Shane?? Sedangkan kami tahu, kau bisa membaca pikiran." tanya Mark dengan tegas.

Belum sempat anak itu, atau yang mengaku Shane menjawab. Kian melihat cahaya dari kejauhan.

"Gawat, ada yang datang!!"

Kian, Bryan, Mark, dan Nicky panik mencari tempat persembunyian.


TBC...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar