By: Maria 'Adeline' Triwiyani
Keenam pasang pasang mata itu terkaget dan terpaku dengan kedatangan serombongan tamu tak diundang. Refleks Colinbern langsung menarik tubuh Shane juga tubuh Magy ke belakang tubuhnya sebagai perlindungan, begitu mengetahui siapa yang datang. Secara siaga, Mark pun langsung memasang tubuh melindungi Kian yang belum sepenuhnya sadar, dengan sikap perlawanan, begitu mengetahui tamu tak diundang ini bukanlah tamu yang menyenangkan.
“Gizel Son Marscal Godwin!” Oliver mendesis menahan emosinya yang siap membuncah dengan kedatangan putra dari musuh terbesar dalam hidupnya, penghianat dalam keturunannya, penghancur seluruh keluarganya, sebelum ia mengetahui Shane ternyata terselamatkan. Matanya berkilat kilat penuh amarah, termuncul kembali bara kemarahan yang sama seperti 7 tahun yang lalu saat dirinya dikalahkan oleh Gizel Goldwin.
“Selamat bertemu kembali, Oliver. Tak kusangka kita akan bertemu lagi, terlebih setelah kuporak-porandakan Shamrock Castle. Ternyata kau melarikan diri ke sini, meninggalkan putranya dan tidak mempedulikannya bahkan tidak mencarinya,” Gizel terkekeh mengejek.
Ucapan yang cukup mengena di hati Oliver, dan membuatnya terpucat pasi.
Gizel melihat kemenangan lagi. Ayah beranak itu termakan ucapannya. Ia melirik bocah berwarna hijau di balik tubuh Oliver. “Hey Nak, masih perlukah kau meminta perlindungan ayahmu, setelah ia meninggalkanmu, dan mengasingkan diri di tengah hutan begini, di Negara orang lain. Ia bahkan sama sekali tidak mencarimu bukan, Nak…?” dengan tersenyum licik pada bocah berumur 12 tahun yang masih berkecamuk emosinya setelah bertemu kembali dengan ayahnya. “Sungguhkah ia menyayangimu, nak?”
Shane terkatup pucat. Yang dikatakan Gizel benar. Bahkan ayahnya tidak mencarinya. Ayahnya sengaja meninggalkannya, meski ia tahu dirinya terselamatkan oleh Paman dan Bibinya; orang tua Frey.
Shane melirik ragu ayahnya, ada tatapan kecewa di sana. Ada tatapan terkhianati di sana. Ayahnya telah dengan sengaja meninggalkan dirinya. Perlahan Shane melangkah mundur menjauhi jarak dengan ayahnya. Kini di hadapannya yang terlihat adalah sosok asing yang dulu pernah menjadi ayahnya, dan kemudian meninggalkannya.
Oliver tergugu gugup dengan pandangan putranya. “Shane…, Nak….,”
“Shane, jangan dengarkan orang jelek itu! Dia hanya mengacaukan pikiranmu!” seru Mark mengagetkan ketegangan di sana. “Tidak mencarimu bukan berarti ayahmu tidak sayang padamu! Aku tidak tinggal dengan kedua orang tuaku, tapi bukan berarti orang tuaku tidak sayang padaku, itu karena mereka terpaksa melakukannya!!”
Ucapan lantang Mark cukup membangunkan Ratu Patricia dari istirahatnya. Intuisinya langsung membaca ada yang tengah terjadi di bawah sana, dan putra tersayangnya ada di sana pula.
Dengan hati-hati ia bangkit dan menuruni tangga spiral itu. Jantung Patricia terhenti dengan pemandangan di bawah sana. Ditengoknya putranya yang masih tertidur tak sadarkan diri dengan Mark memposisikan diri melindungi sepupunya.
“Tapi dia meninggalkanku!” protes Shane marah tanpa mengeluarkan suara terlebih terlihat bibirnya yang bergerak. Hanya Mark dan Kian yang dapat mendengarnya.
“Karena ayahmu harus melakukannya. Kau akan terus menjadi sasaran orang jahat itu jikalau ayahmu mencarimu, kalian harus berpisah, tapi bukan berarti ia tak sayang padamu,” sahut Mark masih memberanikan diri.
Keempat orang dewasa itu tergugu dengan komunikasi searah antara Mark dan Shane.
“CUKUPPP!!!” seru Gizel dengan mengibaskan satu tangannya dan menghempaskan tubuh Mark membentur tembok.
“MARK!” Patricia dan Maggy spontan memekik.
Secepat kilat Patricia sudah di samping Mark, sementara Maggy terhenti oleh seruan ayahnya.
“Maggy, diam di tempatmu!” sergah Oliver marah.
Maggy terpaku tak berkutik di tempatnya ia berdiri.
“Kau tak apa-apa, sayang?” tanya Patricia penuh perhatian.
“Iya, bibi, aku tak apa-apa, terima kasih.”
Oliver kembali pada Gizel dengan pandangan mata kemarahan memuncak.
“Baiklah apa maumu, Gizel. Kau sudah menemukanku…. Kau ingin membunuhku, memuaskan ambisimu untuk menghabisi seluruh keturunanku. Silahkan saja …, tapi ingat, kau bukan berada di negaramu, kau berada di tanah Dangerzard of Eoghan. Kau hanya akan membuat kekacauan di sini.”
Gizel langsung tertawa terbahak-bahak….,”Kekacauan? Aku akan membuat kekacauan??” ia tertawa. “Negara ini memang sedang kacau. Tak kau lihatkah di luar sana, sedang terjadi perperangandahsyat antara dua ras, manusia dan Sungeopelia.”
Oliver terkatup pucat, begitu juga dengan Ratu Patricia.
Patricia teriris perih mengingat di luar sana suami dan putra-putranya beserta pasukan kerajaan sedang bertarung nyawa melawana Kawanan Sungepolia, dan ia di sini bersama Kian untuk menyelamatkan putra kelimanya ini. Ia menengok putranya yang masih belum juga sepenuhnya sadar, sudah bersyukur Kian tidak melakukan penyerangan apa-apa terhadap mereka.
Patricia menggumamkan lirik bait indah dengan lirih yang hanya cukup didengar oleh putranya.
Kian bereaksi dengan alunan suara lembut ibundanya. Ia menengok pada ibundanya dan seakan mendapatkan siraman cahaya yang menghangatkan tubuhnya, terlebih di bagian kepalanya. Semuanya tampak jernih sekarang, di hadapannya, ibundanya yang nan cantik jelita memberinya senyuma kehangatan yang menenangkan jiwa.
“Ibu ….,” desisnya lirih.
Patricia mengangguk dengan tersenyum penuh kelegaan.
Ingin Kian melonjak langsung ke pelukan Ibundanya, tapi perhatiannya teralihkan oleh pemandangan yang langsung dapat ia rasakan sebagai pemandangan yang tak menyenangkan. Aura jahat memenuhi sekelilingnya. Ia pun mengenali sosok wujud burung berjambul hijau itu sebagai sahabat barunya Shane. Kian mengenalinya, hanya saja Shane terlihat aneh. Mata Shane berkilat-kilat menujukkan sesuatu yang menyesakkan hatinya, dan siap keluar.
“Shane …..?”
***
Battleland
Gavin masih terjebak di tengah peperangan. Entah telah seberapa kalah mereka, terlebih dengan kekuatan yang tidak seimbang antara ras manusia dan ras manusia setengah burung jahat yang mampu mengeluarkan api untuk meluluh-lantakkan apa yang ada di hadapannya. Tapi ia tahu mereka tidak akan menyerah begitu saja. Mereka harus menang, terlebih ayahnya telah bergabung masuk dalam pertempuran ini. Yang ia khawatirkan adalah Thomas. Setelah Thomas terluka tadi, ia yakin staminanya berkurang banyak dan sangat mudah diserang. Dan ia melihat adiknya itu cukup kewalahan mengeluarkan sisa kekuatannya untuk melepaskan anak panah-anak panah dari busur peraknya yang cukup berat.
“Bertahanlah, dik, bertahanlah, kita akan habiskan semuanya, segera,” desisnya perih dalam hati
Tiba-tiba sudut matanya menangkap seekor sungeopolia yang terbang menukik tajam ke arahnya.
“Miller cepat kau arahkan pada burung di atas sana” ia memberikan peritah pada seseorang bernama Miller.
Tapi, salah satu prajurit terbaiknya, bukannya mengarahkan busur panahnya pada burung di atas, melainkan memandangnya dengan mata semula berwarna abu-abu kini berubah menjadi amber.
“Berani sekali kau memerintahku” seru Miller mengejutkan Gavin dengan panah sudah terarahkan tepat di jantung Gavin. Namun belum sempat Gavin berkedip mata untuk menyadari apa yang tengah terjadi, sosok Miller sudah menghilang dan berganti perhatian mengejar sesuatu yang tidak terlihat olehnya, hanya selintas warna hijau yang melintas di sudut matanya untuk sepersekian detik mengarah ke selatan.
Refleks ia mengarahkan panahnya ke atas terbidik pada burung yang menukik tajam ke arahnya, dan hanya tinggal beberapa meter menujunya.
Anak panah menghujam tepat di jantung burung ganas itu dan mengirim tubuhnya mendarat keras di tanah dan langsung mengirimnya ke dunia lain.
Gavin menghela nafas lega, “tepan pada waktunya’.
“Pangeran !!!” seruan Fengarimulofia Bryan mengagetkan dan mengalihkan perhatiannya, yang terbang menujunya. Di belakangnya, Fengarimulofia Nicky menjaganya dengan busur panah yang terarah pada serangan Sungepolia yang sewaktu-waktu datang.
“Ada apa, Bryan?” begitu Bryan telah menginjakkan kakinya di bumi.
“Ratu Patricia dan kedua Pangeran; Kian dan Mark menghilang. Mereka tidak ada di tempat perlindungan mereka!” Bryan memberitahukan dengan nafas memburu setengah panik.
“Heh?” Gavin bereaksi cemas.
Intuisinya langsung bergerak, “Bryan, bocah aneh itu berwarna hijau, kan ?”
“Shane, Pangeran? …, iya berwarna hijau.”
“Caddaugh!!” serunya memanggil Panglima tertinggi kedua Kerajaaan. (Panglima Tertinggi Pertama, tentulah dirinya)
Dengan cepat, Caddaugh muncul di hadapannya.
“Bagi dua pasukan, setengahnya ikut aku ke selatan. Kau temani Raja dan Thomas. Bryan, Nicky kau ikut aku!” titah Sang Pangeran.
“Baik, Pangeran!”
Caddaugh meniupkan setengah nada dari terompet kerajaannya, dan dengan cepat terkumpul setengah dari pasukan yang tersisa, membuat barisan sendiri siap mengikuti Pangeran Pertama Gavinaughley.
Gavin melihat ke angkasa, membaca angin dan memastikan intuisinya benar.
“Ke Selatan!!” pekik Gavin mengomando pasukannya.
“Tunggu, aku ikut!!!!!” seru seekor Fengarimulofia yang terbang menukik ke arahnya tiba-tiba.
“Cattlyea ?” Gavin mengenalinya dari suaranya.
“Hey, jangan tinggalkan aku, aku masih kakak kalian, dan di sana ada Ibuku juga…,” sahut Cattlyea ketus.
Gavin menghela nafas dengan angkat tangan, “Selamat bergabung, Kakak….” senyum sungging tipis lega tersirat di sana.
Cattylea melihatnya tapi gengsi untuk membalasanya, ia hanya mendengus kecil,
“Ikuti aku !” kemudian mengepakkan sayapnya untuk ke terbang lagi.
“Ikuti dia!” seru Gavin mengomando, yang langsung diikuti oleh pasukan kerajaan Eoghan, termasuk Bryan dan Nicky.
yang langsung diikuti oleh pasukan kerajaan Eoghan, termasuk Bryan dan Nicky.
*
Desa ParisvanJava
“Kau ingin membunuhku ?” tantang Oliver.
Tawa mengejek kembali terdengar, “Hohoho…, tidak. Mungkin itu rencana awalku, Oliver; membunuhmu dan anakmu itu. Tapi ternyata keadaan justru menjadi lebih baik. Putramu tidak lagi menyukaimu,” dengan senyum kepuasan. “Lihatlah putramu. Itukah putra yang kau kenal dulu….?”
Oliver melirik putranya yang masih menjaga jarak dengannya. Matanya masih memancarkan kekecewaa.
“Shane…, nak….” Ia mencoba memanggil.
“Aku benci kau!” pekiknya marah yang hanya didengar oleh teman-teman sebayanya. Tapi tatapan matanya sudah menterjemahkannya.
“Shane …!” seru Kian mengejutkan kesemuanya di sana terkecuali Ratu Patricia.
Shane menengok ke arah sahabat barunya, masih dengan tatapan mata yang sama.
“Kamu tidak membencinya. Kamu merindukannya, kamu menyayanginya …..”
Shane terdiam.
“Ingat saat pertama kita bertemu denganku…., kau ingin disembuhkan agar dapat kembali dengan keluargamu. Keluargamu tercerai berai karena perang. Dan ini yang kau inginkan setelah bertemu kembali dengan ayahmu ?”
“Tapi dia mengkhianatiku! Dia tidak mencariku. Dia melupakanku!”
“Dia terpaksa melakukannya, Shane!” Mark kembali bersikeras. “Duh harus berapa kali sih, kukatakan,” Mark kesal sendiri.
“Kamu melihat sendiri perang, kan, Shane…, Perang itu jahat, perang itu menumbuhkan kebencian, perang itu mencerai berai keluargamu, dan kamu adalah Pangeran Pertama dari Kerajaan Sol Falenas. Kau tak ingin menjaga Sol Falenas, Shane. Kerajaanmu, tanah kelahiranmu, darahmu. Dan semua itu berasal dari dia, ayahmu, yang terpaksa dengan berat hati melepaskanmu.
“Dia tidak membencimu, dia tidak melepaskanmu, dia tidak meninggalkanmu, dia tidak melupakanmu, Shane…., benar kan, Colenbern,” tanya Kian menengok pada penyihir tua itu.
Colenbern alias Raja Oliver mengangangguk penuh tatapan harap memandang putranya.
Shane tergugu, mulai menerima ucapan sahabat barunya ini.
Prok Prok Prok…. Tepuka tangan dari Godwin disertai senyuman culasnya merusak suasana.
“Sudah cukup, kurcaci kurcaci kecil ini berceloteh…,” ia meraih tangan Shane mencoba untuk menariknya keluar. Tapi mengejutkan Shane menepisnya dengan keras.
“Jangan sentuh aku, KAU ORANG JAHAT!!!” seraya meraih pedang yang terselip di pinggang kian, dan langsung menghujamkannya ke dada Godwin.
Reaksi balasan dari hujaman pedang ke dada Godwin, Dolph melempar pedangnya tertuju pada Shane dan tepat mengenai perutnya.
“SHANE !!” Kian, Mark, dan Colenbern memekik bersamaan.
Dan entah dari mana, keluarlah cahaya berwarna hijau yang memenuhi rumah kecil itu, yang menyilaukan setiap mata.
Cahaya hijau itu memejar ke segala arah hingga keluar rumah, tepat serombongan pasukan Kerajaan Eoghan yang dipimpin Gavin tiba tak jauh di depan rumah berbentuk topi kerucut dengan hiasan Shamrock di ujungnya yang memancarkan warna hijau menyilaukan mata.
“HOWAAAAHHH, apa itu !!” Gavin memekik dengan sinar hijau itu.
“Bocah aneh itu ….” sahut Cattleya yang sudah mendarat di samping kuda adiknya, diikuti Bryan dan Nicky.
TBC
Keenam pasang pasang mata itu terkaget dan terpaku dengan kedatangan serombongan tamu tak diundang. Refleks Colinbern langsung menarik tubuh Shane juga tubuh Magy ke belakang tubuhnya sebagai perlindungan, begitu mengetahui siapa yang datang. Secara siaga, Mark pun langsung memasang tubuh melindungi Kian yang belum sepenuhnya sadar, dengan sikap perlawanan, begitu mengetahui tamu tak diundang ini bukanlah tamu yang menyenangkan.
“Gizel Son Marscal Godwin!” Oliver mendesis menahan emosinya yang siap membuncah dengan kedatangan putra dari musuh terbesar dalam hidupnya, penghianat dalam keturunannya, penghancur seluruh keluarganya, sebelum ia mengetahui Shane ternyata terselamatkan. Matanya berkilat kilat penuh amarah, termuncul kembali bara kemarahan yang sama seperti 7 tahun yang lalu saat dirinya dikalahkan oleh Gizel Goldwin.
“Selamat bertemu kembali, Oliver. Tak kusangka kita akan bertemu lagi, terlebih setelah kuporak-porandakan Shamrock Castle. Ternyata kau melarikan diri ke sini, meninggalkan putranya dan tidak mempedulikannya bahkan tidak mencarinya,” Gizel terkekeh mengejek.
Ucapan yang cukup mengena di hati Oliver, dan membuatnya terpucat pasi.
Gizel melihat kemenangan lagi. Ayah beranak itu termakan ucapannya. Ia melirik bocah berwarna hijau di balik tubuh Oliver. “Hey Nak, masih perlukah kau meminta perlindungan ayahmu, setelah ia meninggalkanmu, dan mengasingkan diri di tengah hutan begini, di Negara orang lain. Ia bahkan sama sekali tidak mencarimu bukan, Nak…?” dengan tersenyum licik pada bocah berumur 12 tahun yang masih berkecamuk emosinya setelah bertemu kembali dengan ayahnya. “Sungguhkah ia menyayangimu, nak?”
Shane terkatup pucat. Yang dikatakan Gizel benar. Bahkan ayahnya tidak mencarinya. Ayahnya sengaja meninggalkannya, meski ia tahu dirinya terselamatkan oleh Paman dan Bibinya; orang tua Frey.
Shane melirik ragu ayahnya, ada tatapan kecewa di sana. Ada tatapan terkhianati di sana. Ayahnya telah dengan sengaja meninggalkan dirinya. Perlahan Shane melangkah mundur menjauhi jarak dengan ayahnya. Kini di hadapannya yang terlihat adalah sosok asing yang dulu pernah menjadi ayahnya, dan kemudian meninggalkannya.
Oliver tergugu gugup dengan pandangan putranya. “Shane…, Nak….,”
“Shane, jangan dengarkan orang jelek itu! Dia hanya mengacaukan pikiranmu!” seru Mark mengagetkan ketegangan di sana. “Tidak mencarimu bukan berarti ayahmu tidak sayang padamu! Aku tidak tinggal dengan kedua orang tuaku, tapi bukan berarti orang tuaku tidak sayang padaku, itu karena mereka terpaksa melakukannya!!”
Ucapan lantang Mark cukup membangunkan Ratu Patricia dari istirahatnya. Intuisinya langsung membaca ada yang tengah terjadi di bawah sana, dan putra tersayangnya ada di sana pula.
Dengan hati-hati ia bangkit dan menuruni tangga spiral itu. Jantung Patricia terhenti dengan pemandangan di bawah sana. Ditengoknya putranya yang masih tertidur tak sadarkan diri dengan Mark memposisikan diri melindungi sepupunya.
“Tapi dia meninggalkanku!” protes Shane marah tanpa mengeluarkan suara terlebih terlihat bibirnya yang bergerak. Hanya Mark dan Kian yang dapat mendengarnya.
“Karena ayahmu harus melakukannya. Kau akan terus menjadi sasaran orang jahat itu jikalau ayahmu mencarimu, kalian harus berpisah, tapi bukan berarti ia tak sayang padamu,” sahut Mark masih memberanikan diri.
Keempat orang dewasa itu tergugu dengan komunikasi searah antara Mark dan Shane.
“CUKUPPP!!!” seru Gizel dengan mengibaskan satu tangannya dan menghempaskan tubuh Mark membentur tembok.
“MARK!” Patricia dan Maggy spontan memekik.
Secepat kilat Patricia sudah di samping Mark, sementara Maggy terhenti oleh seruan ayahnya.
“Maggy, diam di tempatmu!” sergah Oliver marah.
Maggy terpaku tak berkutik di tempatnya ia berdiri.
“Kau tak apa-apa, sayang?” tanya Patricia penuh perhatian.
“Iya, bibi, aku tak apa-apa, terima kasih.”
Oliver kembali pada Gizel dengan pandangan mata kemarahan memuncak.
“Baiklah apa maumu, Gizel. Kau sudah menemukanku…. Kau ingin membunuhku, memuaskan ambisimu untuk menghabisi seluruh keturunanku. Silahkan saja …, tapi ingat, kau bukan berada di negaramu, kau berada di tanah Dangerzard of Eoghan. Kau hanya akan membuat kekacauan di sini.”
Gizel langsung tertawa terbahak-bahak….,”Kekacauan? Aku akan membuat kekacauan??” ia tertawa. “Negara ini memang sedang kacau. Tak kau lihatkah di luar sana, sedang terjadi perperangandahsyat antara dua ras, manusia dan Sungeopelia.”
Oliver terkatup pucat, begitu juga dengan Ratu Patricia.
Patricia teriris perih mengingat di luar sana suami dan putra-putranya beserta pasukan kerajaan sedang bertarung nyawa melawana Kawanan Sungepolia, dan ia di sini bersama Kian untuk menyelamatkan putra kelimanya ini. Ia menengok putranya yang masih belum juga sepenuhnya sadar, sudah bersyukur Kian tidak melakukan penyerangan apa-apa terhadap mereka.
Patricia menggumamkan lirik bait indah dengan lirih yang hanya cukup didengar oleh putranya.
Kian bereaksi dengan alunan suara lembut ibundanya. Ia menengok pada ibundanya dan seakan mendapatkan siraman cahaya yang menghangatkan tubuhnya, terlebih di bagian kepalanya. Semuanya tampak jernih sekarang, di hadapannya, ibundanya yang nan cantik jelita memberinya senyuma kehangatan yang menenangkan jiwa.
“Ibu ….,” desisnya lirih.
Patricia mengangguk dengan tersenyum penuh kelegaan.
Ingin Kian melonjak langsung ke pelukan Ibundanya, tapi perhatiannya teralihkan oleh pemandangan yang langsung dapat ia rasakan sebagai pemandangan yang tak menyenangkan. Aura jahat memenuhi sekelilingnya. Ia pun mengenali sosok wujud burung berjambul hijau itu sebagai sahabat barunya Shane. Kian mengenalinya, hanya saja Shane terlihat aneh. Mata Shane berkilat-kilat menujukkan sesuatu yang menyesakkan hatinya, dan siap keluar.
“Shane …..?”
***
Battleland
Gavin masih terjebak di tengah peperangan. Entah telah seberapa kalah mereka, terlebih dengan kekuatan yang tidak seimbang antara ras manusia dan ras manusia setengah burung jahat yang mampu mengeluarkan api untuk meluluh-lantakkan apa yang ada di hadapannya. Tapi ia tahu mereka tidak akan menyerah begitu saja. Mereka harus menang, terlebih ayahnya telah bergabung masuk dalam pertempuran ini. Yang ia khawatirkan adalah Thomas. Setelah Thomas terluka tadi, ia yakin staminanya berkurang banyak dan sangat mudah diserang. Dan ia melihat adiknya itu cukup kewalahan mengeluarkan sisa kekuatannya untuk melepaskan anak panah-anak panah dari busur peraknya yang cukup berat.
“Bertahanlah, dik, bertahanlah, kita akan habiskan semuanya, segera,” desisnya perih dalam hati
Tiba-tiba sudut matanya menangkap seekor sungeopolia yang terbang menukik tajam ke arahnya.
“Miller cepat kau arahkan pada burung di atas sana” ia memberikan peritah pada seseorang bernama Miller.
Tapi, salah satu prajurit terbaiknya, bukannya mengarahkan busur panahnya pada burung di atas, melainkan memandangnya dengan mata semula berwarna abu-abu kini berubah menjadi amber.
“Berani sekali kau memerintahku” seru Miller mengejutkan Gavin dengan panah sudah terarahkan tepat di jantung Gavin. Namun belum sempat Gavin berkedip mata untuk menyadari apa yang tengah terjadi, sosok Miller sudah menghilang dan berganti perhatian mengejar sesuatu yang tidak terlihat olehnya, hanya selintas warna hijau yang melintas di sudut matanya untuk sepersekian detik mengarah ke selatan.
Refleks ia mengarahkan panahnya ke atas terbidik pada burung yang menukik tajam ke arahnya, dan hanya tinggal beberapa meter menujunya.
Anak panah menghujam tepat di jantung burung ganas itu dan mengirim tubuhnya mendarat keras di tanah dan langsung mengirimnya ke dunia lain.
Gavin menghela nafas lega, “tepan pada waktunya’.
“Pangeran !!!” seruan Fengarimulofia Bryan mengagetkan dan mengalihkan perhatiannya, yang terbang menujunya. Di belakangnya, Fengarimulofia Nicky menjaganya dengan busur panah yang terarah pada serangan Sungepolia yang sewaktu-waktu datang.
“Ada apa, Bryan?” begitu Bryan telah menginjakkan kakinya di bumi.
“Ratu Patricia dan kedua Pangeran; Kian dan Mark menghilang. Mereka tidak ada di tempat perlindungan mereka!” Bryan memberitahukan dengan nafas memburu setengah panik.
“Heh?” Gavin bereaksi cemas.
Intuisinya langsung bergerak, “Bryan, bocah aneh itu berwarna hijau, kan ?”
“Shane, Pangeran? …, iya berwarna hijau.”
“Caddaugh!!” serunya memanggil Panglima tertinggi kedua Kerajaaan. (Panglima Tertinggi Pertama, tentulah dirinya)
Dengan cepat, Caddaugh muncul di hadapannya.
“Bagi dua pasukan, setengahnya ikut aku ke selatan. Kau temani Raja dan Thomas. Bryan, Nicky kau ikut aku!” titah Sang Pangeran.
“Baik, Pangeran!”
Caddaugh meniupkan setengah nada dari terompet kerajaannya, dan dengan cepat terkumpul setengah dari pasukan yang tersisa, membuat barisan sendiri siap mengikuti Pangeran Pertama Gavinaughley.
Gavin melihat ke angkasa, membaca angin dan memastikan intuisinya benar.
“Ke Selatan!!” pekik Gavin mengomando pasukannya.
“Tunggu, aku ikut!!!!!” seru seekor Fengarimulofia yang terbang menukik ke arahnya tiba-tiba.
“Cattlyea ?” Gavin mengenalinya dari suaranya.
“Hey, jangan tinggalkan aku, aku masih kakak kalian, dan di sana ada Ibuku juga…,” sahut Cattlyea ketus.
Gavin menghela nafas dengan angkat tangan, “Selamat bergabung, Kakak….” senyum sungging tipis lega tersirat di sana.
Cattylea melihatnya tapi gengsi untuk membalasanya, ia hanya mendengus kecil,
“Ikuti aku !” kemudian mengepakkan sayapnya untuk ke terbang lagi.
“Ikuti dia!” seru Gavin mengomando, yang langsung diikuti oleh pasukan kerajaan Eoghan, termasuk Bryan dan Nicky.
yang langsung diikuti oleh pasukan kerajaan Eoghan, termasuk Bryan dan Nicky.
*
Desa ParisvanJava
“Kau ingin membunuhku ?” tantang Oliver.
Tawa mengejek kembali terdengar, “Hohoho…, tidak. Mungkin itu rencana awalku, Oliver; membunuhmu dan anakmu itu. Tapi ternyata keadaan justru menjadi lebih baik. Putramu tidak lagi menyukaimu,” dengan senyum kepuasan. “Lihatlah putramu. Itukah putra yang kau kenal dulu….?”
Oliver melirik putranya yang masih menjaga jarak dengannya. Matanya masih memancarkan kekecewaa.
“Shane…, nak….” Ia mencoba memanggil.
“Aku benci kau!” pekiknya marah yang hanya didengar oleh teman-teman sebayanya. Tapi tatapan matanya sudah menterjemahkannya.
“Shane …!” seru Kian mengejutkan kesemuanya di sana terkecuali Ratu Patricia.
Shane menengok ke arah sahabat barunya, masih dengan tatapan mata yang sama.
“Kamu tidak membencinya. Kamu merindukannya, kamu menyayanginya …..”
Shane terdiam.
“Ingat saat pertama kita bertemu denganku…., kau ingin disembuhkan agar dapat kembali dengan keluargamu. Keluargamu tercerai berai karena perang. Dan ini yang kau inginkan setelah bertemu kembali dengan ayahmu ?”
“Tapi dia mengkhianatiku! Dia tidak mencariku. Dia melupakanku!”
“Dia terpaksa melakukannya, Shane!” Mark kembali bersikeras. “Duh harus berapa kali sih, kukatakan,” Mark kesal sendiri.
“Kamu melihat sendiri perang, kan, Shane…, Perang itu jahat, perang itu menumbuhkan kebencian, perang itu mencerai berai keluargamu, dan kamu adalah Pangeran Pertama dari Kerajaan Sol Falenas. Kau tak ingin menjaga Sol Falenas, Shane. Kerajaanmu, tanah kelahiranmu, darahmu. Dan semua itu berasal dari dia, ayahmu, yang terpaksa dengan berat hati melepaskanmu.
“Dia tidak membencimu, dia tidak melepaskanmu, dia tidak meninggalkanmu, dia tidak melupakanmu, Shane…., benar kan, Colenbern,” tanya Kian menengok pada penyihir tua itu.
Colenbern alias Raja Oliver mengangangguk penuh tatapan harap memandang putranya.
Shane tergugu, mulai menerima ucapan sahabat barunya ini.
Prok Prok Prok…. Tepuka tangan dari Godwin disertai senyuman culasnya merusak suasana.
“Sudah cukup, kurcaci kurcaci kecil ini berceloteh…,” ia meraih tangan Shane mencoba untuk menariknya keluar. Tapi mengejutkan Shane menepisnya dengan keras.
“Jangan sentuh aku, KAU ORANG JAHAT!!!” seraya meraih pedang yang terselip di pinggang kian, dan langsung menghujamkannya ke dada Godwin.
Reaksi balasan dari hujaman pedang ke dada Godwin, Dolph melempar pedangnya tertuju pada Shane dan tepat mengenai perutnya.
“SHANE !!” Kian, Mark, dan Colenbern memekik bersamaan.
Dan entah dari mana, keluarlah cahaya berwarna hijau yang memenuhi rumah kecil itu, yang menyilaukan setiap mata.
Cahaya hijau itu memejar ke segala arah hingga keluar rumah, tepat serombongan pasukan Kerajaan Eoghan yang dipimpin Gavin tiba tak jauh di depan rumah berbentuk topi kerucut dengan hiasan Shamrock di ujungnya yang memancarkan warna hijau menyilaukan mata.
“HOWAAAAHHH, apa itu !!” Gavin memekik dengan sinar hijau itu.
“Bocah aneh itu ….” sahut Cattleya yang sudah mendarat di samping kuda adiknya, diikuti Bryan dan Nicky.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar