Selasa, 13 November 2012
The One That Got Away
Sekarang sudah larut, jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 12 malam. Mataku belum mengantuk, dan aku putuskan untuk melakukan hobi bodoh dan gilaku, minggat di tengah malam.
Dengan gaun tidur berwarna hitam dan dandanan gothic yang merupakan style kesukaanku, aku siap.Aku mendengarkan suara di sekitar kamarku, tak ada tanda-tanda papa masih terjaga. Aku buka jendela kamarku yang cukup besar lalu keluar lewat situ.
Aku memang cukup sering minggat di tengah malam seperti ini. Bodohnya aku selalu kabur tanpa menggunakan alas kaki karena aku malas untuk mengambilnya di rak sepatu. Sekarang aku sudah berada di luar rumah, hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk lolos dari halaman rumahku yang sangat luas bagaikan lapangan bola.
Hanya satu alasanku mengapa aku suka minggat tengah malam dari rumah. Itu hanya karena ayah tidak memperbolehkaku untuk ke luar rumah. Aku hanya diperbolehkan keluar rumah jika aku berangkat ke sekolah. Selebihnya, jangan harap. Ia tidak pernah memperbolehkanku pergi untuk urusan lainnya. Ia begitu melarangku ke luar hanya karena satu alasan, ‘papa tidak mau kamu kenapa-napa’ itulah alasannya.
Padahal apa salahnya memperbolehkanku keluar sebentar saja untuk melihat betapa indahnya dunia ini, apa salahnya aku keluar untuk melihat bagaimana sebenarnya dunia ini. Karena selama ini yang aku lihat adalah dunia yang begitu sempit. Dunia yang dibatasi dengan tembok tebal dan tinggi yang mengelilingi rumahku.
Aku berjalan ke arah keramaian di kota. It’s Friday night! Aku bisa melihat banyak sekali pasangan yang sedang berpacaran di sini. Mereka terlihat begitu menikmati waktu berdua mereka. Rasanya, aku juga ingin seperti mereka.
Banyak sekali remaja yang masih berkumpul hanya sekedar untuk ngobrol bareng, kapan aku bisa seperti remaja itu?
Masih banyak para pedagang yang berjualan di keramaian ini, apalagi penjual makanan. Aku jadi lapar, sayangnya aku tidak membawa uang. Huh, padahal aku buka anak miskin. Ayahku adalah pengusaha sukses yang kaya raya, namun super sibuk!
Betapa senangnya aku melihat dunia luar ini. Seandainya aku bisa berjalan mengelilingi dunia ini.aku ingin melihat dunia ini, seluruhnya.
Padahal aku berjalan tak tentu arah, namun kaki-kaki kecilku membawa aku hingga sampai di pojok keramaian. Lalu aku berbalik dan melihat betapa banyak orang yang memandangku dengan tatapan heran. Jelas saja, tidak ada remaja yang menggunakan gaun tidur pada Friday night, apalagi di tengah keramaian. Ditambah lagi aku tidak menggunakan sendal atau sepatu. Tapi aku tidak begitu memperdulikan mereka, yang terpenting aku senang!
Di tengah keramaian seorang laki-laki mengahampiriku dengan sebuah gitar tua dan bajunya yang sedikit lusuh. Tapi aku suka gayanya, bagiku gayanya sangat keren.
“Permisi manis..” Lalu ia memetik gitarnya dan bernyanyi untukku.
“Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don't make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear it's true
Because a girl like you is impossible to find
You're impossible to find” ‘plok..plok..plok’ aku bertepuk tangan setelah ia selesai bernyanyi. Aku yakin lelaki satu ini adalah pengamen. Sayang sekali aku lupa membawa uang.
“maaf, tapi aku tidak membawa uang” ujarku
“nggak apa, kamu sendirian di sini? Kenapa nggak pakai sepatu?” hahaha pertanyaan yang sudah aku tebak.
“aku sendirian dan aku malas pakai sepatu”
“hahaha...ada tujuan khusus hingga keluar selarut ini?”
“nggak, hanya ingin melihat dunia di luar tembok”
“hy, aku Nicky... Nicky Byrne” sambil mengulurkan tangannya
“call me gina.. ” lalu kamipun bersalaman
“ok, gina.. ke mana tujuanmu setelah dari sini?”
“kemana saja hingga aku tak sanggup berjalan lagi..”
“hmm, mau ikut aku?”
“hah? Ikut ke mana?”
“ngamen lah... kenapa? Nggak mau ya?”
“mau kok.. banget malah..”
“beneran?”
“iya...”
“ok, ayo jalan...”
Kamipun berjalan ke tengah-tengah keramaian. Di tengah-tengah keramaian kami melihat sekelompok remaja yang sedang asyik ngobrol.
“nah, kayaknya di sini cocok buat ngamen. Kamu yang nyanyi ya..” seru Nicky
“ah, nggak mau”
“kenapa?”
“malu ah, aku nggak pernah nyanyi di depan umum! Aku Cuma pernah nyanyi di depan piano tanpa satu orangpun yang tau.”
“sayang sekali penontonnya hanyalah benda mati yang tak bisa apa-apa. Coba aja nyanyi di sini, seru loh..”
“apa iya seseru itu?”
“iya, coba aja..” Akhirnya akupun menurut. Nickypun mulai mengalihkan perhatian mereka pada kami. aku sangat gugup, ini pertama kalinya aku bernyanyi di depan orang!
“permisi semua, izinkan kami menghibur malam anda dengan lagu kami.” lalu Nicky menaikkan alisnya sambil menatapku, ia memberikan aba-aba bahwa sebentar lagi ia akan memulai lagunya.Nicky memetik gitar tuanya sebagai intro untuk lagu yang akan kami aku nyanyikan.
“Im only human Sometimes I make mistakes”
“make mistake, hu hu..” sambung Nicky
“If you forgive me Im gonna do what it takes yeah..” Nicky melanjutkannya
“But now I know better To hurt you was wrong
Girl its with you I belong” Lalu Nicky berhenti memetik gitarnya dan menatapku sambil mengangguk. Ia mengajakku untuk ikut bernyanyi pada bait selanjutnya
“Somebody needs you Like never before
Somebody wants your love baby open the door
Dont you leave me alone Dont you turn out the light
Somebody wants you
Somebody needs you tonight...”
“prok..prok..prokk” begitu banyak orang yang bertepuk tangan setelah kami selesai bernyanyi. Aku tak menyangka akan mendapatkan tepukan tangan dari mereka. Aku merasa bahagia dan bangga pada diriku sendiri! Benar apa yang dikatakan Nicky, memang seru bernyanyi di keramaian ini.Dan hasil ngamen malam ini cukup banyak!
“ayo kita pergi” ajak Nicky. Dan kamipun pergi dari tempat itu.
Terlihat Nicky sedang sibuk menghitung uang yang kami peroleh malam ini. Aku hanya tersenyum melihat wajah puas Nicky. Dia anak yang manis, hanya saja sedikit dekil.
“Kamu mau makan apa?” tanya Nicky
“nggak, aku nggak bawa uang”
“kan aku yang bayarin, malam ini kita dapat uang banya lho.. dan itu juga karena kamu Vyogi”
“ah, aku kan hanya bernyanyi”
“dengan bernyanyi kamu berusaha mengalahkan ketakutan yang ada dalam dirimu sendiri bukan? Dan itu sungguh hebat! Kamu bisa mengalahkan dirimu sendiri yang merupakan musuh terbesarmu” benar apa yang diucapkan Nicky, aku sudah berhasil mengalahkan diriku sendiri, Aku hebat!
“kamu mau makan apa? Malam ini kamu bebas mau makan apa..” seru Nicky
“hmm.. apa aja yang menurut kamu enak, soalnya makanan di sini aneh-aneh dan aku belum pernah cicip..”
“hahahaha kamu nggak pernah mencicipi makanan yang ada di sini ya?” aku mengangguk.
“di sini makanannya enak-enak semua, sini biar aku tunjukkan padamu.” Lalu Nicky berkeliling menunjukkan satu per satu makanan yang ada di tempat ini. Di rumah aku tidak pernah memakan makanan seperti yang ada di sini. Nicky yang sedang banyak uang sangat royal, ia membeli banyak sekali kue untk aku cicipi.
“hey, Nic kita nggak akan kuat menghabiskan makanan itu selurhnya”
“oh iya ya, habis keasikan jajan. Yaudah kita cicip ini dulu ya.tapi jangan makan di sini ah..”
“jadi di mana?”
“ikut aku ke rumahku, mau?”
“boleh”
Lalu kami berjalan menuju kediaman Nicky. Jaraknya tak begitu jauh dari keramaian. Hanya saja di sini begitu sepi, berbeda jauh dari tempat yang tadi.
Aku sedikit takut untuk masuk ke dalam rumah tua yang sepertinya tak terurus ini. Apa benar ini rumah Nicky?
“Nic, inikah rumahmu?” tanyaku
“ya, memang seram.. tapi ini lah rumahku..”
Kamipun masuk ke dalam rumah tua itu. Sekilas memang rumah ini tampak seram namun rumah ini berbeda dari rumahku yang terasa dingin, di sini hangat dan aku tak tau kenapa.
“Biar kutunjukkan bagian terbaik dari rumah ini” Nicky mengajakku naik ke lantai 2 lalu ia menyuruhku untuk memanjat atap rumah itu. Ia mengajakku untuk naik ke atas atap rumah, tentu saja aku tidak mau.
“Kamu gila ya! Kalau sampai jatuh dari atas atap bisa mati kita!” protesku
“tenang aja, kan ada aku. Aku udah biasa kok duduk di atas atap.”
“tapi aku kan nggak!”
“udah, ayo naik” ujar nicky seraya menarik lembut tanganku ke atas.
Rasa takutku sedikit demi sedikit hilang ketia ia memegang tanganku. Sekarang aku punya keberanian untuk neik ke atas atap rumah ini. Dan sekarang aku sudah berada di atas atap. Ketakutanku muncul lagi ketika aku melihat ke bawah.
“Jangan lihat ke bawah” ujar Nicky. Akupun menurut dan melihat ke atas.
“Di sini pemandangannya indah ya..” seru Nicky.
“hmm..” aku mengangguk
“padahal sudah selarut ini tapi kota masih saja ramai. Oh iya, kita makan di sini ya”
“pengalaman baruku, makan di atas genteng..”
“hahaha tapi enakkan..” aku mengangguk.
“Apa kamu ngamen setiap hari?” tanyaku
“iya, sebenarnya nggak Cuma ngamen. Setiap malam aku juga jadi penyanyi di sebuah bar”
“tapi kamu nggak ke bar?”
“aku bernyanyi di bar dari pukul 8 sampai 12 malam, setelah itu aku ngamen, mumpung masih ramai”
“kamu nggak sempat tidur dong..”
“aku ini seperti kelelawar, tidurnya siang-siang”
“sama!”
“lah? Kamu nggak sekolah?”
“sekolah kok..”
“jadi?”
“tidur saat pelajaran”
“hahahaha nggak di hukum?”
“tentu saja di hukum,aku disuruh menulis ‘saya berjanji tidak akan tidur saat pelajaran’ sebanyak 10 lembar, lalu besoknya 20 lembar, lalu besoknya lagi 40, besoknya 80 dan besoknya...”
“160 lembar” potong Nicky.
“bukan, tapi papa di panggil ke sekolah”
“hahaha ada-ada saja kamu ini..”
Kamipun berdiam beberapa saat sambil menyantap makanan yang sudah kami beli. Rasa kue-kue ini enak, coba saja pembantu di rumah bisa membuatkannya setiap hari.
Tak lama kemudian semua kue itu habis. Hahaha nafsu makan kami besar juga ya.
“Gimana, enak kan?”
“iya, banget malah” lalu kami berdua terdiam hingga akhirnya Nicky membuka mulutnya.
“coba lihat ke atas langit” seru Nicky sambil mengajungkan jari telunjuknya ke atas langit. “Cantik kan..” sambungnya lagi.
“iya, dari sini tidak ada yang menghalangi kita untuk melihat mereka” akupun terdiam karena takjub dengan pemandangan langit malam yang indah dari atas sini. Betapa cantiknya bulan dan bintang itu. Seandainya aku bisa terbang ke sana dan pulang dengan membawa sebuah bintang untuk menemani tidurku.
“Gina ini sudah malam, kamu nggak pulang?” tanya Nicky
“hmm, padahal aku masih pingin di sini....”
“tapi sebaiknya kamu pulang, ini sudah sangat larut. Tak baik jika pulang terlalu larut”
“baiklah” lalu aku mencoba untuk turun sendiri dari atap ini, tapi hasilnya aku nyaris jatuh ke bawah.
“Nicky!” pekikku ketika aku hampir jatuh. Untunglah Nicky segera menari tanganku. Aku sedikit curiga dengan tangan hangat ini. Mengapa kehangatannya bisa merasuk ke dalam hatiku? Kenapa hanya dengan sentuhan tangannya aku bisa merasa tenang dan takutku hilang?
“Makanya, lain kalai kalau mau turun bilang aku dulu..”
“iya, maaf”
Nickypun membantuku turn dari atap dan mengantaru hingga di depan rumahnya.
“Nggak apa-apa kalau kamu pulang sendirian?? Ini udah malam?” tanya Nicky khawatir
“nggak apa-apa, lagipula aku sudah biasa jalan tengah malam”
“terserah kamu deh...”
“aku pergi pulang dulu ya, bye..”
“hati-hati...” seru Nicky
Akupun berjalan pulang ke rumah. Jalanan sudah terlihat sepi, sepertinya orang-orang sudah telelap tidur. Friday night memang menyenangkan! Dan sekarang aku sudah pernah merasakan Friday Night yang menyenangkan seperti remaja lainnya.
“hey manis..” seru seseorang dengan nada menggoda. Akupun mencari sumber suara itu. Ternyata pemilik suara itu adalah seorang berandalan dengan 2 teman di kanan kirinya. Aku tidak memperdulikan mereka dan terus berjalan pulang.
“hey, manis... kenapa malam-malam begini jalan sendirian? Ayo sini ikut kami” aku tetap tidak memperdulikan mereka dan terus berjalan.
Pria itu mendekapku dan memaksaku untuk ikut dengannya. Sekuat tenaga aku meronta untuk meloloskan diri dari cengkramannya.
“Lepaskan!” pekikku.
“nggak semudah itu, sebaiknya kamu ikut kami dulu” ujarnya dengan masih menggunakan nada menggoda. Lalu pria itu mebekap mulutku hingga aku tidak bisa berteriak lagi. seandainya Nicky masih berada bersamaku, aku tidak akan merasa takut. Aku yakin ia akan melindungiku. Aku perlu Nicky! Nicky! Tolong aku! Akupun berteriak memanggil Nicky di dalam hati. Sayangnya belum ada tanda-tanda Nicky akan menolongku.
“bruk..prrakk” seseorang menghajar pria yang sedang mencengkramku.
“Kurang ajar! Siapa itu?!” bentak pria yang masih mencengkramku. Di saat ia lengah aku menggigit tangannya hingga akuhirnya ia kesakitan dan spontan melepaskan aku.
Aku berlari dan berlari karena brandalan itu masih berusaha mengejarku, hingga akhirnya aku menabrak seseorang dan ia langsung memelukku erat.
“Lepaskan aku! Lepaskan aku!” aku berteriak sambil meronta-ronta.
“hey, tenang ini aku Nicky.” Lalu aku menatap wajah orang yang sedang mendekapku. Benar ini Nicky. Nicky ternyata kamu datang
“sebaiknya kamu berlindung di belakangku, biar aku yang hajar mereka!”
“tapi mereka banyak Nicky”
“tak ada waktu untuk membahasnya, sekarang cepat ke belakangku” akupun menurut dan berlindung di belakang Nicky.
Dengan susah payah Nicky melawan brandalan yang mengeroyoknya. Aku tak tega melihat Nicky dipekuli dengan sadis oleh mereka. Tapi apa dayaku, aku tak bisa apa-apa selain berdoa.
“Tuhan, bantulan Nicky.. jangan sampai aku kehilangan dia..”
Nicky bangkit dan berusaha menghajar mereka satu per satu. Doaku terkabul, Nicky berhasil mengalahkan para brandalan itu.
“Ayo cepat pergi Gina” ujar Nicky sambil menarik lenganku lalu kami berlari secepat mungkin hingga kami ta melihat brandalan itu lagi, dan kamipun berhenti.
“sudah aku bilangkan kalau sendirian malam-malam gini bahaya!” bentak Nicky padaku.
“maaf” jawabku menyesal
“tak ada gunanya kamu minta maaf padaku!” air mataku keluar dan akupun menangis. Aku tidak menyangka Nicky akan membentakku seperti itu. Padahal aku hanya bermaksud untuk tidak membuatnya repot.
“Gina, jangan menangis... Tolong maafkan aku..” aku masih terus menangis hingga akhirnya aku berlari ke pelukan Nicky. Akupun menagis di pelukannya.
“Gina.. Tolong jangan nangis lagi, maafin aku ya...” aku masih tetap menangis.
“Aku yang harusnya minta maaf nicky.. “ ujarku sambil menangis terisak-isak
“untuk apa?”
“karena aku, kamu harus berurusan dengan brandalan itu. Padah aku nggak mau bikin kamu repot”
“sudahlah.. semuanya sudah berlalu”
“thanks Nicky” Nicky memelukku semakin erat, lalu ia membelai rambutku.
***
Setelah kejadian pada malam itu, aku semakin sering minggat tengah malam dari rumah. Hanya saja, Nicky selalu bersamaku untuk sealu menjagaku.
“Nicky, kita main tebak-tebakan yuk!”
“boleh”
“aku yang kasih pertanyaan ya.. kalau gajah terbang, apa yang keliatan?”
“hmm,, nggak tau..”
“boongnya... masa gitu aja nggak tau sih.. next question, nenek-nenek ketabrak truk tapi nggak mati, malah truknya yang penyok. Siapa yang salah?”
“hmm.. nggak tau..”
“ceritanya yang salah.. ih, masa gitu aja nggak tau sih..”
“emang aku nggak tau gimana..”
“huh, kamu nggak tau semuanya, jadi apa yang kamu tau!”
“i love you” kata-kata itu keluar begitu saja dari bibirnya. Jatungku seperti berhenti berdetak walaupu aku masih belum terlalu mengerti maksud dari ucapannya.
“kamu ngomong apa Nicky?” tanya ku heran namun gugup
“i really know that i love you” sekarang jantungku berdetak begitu kencang! Pipiku memerah, seluruh tubuhku kaku, ah!! Begitu gugup rasanya!
“i know it, i really know it, and i want you to believe it..”
I really love you too nicky, and i want you to know! But i can’t speak!!
“do you believe me?” tanyanya lembut. Nicky aku ingin menjawab iya tapi mulutku sulit sekali untuk berkata-kata. Akhirnya dengan seluruh keberanian yang tersisa aku menjawab.
“yes, i do” aku menjawab dengan gemetar.
“thanks...” ujarnya lembut.
“wait, kamu nggak namya aku apa aku suka kamu atau nggak?” aku langsung menutup mulutku. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Ya, ampun... tingkah gugupku memang sangat konyol.
“hmm, do you love me too?” tanya Nicky lembut. Hahaha nggak aku sangka dia akan menanyakannya. Ok, sekarang aku malah semakin gugup. Tuhan, tolong keluarkan suara dari mulutku agar aku bisa bilang ‘yes, i do’!
“gina, do you love me too?” kali ini Nicky menatapku dengan tatapan serius tapi tetap lembut.
“yes, i do” jawabku gemetaran dengan suara kecil nyaris tak terdengar.
“apa? Aku nggak denger..” seru Nicky, mungkin dia memang tidak mendengarnya karena terlalu kecil
“yes, i do” jawabku sedikit lebih besar namun tetap gemetar.
“apa? Masih nggak kedengeran..”
“yes, i do..” jawabku agak keras.
“apa? Kok kecil banget, nggak kedengeran tau.”
“huh! Jangan sok tuli deh ntar tuli beneran! Yes, i do!!” teriakku. Lalu Nicky terbahak-bahak mendengarnya.
“ok, sekarang aku dengar.”
Aku langsung mencubit kedua pipi Nicky karena dia sudah seenaknya bikin aku gugup. Tapi, Nicky hanya menatapku dengan senyuman lembut. Ia meraih wajahku dengan kedua tangan hangatnya, mendekatkannya dengan wajahnya dan mencium bibirku..
Lalu ia memelukku erat seakan tak akan pernah lagi melepaskan aku......
***
Aku masih berada di rumah malam ini karena sekarang masih pukul 8. Hangat peukan Nicky masih terasa hingga saat ini. Bisikan-bisikannyapun masih dapat au dengar. Berharap nicky ada di sampingku saat ini, pasti aku sudah menciumnya lagi.
“tok..tok..tok..” seseorang mengetuk pintu kamarku.
“ya, masuk” seruku. Lalu seorang pelayan membuka pintu
“nona, Tuan memanggil anda untuk turun” ujar pelayan itu.
“ya, baiklah..” lalu pelayan itu keluar. Aku segera beranjak dari atas kasur dan turun ke bawah.
Aku turun ke bawah dengan perasaan gembira, namun kebahagiaan itu berakhir setelah kata-kata itu keluar dari mulut ayah.. kata-kata itu begitu menyayat..
“papa rasa sudah waktunya kamu punya ibu baru, papa sudah memiliki calon pengganti mamamu”
“tidak pa.. Gina tak butuh ibu baru. Ibu hanya ada 1 yaitu mama”
“tapi dia sudah tiada Gina”
“biar bagaimanapun hanya dialah mamaku! Tak ada yang lain yang bisa menggantikannya!”
“tapi..”
“berani papa menggantikan mama dengan wanita lain, jangan pernah anggap aku sebagai anak!” lalu aku berlalu dari hadapannya dan masuk ke kamar.
Aku tak menyangka ayah akan menggantikan posisi mama dengan wanita lain. Apakah cinta papa pada mama hanya sedikit hingga papa bisa menggantikannya?
***
Beberapa bulan berlalu dan papa mengabaikan kata-kataku. Ia tetap nekat menikahi wanita sialan itu! Betapa sakit hatiku dengan pernikahan kedua papa. Seperti kata-kata ku, jangan pernah anggap aku sebagai anak. Ternyata ia lebih memilih wanita sialan itu dibandingkan aku, anak kandungnya.
Aku tidak datang di hari pernikahannya. Aku justru minggat dari tanpa memberi kabar apa pun.
Sekarang aku berada di rumah tua Nicky. Nicky masih tertidur pulas di sebuah ranjang usang di pojok kamar. Ia terlihat begitu lelap tertidur.
Aku yang tenggelam dalam kesedihan ingin sekali berada di salam pelukannya saat ini. Aku naik ke atas tempat tidur itu dan tiba-tiba Nicky terbangun.
“hy, honey..” ujarnya sambil menguap. “hey, kenapa nangis?” mataku memang sudah mengeluarkan air mata. Aku tidak tahan lagi, aku langsung menangis di pelukan nicky yang masih berbaring di atas kasur.
“tenangkan dirimu Gina..” Nicky berusha menenangkanku tapi aku masih saja menangis.
“ok, sekarang menangislah sepuasmu..” akupun menangis di dada Nicky yang besar hingga akhirnya aku bisa berkata-kata
“dia tetap menikahi wanita itu..”
“ah, sialan..” ujar Nicky kesal sambil menggenggam tangannya.
“Nicky, boleh aku tinggal di sini?” tanyaku
“tentu, bahkan aku senang kamu bisa tinggal di sini...”
“makasih Nicky...”
“tidak perlu.. akulah yang seharusnya berterima kasih karena sekarang aku bisa selalu bersamamu..”
***
Hari demi hari berjalan menyenangkan bersama Nicky. Nicky tak pernah membiarkanku larut dalam kesedihan. Ia selalu berusaha membuatku bahagia, I love you so much Nicky..
“Gina, kita harus berangkat ke bar sekarang..” ujar Nicky lembut, lalu aku mengangguk
Setelah aku tidak tinggal di rumah lagi aku harus hidup mandiri, dan sekarang aku bekerja di bar sama seperti Nicky. Kami juga masih mengamen seperti dulu, hahaha senangnya.
Kami berdua bekerja sebagai penyanyi di bar. Nicky juga mengajariku bela diri. Karena tak selamanya Nicky bisa terus berada di sampingku, dan akupun bisa menguasainya dalam waktu cepat.
Kamipun melangkahkan kaki keluar dari rumah tua ini. Langkah Nicky terhenti ketia ia mendengar sesuatu.
“gina, kamu dengar sesuatu?” tanyanya.
“iya..”
“suara orang berjalan, harusnya kita hanya berdua di sini..”
Lalu kami mendengar suara ketukan pintu. Aneh sekali, tak pernah ada yang bertamu ke rumah ini karena rumah ini seperti rumah kosong yang tak berpenghuni.
“Biar aku bukakan..” Lalu nicky ke depan dan membuka pintu.
“Maaf, anda siapa?” tanya Nicky pada seorang pria tinggi besar berjas hitam mahal. Ia didampingi oleh seorang body guard di belakangnya.
“Mana anakku?!” bentak pria itu tidak sopan.
“Memangnya anda siapa?! Jangan seenaknya membentak orang tanpa alasan!”
“tanpa alasan katamu! Kamu sudah menyembunyikan anakku! Jangan pura-pura bodoh kamu!”
Mendeng suara gaduh di depan aku segera menuju pada sumber kegaduhan itu. Aku kaget bukan kepalang ketika melihat yang datang adalah papa.
“papa..”ucapku lirih
“Akhirnya keluar juga kamu! Ayo pulang” papa masuk menyelonong ke dalam rumah. Nicky mencegah papa untuk masuk.
“Hey! Kalau dia tidak mau pulang, jangan di paksa!”
“siapa kamu!! Kamu bukan siapa-siapa! Aku ini ayahnya!” Nicky tetap berusaha menahan ayah, namun body guard itu membantu papa untuk mengalahkan Nicky. Tentu saja Nicky tidak semudah itu untuk dialahkan, ia menghajar body guard itu sekuat tenaga walaupun tubuhnya juga ikut terluka oleh hantaman dari pria besar itu. Akhirya pria besar itu bisa dikalahkan hingga akhirnya ia hanya bisa terkulai lemas di atas lantai.
“Nicky!!” pekikku ketika ayah memaksaku pulang. Ayah menarik tangan pucatku dengan kasar. Nicky lengah telah membiarkan papa sampai menyentuhku.
“Gina!” lalu Nicky berlari ke arahku dan berusaha melepaskan papa dariku. Akhirnya aku terkerlepas dari papa. Aku segera berlindung di belakang Nicky.
“Nicky, aku nggak mau pulang. Aku mau di sini bersamamu..” bisikku di belakang Nicky.
“tenang, kamu akan tetap di sini bersamaku..”
“Gina! Kamu harus pulang ke rumah! Tempatmu bukan di sini!” bentak papa
“Tempat ku di sini papa! Tematku bukan di sana! Di sana adalah tempat terburuk bagiku!! Dengan istri baru papa yang sialan itu!! Aku tak pernah diperbolehkan keluar,memangnya aku ini apa?! Aku bukan boneka?!”
“papa hanya ingin kamu baik-baik saja, bebas dari pengaruh buruk dunia luar!”
“Tapi, anda tidak harus mengurungnya seperti itu..”bela Nicky
“Diam kamu!” bentak ayah pada Nicky.
“sebaiknya anda keluardari tempat ini!! Ini rumah saya! Anda tak berhak bertindak seenaknya di rumah saya!”
“jangan sombong kamu gelandangan dekil! Aku akan kembali dan membawa Gina pulang!”
“oh ya?? Silahkan saja kalau bisa” jawab Nicky sinis.
Lalu papa keluar dengan wajah masam. Body guard itu masih dapat bangkit dan mengendarai mobil yang mengangkut papa. Akhirnya ia pergi juga.
“Nicky, kamu nggak apa-apa?” aku khawatir melihat Nicky yang sudah babak belur dihajar oleh pria besar sialan itu.
“nggak, Cuma memar dikit. Kalau hidup di jalanan, begini sudah biasa..”
“Nicky bibirmu berdarah..” aku bertambah khawatir melihat bibir nick yang berdarah
“nggak, apa-apa. Cuma berdarah dikit”
“duh.. cepet sini kuobatin.”
Aku segera mengambil mengambil obat untuk luka Nicky. Aku membersihkan lukanya terlebih dalulu.
“auch..” ringis Nicky
“maaf, aku kasar banget ya”
“nggak kok, lukanya aja yang sakit..”
“tuh kan, tadi katanya udah biasa...”
“hehe sebenernya sakit juga sih...”
“lain kali nggak boleh bohong gitu ah..”
“iya.. auch”Nicky meringis kesakitan dan aku segera mencium pipinya.
“nggak sakit lagi kan?”
“nggak hehe”
“ah, kamu ada-ada aja”
“tapi emang nggak sakit lagi lho..”
“nih udah selesai.” Lalu aku mengelus pipi Nicky. Kasihan juga kalau dia di giniian terus sama papa. Tadi saja aku sudah tak tega melihatnya..
“Gina...” ujar Nicky lembut.
“hmm?”
“sepertinya tanganmu menjadi sedikit kasar ya.. pasti karena kerja berat..”
“ah, kalau hanya mencuci dan membersihakan rumah nggak masalah kok”
“kamu juga agak kurusan..”
“ya bagus dong, kan jadi langsing”
“tulang kamu nyaris keliatan Gina”
“apa kalau tangan ku kasar dan aku jadi kerempeng rasa cintamu akan berkurang?”
“tentu tidak Gina.. aku hanya kasihan melihatmu begini.. sepertinya kamu tersiksa”
“kamu salah besar Nicky, aku sangat bahagia.. sangat sangat bahagia. Aku bahagia setiap bangun tidur bisa melihat senyummu, aku bahagia setiap saat kamu bersamaku, aku bahagia bersamamu apapun halangannya.”
“i Love you Gina..”
“I love you too Nicky...” lalu ia mengecup bibirku. Aku tenggelam dalam pelukan hangatnya. Jangan.. jangan lepaskan aku Nicky. Nbiarkanlah aku di dalam pelukmu, selalu....
***
“hoah...” aku menguap lebar setelah sedikit tersadar dari tidurku. Aku mengcek-ngucek mataku untuk mengumpulkan seluruh kesadaranku. Perlahan-lahan aku membuka mataku. Ini pagi yang begitu indah, I love this moment.
“morning honey” sapa Nicky yang saat ini wajahnya berada di atas wajahku. Hahaha aku yakin ia memperhatikanku saat aku tidur.
“Morning too honey..” balasku. Lalu sebuah ciuman mendarat di bibirku. Lalu Nicky berbaring di sampingku, akupun mendekat padanya lalu ia memelukku. Aku mendekatkan kepalaku dengan dada Nicky. Aku bisa mendengar detak jantungnya.
“Gina...”bisiknya lembut
“hmm?”
“kamu cantik... setiap hari selalu begitu..” apa lagi yang dikatakan si aneh ini.. hahaha dia sering sekali mengatakan bahwa aku cantik, bahakn aku sampai hapal bagaimana cara ia mengucapkannya.
“and?”
“I love you.. setiap hari juga selalu begitu..”
“yeah, me too” lalu Nicky mengucup keningku. I love you Nicky.. Now and forever.
“aku ingin melihat kamu selalu bahagia, Gina”
“aku juga.. aku akan hidup bahagia bersamamu Nicky..” lalu aku mengecup kening Nicky.
“tokk!tokk!tok!” sebuah ketukan kasar terdengar dari arah pintu depan. Aku kaget mendengarnya, aku sudah mememiliki perasaan tidak enak saat ini.
“Nicky...” ujarku lirih.
“tenang, kamu nggak akan kenapa-napa, biar aku buka dulu ya..” lalu Nicky beranjak dari kasur.
“Nicky, aku ikut!” lalu aku mengikuti Nicky dari belakang.
Setelah sampai di depan Pintu, Nicky membuka pintu itu dengan sedikit ragu. Ia menduga bahwa papalah yang datang sepagi ini.
“kreek..” pintu terbuka.
Betapa kagetnya aku! Ternyata benar papa yang datang, kali ini ia langsung menodongkan pistol di kepala Nicky. Tuhan, kenapa jadi begini?? Aku tidak pernah berharap ini akan terjadi. Aku emncubit tanganku dan berharap ini hanyalah mimpi buruk. Namun sayang, aku tidak terbangun dari mimpi buruk ini karena ini adalah kenyataan.
“Papa hentikan ini semua!” teriakku.
“Kamu mau ini berakhir Gina? Kalau begitu pulanglah ke rumah..”
“tapi..” aku masih ragu untuk pulang. Tiba-tiba Nicky memukul tangan papa hingga pistolnya terjatuh. Nicky memanfaatkan kelengahan papa tadi.
“Ayo lari Gina!” Nicky berteriak sambil menggenggam tanganku erat, ia membawaku lari.
Kami terus berlari. Tembakan-tembakan yang di tujukan pada Nicky terus menyerangnya. Kami berlari sekuat tenaga. Hingga akhirnya seorang pria mncegat kami. pria itu tak lain adalah body guard papa. Dengan sekuat tenaga Nicky mengalahkannya dan kami terus berlari melewati lorong-lorong rumah ini.
“dor”
“auh!!!” Nicky trsungkur dan berhenti berlari, sebuah peluru bersarang di kaki kanannya.
“Gina, Lari!” Nicky menyruhku untuk tetap berlari.
“kamu?”
“biarkan aku di sini, cepat lari”
“tidak bisa, kita harus..”
“cepat lari!” bentak Nicky. Dengan berat hati aku menuruti perintahnya. Ingin rasanya aku tetap di sampingnya. Aku ingin menyembukan lukanya! Aku ingin menemaninya di saat ia kesakitan.
“dor..” belum jauh aku berlari aku mendengar suara tembakan lagi. aku segera menolh ke belakang. Astaga...
“Nicky...” nama itu keluar dari mulutku. Peluru itu mengenai dada kiri Nicky, tanpa fikir panjang aku segera kembali dan memeluknya.
“Nicky, bertahanlah..” aku berusaha menyuruhnya bertahan.
“inilah akhirnya Gina..”
“apa maksudmu?” aku berusaha tersenyum di depan Nicky. Aku tau Nicky akan sangat sedih apa bila melihatku menangis. Aku mencoba menagan tangisku, walaupun aku ingin menangis sambil berteriak.
“Gina, aku ingin melihatmu hidup bahagia di dunia ini.. maafkana aku yang tidak bisa melindungimu lagi.. aku hanya berharap kau bisa membahagiakan dirimu sendiri saat ini, karena aku sudah tidak bisa membahagiakanmu lagi. atau mungkin, kau bisa menemukan orang lain yang dapat membuatmu bahagia”
“Tidak Nicky! Aku hanya mau kamu! Hanya kamu!” air mataku tak dapat ku tahan lagi. ia jatuh dan membasahi pipiku.
“Tolong jangan begitu Gina.. aku tidak bisa melihatmu menangis..”
“Aku akan ikut kamu Nicky”
“jangan! Jangan buang nyawamu seperti itu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kamu nekat begitu.”
“Nicky bertahanlah, aku pasti bisa menolongmu..”
“Gina, aku hanya berharap kau dapat hidup bahagia tanpa aku.. jalani lah hidupmu dengan gembira..”
“Nicky...” suaraku terdengar begitu kecil... begitu lirih, penuh dengan kesedihan
“I love you... Gina”
“I love you too Nicky...” Lalu Nicky menghembuskan nafas terakhirnya, dan menutup matanya untuk selamanya.
Papa hanya bisa berdiri mematung melihat peristiwa pahit yang menimpaku. Aku tak memperdulikan papa yang berdiri di belakangku.
Aku memeluk Nicky, kubiarkan kepalaku mendekat pada dadanya. Tak lagi terdengar suara detak jantungnya yang tadi masih aku dengar saat ia memelukku. Aku menangis terisak-isak sambil menyebut nama Nicky.
Nicky, kenapa kamu pergi begitu cepat..
Aku di sini masih membutuhkanmu
Kita belum sempat untuk hidup bahagia selamanya...
Seandainya aku tidak pernah melawan perintah papa dan menurut untuk pulang ..
Pasti tak akan begini jadinya...
And in another life
I would make you stay
So I don't have to say
You were the one that got away
The one that got away....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar