Senin, 03 Desember 2012

Friendship and Alliance 25

By: Maya Theresia 






“Aku bisa menghancurkanmu. Jangan remehkan aku.” Katanya lagi.
“Kau sudah melukai hati ibu dan adik-adikku. Dan walaupun aku tidak bisa menghancurkan suamimu…aku tahu ia akan datang.”
 Cattleya mencabik wajah Elize.
 “Adikku.” Ucapnya. “Aku tahu Kian akan datang.”

Seketika itu pula cahaya kegelapan muncul di antara mereka. keduanya lenyap bagaikan ditelan bumi.

Kelima bocah pemberani, tanpa gentar berlari menuju kerajaan Eoghan. Hanya 1 tujuan mereka, menyelamatkan kerajaan tersebut. Semgat mereka tak bisa di patahkan walaupun mereka tau betapa kuatnya musuh yang akan mereka hadapi.

Memang keadaan Ztomfist Forest sudah pora-poranda dengan pohon-pohon hangus yang mengeluarkan bau gosong. Mereka terus berlari secepat mungkin dan tidak memperdulikan keadaan sekitar. Entah bagaimana, ada serumpun pohon yang masih berdiri kokoh dan rindang di tengah-tengah Ztomfist Forest. Mereke tidak menyadari keberadaan rumpun pohon tersebut, hingga akhirnya...
“srk..srk..srk” bunyi gesekan pada daun-daun diatas pohon. Kelima bocah pemberani itu langsung berhenti berlari mendongakkan kepalanya menuju pada sumber suara.
“Kalian dengar itu??” tanya pangeran Kian pada teman-teman kecilnya.
“ya, kami dengar!” sahut Nicky cepat.

Mereka terus mengamati pohon yang mereka anggap adalah sumber dari suara itu. Mereka merasa was-was. Mereka takut bahwa itu adalah seekor Sungeopolia yang mengawasi mereka. Dan tiba-tiba, seekor mahluk berbentuk burung keluar dari atas pohon itu. Seperti hantu malam yang keluar dari persembunyiannya. Kelima bocah tangguh itu kaget melihatnya.
“Ah! Cattleya!!” pekik mereka dengan sedikit kesal. Bagaimana mereka bisa tidak merasa kesal? Jantung mereka hampir saja lepas karena sangkin kagetnya.
“Sedang apa kalian di sini?” tanya Cattleya dengan nada dinginnya, seperti biasa.
“kau sendiri kenapa bisa ada di sini?” tanya Kian balik dingin.
“Hey! Aku kakakmu pangeran Kian! Dan ibumu adalah ibuku juga! Aku ingin melihat ibuku! Dan bukankah harusnya kau sedang menjaga ibu sekarang?”  tanya Cattleya dengan tatapan sedingin es.
“Tapi kami harus menyelamatkan Kerajaan Eoghan! Itu tugas kami!” kian menjawab secepat mungkin agar tidak membuang lebih banyak waktu.
“Kalian hanya lima bocah ingusan yang lemah! Kalian hanya dapat bermain perang-perangan! Bukan perang sungguhan! Percayalah, tugas itu terlalu berat untuk kalian!”

Kian dan empat temannya lagi tak tahu harus berkata apa. Jika ia mengaku bahwa ia ingin melawan kawanan Sungeopolia, pastilah Cattleya tidak memperbolehkannya. Cattleya akan menyuruh kelima prajurit ini untuk menjaga Ratu Patricia. Cattleya menganggap kelima bocah tangguh ini telalu lemah untuk ikut pertempuran. Begitulah dugaan Kian dan kawan-kawannya.

Dan sekaliun mereka menceritakan tentang ‘Prinzigle’, Cattleya tidak akan percaya. Mereka tau bagaimana kerasnya kepala Cattleya yang sama seperti Kian.  Ingin rasanya mereka menunjukkan senjata yang telah mereka miliki. Namun, cattleya pasti mengira mereka mencuri dari kerajaanFeehilian.

Dan soal ukiran nama pada pedang Kian dan panah Nicky? Cattleya pasti mengira mereka mengancam pandai besi di kerajaan Feehilian agar mengukir nama mera pada pedang dan panah itu. Mereka sangat tau betapa cerdas dan kerasnya otak cattleya. Ia hanya percaya pada apa yang ia lihat.
“Hey! Ayo jawab!” Cattleya mendesak bocah-bocah itu berbicara. Namun, bocah-bocah itu hanya mendengus sambil merundukkan kepala mereka. Cattleya hanya tersenyum melihat tingkah bocah kecil itu. Cattleya tersenyum? Padahal ia jarang sekali mengeluarkan senyumannya. Sedinginnya sifat Cattleya dan pandangan matanya, ia bisa mengeluarkan senyum yang begitu hangat.
“Aku tahu apa yang akan kalian lakukan, prajurit cilik. Aku salut dengan keberanian kalian yang begitu besar. Aku sudah menduga bahwa kalian akan nekat untuk ikut dalam pertempuran ini. Meskipun baru sebentar aku berkenalan dengan kalian, namun sifat keras kepala kalian langsung bisa kutebah ketika pertama kali aku bertemu kalian” Cattleya tersenyum pada lima sekawan itu.
“hey! Kau juga sama keras kepala dengan kami kak!” Sahut Kian tak terima.
“haha.. aku tahu. Itu sebabnya aku mengawasi kalian semalaman”
“bagaimana dengan kawanan Sungeopolia? Apa kau tak melawan mereka?” tanya Mark  terheran-heran.
“Kekurangan satu orang bukanlah hambatan bagi prajurit kerajaan Eoghan untuk melawan mereka”  lalu Cattleya tersenyum lagi pada mereka.
“kakak.. aku mohon izinkannlah kami ikut ke dalam pertempuran..” pinta Kian dengan sangat.
“iya... Magy yang akan menjaga Ratu Patricia.. dia juga dapat berubah wujud menjadi Fengarimulofia”  Nicky membantu kian.
“benar! Megy bukan gadis yang lemah.. ia pasti dapat_”
“hey.. hey..hey!” potong Cattleya langsung. “siapa yang bilang bahwa aku tidak akan mengizinkan kalian?” Kian, Mark, Shane, Nicky, dan Brian saing berpandangan, mereka kebingungan dengan apa yang baru saja keluar dari bibir pucat Cattleya.
“Aku tidak akan melarang kalian untuk ikut ke dalam pertempuran ini” sambung Cattleya.
“Hah?!” kelima bocah itu ternganga dengan ucapan Cattleya.
“Kalian boleh ikut dalam pertempuran ini!”
Kelima pria kecil itu melompat kegirangan dengan senyum-senyum manis mereka yang terukir di wajahnya. Cattleya yang tidak ingin membuang waktu dengan kegirangan pria kecil itu segera menghentikan mereka.
“Hey cukup! Lebih baik sekarang kita berpencar. Kian, Nicky dan aku akan masuk ke dalam istana dan melawan Elize! Mark, Shane, dan Brian membantu Gavin dan yang lainnya melawan Finnick.”
“siapa itu Elize?” tanya Mark heran.
“Istri dari Finnick. Ayo! Tak ada waktu lagi!”

Kelimanya langsung mengangguk pasti dan segera berpencar. Mereka tak peduli akan bahaya yang menimpa mereka. Cattleya tersenyum melihat semangat mereka.

Brian, shane, dan Mark langsung menuju medan tempur. Cattleya, Kian dan Nicky mengendap-endap masuk ke dalam istana. Mereka memutar-mutar mata mereka mengamati keadaan sekitar. Mereka sangat waspada, mungkin saja ada Sungeopolia yang menjaga istana itu.Anehnya tak satupun yang menjaga kastil itu. Tak ada tanda-tanda keberadaan Sungeopolia di dalam sana.

Cattleya menuntun kedua kesatria cilik itu ke bagaian atas kastil. Cattleya berhenti di depan sebuah pintu kayu yang belum pernah mereka masuki, karena ruangan di balik pintu itu selalu terkunci.

Perlahan-lahan Cattleya membuka pintu itu. jantung Kian dan Nicky seakan hendak meledak sangkin kencangnya berdenyut. hingga akhirnya pintu itu terbuka sepenuhnya.

Betapa kagetanya mereka karena ruangan itu hanyalah sebuah gudang yang gelap pada bagian pojoknya.
“Apa ini? Aku kira Elize berada di sini!” Kian kesal karena tidak mendapatkan Elize di ruangan itu.
“Dia mungkin saja bersembunyi di dalam sana” Cattleya sedikit berbisik seakan takut seseorang di dalam ruangan itu mendengar suara mereka.
“Ah, ini hanya gudang gelap. Siapa yang takut dengan ini” Kian segera masuk ke dalam ruangan itu disusul dengan Nicky. Cattleya masuk belakangan.

Setelah ketiganya masuk, Kian dan Nicky asik melihat sekeliling gudang itu. Namun perhatian mereka teralihan dengan suara pintu terukunci. Mereka segera melempar pandangan pada pintu masuk ke gudang tadi.

Dilihatnya Cattleya sedang mengunci pintu itu. Keduanya bingung dengan apa yang dilakukan oleh Cattleya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Kian heran. Cattleya berbalik menghadap mereka. namun bukan sosok Cattleya yang mereka lihat! Sosok itu tersenyum bak iblis dari neraka, dengan mata hitam yang tidak dimiliki Cattleya! Jelas saja, tak ada anggota kerajaan Eoghan yang bermata hitam! Sekalipun Cattleya bukan anak kandung dari raja Kevin tapi Cattleya memiliki mata biru dari Ratu Patricia.
“Melancarkan misiku!” jawab sosok itu dengan suara yang belum pernah mereka dengar.
sosok itu berubah menjadi seorang perempuan dengan sepasang sayap pekat. Bibirnya merah, kulitnya putih pucat! Sebenarnya ia sangat cantik. Namun ketakutan 2 kesatria itu membuat sosok itu menjadi menyeramkan di mata mereka.
“Siapa kau?!” kian sedikit berteriak karena kaget.
“Aku adalah orang yang seharusnya kalian lawan. Aku lah Elize”

Mata kedua bocah itu membesar sangkin kagetnya. Mereka tidak menyadari bahwa sosok yang membawa mereka ke sini adalah musuh mereka sendiri. Pantas Kian agak merasa aneh dengan sifar Cattleya yang gampang tersenyum.

Dengan apa yang keluar dari kepakan sayap Elize, sebuah obor menyala di sudut ruangan tersebut. Kian dan Nicky yang takjum dengan api yang keluar itu mengikuti arah api itu hingga menuju obor.

Betapa kagetnya mereka setelah obor itu menyala. Sosok Cattleya sedang terbaring tak berdaya di sebuah peti kaca. Di samping peti itu terdapat sebuah kristal kecil, kristal itu terhubung dengan peti dengan cahaya putih yang menghubungkannya.
“Apa yang kau lakukan pada kakakku?!” emosi Kian memuncak, ia mengeluarkan pedang dari sarungnya.
“Cattleya adalah sosok yang begitu kuat, sayang sekali jika ia hanya mati sia-sia. Lebih baik aku mengambil kekuatannya dan setelah itu dia boleh mati. Setelah dia mati, maka selanjutnya giliran kalian” Elize tersenyum menang melihat reaksi Kian yang sangat marah.
“tidak akan!” Kian dan Nicky segera berlari menuju peti itu namun Elize seketika berada di depan mereka dan memukul mereka hingga tersungkur ke lantai.
“Sialan!” gumam Kian kesal.
“kalian kira bisa semudah itu menyelamatkannya? Langkahi dulu mayatku!” Elize melancarkan serangannya. Api yang menyembur dari kepakan sayapnya melesat menuju Nikcy dan Kian. Mereka segera berpindah dari tempat itu, dan untungnya mereka selamat.
“gesit juga gerakanmu bocah! Itu belum apa-apa! Terima ini” serangan Elize makin membabi buta. Ia terus menyemburkan api pada Kian dan Nicky. Namun mereka terus berusaha menghindar.

Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa terus menerus menghindar. Keduanya berdoa agar menemukan cara untuk mengalahkan wanita gila itu.

Kian dan Nicky mulai kehabisan tenaga. Mereka sudah hampir tak kuat lagi menghindri serangan itu. Gerakan mereka melamban dan mereka nyaris beberapa kali jatuh.
‘Tolong beritahu aku cara mengalahkan wanita gila ini!!’ Kian berteriak dalam hati.
“Ingat akan pedangmu Kian..”
“Cattleya!” gumam Kian dalam hati.
“iya, ini aku. Tusuklah jantung Elize dengan pedangmu. Hanya pedang itu yang dapat membunuhnya. Setelah itu musnahkan kristal yang ada di sampingku. Kristal itu adalah nyawa keduanya”
“Kau tau soal pedang itu?”
“Aku tau semua yang terjadi padamu....”

Kian berlari sambil mengacungkan pedangnya ke arah elize, ia berniat untuk menikamnya. Namun sayang, Elize juga memiliki pedang dan ia berhasil menepis seranga kian.
“Usaha yang bagus bocah, tapi kau terlalu cepat 100 tahun untuk melakukannya” Elize tertawa bagaikan iblis.

Kian terus menyerang Elize tanpa kenal lelah. Peluh telah membasahi sekujur tubuhnya. Bukan hanya karena lelah bertarung, namun suhu di ruangan ini sangat panas akibat semburannya.

Nicky berusaha membantu Kian menyerang Elize dengan pedang pemberian ayahnya. Sayang, Nicky segera terjatuh dengan serangan pdang dari Elize. Kian masih terus menyerang Elize, walaupun tenaganya sudah hampir habis.

Entah dari mana asal kekuatan Kian. Elize terus mundur perlahan-lahan dengan serangan bertubi-tubi dari kian hingga akhirnya ia nyaris tersenderi di dinding. Namun sebagaimana yang kita tahu, Elize adalah sosok yang kuat, ia tidak lemah.

Ia berhasil menyayat lengan kian dan menendangnya hingga kian tersungkur ke lantai. Elize mengangkat pedangnya dan menukikkannya ke tubuh kian. Namun pedang di tangan Elize terlempar ke lantai.

Nicky berhasil memanah tangan Elize. Sekali lagi Nicky memanah sayap sebelah kanan Elize, dan sekarang sayap Elize terpaku di dinding. Kian segera bangkit berdiri dan menukikkan pedangnya di dada Elize, hingga akhirnya pedang itu tertancap di dadanya.

Cahaya hitam keluar dari tubuh Elize dan melesat menuju kristal di samping Cattleya.
“Prang...” suara benda pecah.

Nicky yang berada dekat dengan Cattleya berhasil memecahkan kristal itu sebelum cahaya hitam itu tiba.

Cahaya itu melesat keluar dari kastil itu, cahaya itu keluar melalui tembok, dan temboh memiliki lubang besar sekarang. Cahaya aneh itu tidak menembus tembok dengan cara menghancurkannya.

Cahaya itu semakin menjauh. Mereka cukup lega akhirnya dapat mengalahkan Elize. Mereka masih menatap keluar. Tak lama setelah cahaya itu menghilang, Finnick terbang meninggi di udara.

Sepertinya cahaya itu memanggil Finnick. Finnick menuju ke arah selatan. Mereka ingat! Arah selatan adalah arah menuju kerajaan Feehilian! Tidak salah lagi, Finnik menuju ke sana.
Di waktu yang sama, Kian mendengar bisikan.. ia kenal suara itu..
“My son... Kian...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar