“hmm, Alice.. weekend ini kamu sibuk?”
“kita mancing ke danau, mau?”
“kita berangkat pagi dan pulang malam, jadi kita makan malam di danau. Kalau kamu mau Will kamu ajak aja nanti aku ajak Scarlet.”
“aku tanya Scarlet dulu ya, nanti aku telpon lagi. I Love you”
Begitulah percakapan telpon yang ku dengar saat aku lewat di depan kamar Papa. Jadi Papa mengajak Alice untuk mancing ya? Aku diajak? Ikut tidak ya? Kalau ikut, aku khawatir akan mengganggu.. tapi kalau aku ikut akan lebih msudah mengambil foto mereka. Ikut tidak ya?? Mungkin lebih baik jika aku ikut. Eh, itu suara langkah kaki Papa, aku harus segera pergi dari sini. kalau tidak, ssudah pasti aku ketahuan menguping.. dengan segera aku menjauh dari kamar Papa.
“Scarlet” panggil Papa
“iya,pa..”
“ke sini dulu sayang” akupun berjalan ke arah Papa. Sepertinya Papa tidak tau bahwa aku baru saja dari kamarnya.
“kenapa, pa?
“weekend ini Papa tidak sibuk, kita mancing ke danau yuk! Tante Alice ikut Will juga.”
“hmm, kalau aku ikut aku takut ngganggu...”
“maksud kamu, sayang?”
“namanya juga orang pacaran ya berduaan masa berempat emang ngeronda? Lagi pula mana mungkin Papa sedang asik pacaran lalu aku mengamati kalian.”
“eh, ini bukan dalam rangka pacaran. Papa ajak kamu supaya kamu bisa lebih dekat dengan tante Alice.”
“Will di ajak juga kan pa? Ajak ya biar aku ada temen mainnya”
“di ajak juga kok.”
“ok, Aku ikut. Tapi tidak apa-apa kok pa kalau acara memancing ini jadi acara pacaran Papa hehe”
“Scarlet!”
“hehe peace pa..”
Sekarang aku harus mengabari Will agar dia mau ikut kami weekend ini. Untung kemarin aku ssudah minta nomor telponnya. “Will, kalau tante Alice ngajakmu untuk weekend bersama, kamu terima aja ya”. Ok, sekarang tinggal di kirim.
***
Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga, apa lagi kalau bukan weekend. Hari memancing bersama Alicia, Papa, dan Will yang kami manfaatkan untuk menjalankan misi. Sekarang cek seluruh barang bawaan, sepertinya ssudah lengkap deh. Camera? Sudah. Handphone? Sudah. Peralatan memancing? Sudah. Jaket? Sudah. Obat-obat? sudah. Ok, sekarang sudah lengkap semua. Hmm, hari ini rambutku di ikat saja supaya tidak mudah berantakan seperti sarang tawon.
“Scarlet, sudah selesai belum sayang?” teriak Papa dari bawah
“Sebentar pa, nanti Scar langsung ke mobil kalau sudah selesai”
“Cepat ya, jangan sampai kita membuat mereka menunggu lama!”
Setelah selesai mengikat rambutku,cepat-cepat aku naik ke mobil. Kamipun berangkat untuk menjemput Alice dan Will. Jarak rumahku dan Alice cukup jauh sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Meskipun membuktukan waktu yang cukup lama aku tidak merasa bosan karena, di sepanjang jalan aku melihat pemandangan yang cukup indah. Pohon pinus ada di sepanjang jalan, langit Sligo yang berwarna Biru lengkap dengan burung-burung yang terbang bersama rombongannya.
Tiba-tiba aku teringat pada Will. Aku belum tau siapa Will itu, apa hubungan dia dan Alice. aku tidak menanyakannya saat ia datang ke rumahku. Apa dia anak adopsi sama sepertiku? Kalau anak adopsian sih tidak apa-apa tapi kalau ternyata dia....anak haram?? Ah, tidak mungkin!.. tante Alicia itu bukan wanita seperti itu. Kenapa aku jadi berfikir yang aneh-aneh tentang Will? Ah, daripada memikirkan hal-hal aneh, lebih baik nanti kutanyakan langsung pada Alice .
Tak lama setelah pikiran-pikiran aneh yang muncul tentang Will, kami sampai di Rumah Alice. aku langsung membuka pintu mobil dan mengajak Will duduk di tengah. Hehe agar Alice bisadi depan bersama Papa.
“Will, kita di tengah aja ya..”
“iya” jawab Will lalu masuk ke mobil.
Di tengah-tengah perjalanan aku teringat dengan pertanyaanku. “Tante, Will itu sebenarnya siapa? Ada hubungan apa antara tante dan Will?” tanyaku pada tante Alicia langsung pada titiknya.
“loh, Will belum cerita ya.. padahal kan kalian sudah berkenalan. begini .. tante sudah lama menjadi tetangg Will, kira-kira 6 tahun lalu. Setelah ibu Will meninggal tante yang membantu Lisa,kakak Will buat untuk mengurus Will karena mereka tidak punya keluarga. saat tante ingin ngadopsi mereka Lisa tidak mau. Lisa berkata bahwa dia sudah mendapatkan pekerjaan jadi dia sudah bisa mengasuh Will sendiri. Tante tau, sebenarnya Lisa tidak merepotkan tante, tapi yasudahlah. Lagi pula tante sudah menganggap mereka anak tante sendiri.”
“oh, begitu.. bagaimana dengan Ayah Will?”
“hmm, ayahnya sudah lama meninggal. Dia ssudah meninggal saat Will masih dalam kandungan.”
“ah, maaf Will” aku merasa tidak enak pada Will karena sudah mengungkin masa lalunya yang tidak terlalu baik.
“tidak apa-apa kok, itu sudah lama.” Jawab Will enteng.
Maafkan aku Will, aku jadi mengungkit tentang kedua orang tuamu. Aku tidak tau kalau orang tuamu sudah meninggal. Bahkan aku sempat berfikiran yang tidak-tidak tentang kamu. Ternyata nasib kita sama ya.. kita sama-sama yatim piatu. Tapi ada orang yang sudah menganggap kita sebagai anaknya. Padahal mereka belum menikah. Nasib kita benar-benar sama.
Setelah melakukan perjalanan selama 3 jam akhirnya kami sampai juga di danau. Papa dan Alice langsung bersiap-siap untuk memancing. Sedangkan aku dan Will hendak menyusun rencana untuk misi kami.
“Will, pemandangan di sana cukup bagus .. kita foto-foto di sana yuk!” ujarku sambil mengedip-ngedipkan mata sebagai isyarat ada sesuatu yang harus aku sampaikan.
“ayo”
Hehe padahal bukan itu tujuan kami ke sana. Setelah cukup jauh dari mereka dan kami menyusun rencana untuk misi kami.
“Will, siapkan kameramu. Aku juga bawa kamera sendiri dari rumah, agar aku dapat belajar fotografi dari kamu.”
“kameraku sudah siap kok, pertama-tama matiin blitz dan soundnya.”
“sudah, lalu?”
“ya sekrang kita mulai.. ikuti aku ya.”
aku mengikuti Will dari belakang dan masuk ke semak-semak. Kira-kira kami sekarang sudah mirip tentara yang berjaga di hutan saat perang dunia berlangsung. Dengan kamera sebagai senjata kami. sekarang kami berada di belakang Papa dan Alice. dari sini kami dapat melihat mereka dengan jelas. Bahkan kami dapat mendengar percakapan mereka dari sini.
“Mark..”
“hmm?”
“pemandangan di sini cantik ya..”
“iya, tapi pemandangan di sini tidak lebih cantik dari pada kamu” hahaha aku mau tertawa mendengar Papa menggombal! Karena ini adalah yang pertama aku mendengarnya. Aku tidak nyangka jika papaku ini bisa begitu.
“uh, mark.. “ ujar wanita cantik berambut hitam itu sambil mencubit lengan Papa.
“lho.. itu kan kenyataan..”
“iya kalau sekarang kamu bisa bilang aku lebih cantik dari pemandangan si sini tapi tidak kalau besok atau lusa. “
“maksudnya?”
“sekarang kamu beranggapan bahwa aku lebih cantik dari pemandangan di sini tapi jika kamu sudah mencintai wanita lain kamu tidak akan nganggap aku lebih cantik dari pemandangan di sini lagi. Banyak sekali wanita yang tergila-gila padamu, kamu tinggal pilih. Banyak wanita yang lebih baik dari pada aku. Mungkin, kamu juga akan meninggalkan aku dan pergi bersama wa_”
“sttt.. stop. Jangan lanjutkan lagi. Mungkin banyak yang lebih baik dari kamu tapi hanya kamu yang ada di hati aku. Kamu tidak perlu berfikir yang macam-macam. Ini janjiku padamu.. i love you more than i love my self.. kalau aku harus mati demi kamu, aku siap. aku kuat bersamamu tapi aku lemah padamu. . aku tidak akan ninggalin kamu.. i’ll be loving you forever. Tak ada yang bisa merubah itu.”
“mark.... aku takut kehilangan kamu..”
“aku tidak akan kemana-mana. Aku akan tetap di sampingmu.. kamu tak pelu takut. Aku sudahber janji tidak akan meninggalkan kamu.” Papa meraih wajah Alice dengan lembut dan mendekatkannya ke wajahnya.. “Karena aku juga takut kehilangan kamu.” Suara Papa terdengar lirih namun sangat lembut. Papa mencium bibir Alice.
Aku yang kagum dengan momen itu hanya bisa bengong dibuatnya. Ini sangat romantis bagiku. Karena pemandangan ini aku jadi lupa misi utamaku.
Aku menghadapkan wajahku pada Will, ternyata Will sedang fokus memotret momen itu. Kalau di lihat-lihat, saat sedang fokus seperti ini Will ganteng juga, Mirip seperti Zac Efron, hahaha. Kalau sudah besar mungkin akan mirip dengan Tom Cruise, dan kalau sudah tua mirip dengan James Bond. Ah,bodoh!
Aku yang keasikan bahkan sampai bengong melihat wajah Will tidak sadar kalau Will sedang menatapku. “tok” Will menjentik jidatku. “auuh” gumamku dalam hati. Kenapa aku harus bodoh keterlaluan. bisa-bisanya melamun sampai tidak sadar bahwa Will sudah menatapku. Duh, malunya..
Will mengajakku untuk keluar dari tempat persembunyian ini. Setelah keluar dari tempat persembunyian, kakiku pegal-pegal akibat jongkok terlalu lama. Aku penasaran dengan hasil jepretan Will kali ini.
“Will, mana hasil Jepretan tadi? Aku mau liat.”
“nih” Will menunjukkan hasilnya padaku
“ya ampun.. gambarnya keren banget, sepertinya foto ini berceritakan keadaan di gambar ini. Mereka romantis sekali ya, sampai mau nangis aku melihatnya”
“siapa dulu fotografernya..”
“yee awas hidungmu mengembang!.. tapi, emang iya, ini karena grafernya juga. Kita mancing yuk! tidak enak kalau aku mengilang terlalu lama padahal tujuan Papa mengajakku ke sini untuk mendekatkan aku dengan tante Alice.”
“iya. Aku juga sudah lama tidak mancing jadi sekarang aku sangat bersemangat untuk mancing.”
Kami bergabung bersama Papa dan Alice untuk mancing bersama. Papa mendapatkan ikan yang jumlahnya cukup banyak, sedangkan aku tidak dapat sama sekali. Sudah tidak dapat ikan aku malah tercebur ke danau karena terpeleset. Mereka semua menertawakanku. Sebagai balas dendam, aku menarik Will ke danau dan hasilnya dia ikut tercemplung ke danau. Selanjutnya kami menarik Alice. dia juga masuk ke danau. Target terakhir yang belum basah adalah Papa. kami menarik Papa bersama-sama. Dan setelah usaha cukup keras akhirnya Papa masuk juga ke danau.
Karena sudah terlanjur basah, yasudah, kami berfoto-foto di danau itu. Tanpa sadar Papa dan Alice berpelukan.. hehe tunggu apa lagi! langsung saja kami mengabadikan momen itu. Hahaha.. tapi ternyata saat aku kepeleset, Will juga mengabadikannya di dalam kameranya. Duh... sialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar