Here’s the second chapter! Enjoy!!! :D
Dia baru saja menginjakkan kakinya di halaman sekolah. Tahunajaran baru, dengan semangat baru, yang artinya belum ada tugas menumpuk. Wajahringan William terlihat sama ringannya dengan langkah kakinya. Kehidupan SMA-nyatidak berbeda jauh dengan dua tahun lalu di sekolah lamanya. Masihmenjadilaki-laki pemalu, namun tidak lagi menjadi pengecut.
Dia tidak takut untuk berdiri di depan kelas apabila disuruhuntuk bernyanyi, bahkan teman-temannya mengetahui betapa berbakatnya dia dalambidang musik! Bukan hanya dari caranya bernyanyi, namun juga betapa handalnyaia memainkan berbagai alat music! Music itu seperti separuh darinya.
Seperti dua tahun lalu, ia kembali terpukau dengan sosokyang berada tidak jauh di depannya. Bukannya William tidak pernah bertemudengannya selama dua tahun terakhir, hanya saja mereka jarang bertemu.Sekalipun bertemu, mereka hanya akan saling berbalas senyum atau berucap “hay!”dan tidak pernah lebih. William terlalu canggung untuk bercakap-cakapdengannya.
Mata perempuan itu menyapu pemandangan si sekitarnya.
Sinar matahari membuat rambut coklatnya berkilau. Anginsepoi-sepoi kota Sligo membuat rambut pendeknya berayun-ayun. Dia berdiri tegap sambil memegangi taliranselnya, seakan ransel itu akan jatuh jika tidak dipegang baik-baik. CelanaJeans ketat melekat di kaki-kakinya yang panjang semampai. Resleting Jaketnyadibiarkan tertutup setengah.
Dia bahkan jauh dari kata ‘feminim’, tapi dia keren!
Alanna, yang selalu bisa membuat William bergumam “cantik”saat mereka berpapasan, walau hanya di dalam hati. Dia juga orang yang sama,orang yang bisa membuat jantung William bergetar hebat. Dan dia juga yangmengusir jauh-jauh predikat pengecut dari William. Walaupun William tidakmengetahui yang terakhir.
Alanna beranjak dari tempatnya berdiri, mungkin ke kelasbarunya. Sulit dipercaya, mereka berada di sekolah yang sama lagi! Williamtetap tersenyum sumringan, meskipun Alanna tidak tersenyum padanya kali ini.
*
Alanna melihatnya. Dia masih sama seperti dulu. Sama pemaludan sama pendiamnya. Dia duduk di pojokan ruang makan, tanpa satupun teman yangmenemaninya di meja makan. Dia terlihat baik-baik saja dengan kondisi itu. ataumungkin sudah terbiasa dengan kondisi itu.
Roti isi yang ada di atas meja makan, disantapnya denganlahap. Alanna tersenyum melihatnya, suatu bukti dia memang baik-baik saja. Laki-lakipemalu dan pendiam seperti dia mungkin merasa nyaman dengan kondisi sepertiitu. mungkin..
Pernahkah dia kesepian? Suatu pertanyaan bagi Alanna yangsudah cukup lama berdiri dengan makan siang di tangannya. Alanna ingin berjalanke tempat di mana laki-laki itu sedang melahap roti isinya.
“hey Ally!!” Alanna terlonjak kaget dan pikirannya terpecah.Seseorang memanggil namanya. Alanna cukup heran. Betapa cepat namanya dikenaldi sini.
Yeah, memang tidak banyak yang berubah dari kedua orang itu.
Alanna menoleh pada sumber suara. “Ayo! Bergabung di sini!”laki-laki itu tersenyum seraya memanggilnya, tapi orang ini bukan laki-lakiyang sedang melahap roti isinya. Laki-laki itu menawarkan kursi makan sianguntuk Alanna. Di samping laki-laki itu ada seorang perempuan berkacamata, yangtidak terlalu menarik. Namun keduanyaterlihat ramah, tidak ada wajah iblis yang jahat di sana.
Mulanya Alanna ingin menolak dengan sopan dan inginmenghabiskan jam makan siang dengan si roti isi itu. Alanna melirik laki-lakidengan roti isi di mejanya tadi. Namun, ia tengah membereskan bangkunya danpergi meninggalkan ruang makan.
Alanna mendesah kecewa, namun tetap tersenyum walaupunperih. Lagi pula menolak tawaran teman baru yang baik rasanya kurang sopan. Dantiba-tiba duduk dengan laki-laki pemalu itu, bisa saja Alanna membuatnyatersedak karena kaget, kemudia meninggal di tempat. Alanna tertawa membayangkannya.
*
Ruang music sepulang sekolah masih menjadi rumah keduabaginya.
Jari-jarinya menari dengan lincah di atas tuts-tuts hitamputih. Tumit kaki kanannya bergerak naik turun, menjadi alunan tempo untuknada-nada harmonis yang sedang di mainkannya. Matanya terpejam, hanyut dalamnada-nada yang dimainkannya sendiri.
*
Entah apa senutan untuk ini…
Alanna berjalan menyusuri sekolah barunya. Namun tujuanutamanya sudah ditentukan, bahkan sebelum pelajaran di mulai . perasaannyaberkata bahwa ia akan mendengarkan lagu itu lagi. Yeah, lagu yang membuatjantungnya berdebar.
Di sekitar koridor yang sedang ia lewati, Alanna dapatmendengar dentingan dari tuts-tuts piano yang mengalun merdu. Alanna yakin seyakin-yakinnya, jika si pemain adalah orang yang sama dengan orang orang yang ditemuinya duatahun lalu, di saat seperti ini juga, di ruang music sekolah lamanya.
Alanna menoleh keluar jendela. Keadaan di luar mulai sepi.Alanna mendekati sumber dentingan tuts-tuts piano itu. semakin dekat dan suaraitu terdengar semakin jelas. Alanna bisa melihat dengan jelas siapa pianisnya. Wajahnyayang begitu menikmati irama yang dimainkannya. Tebakan Alanna tidak melesetsedikitpun.
Alanna segera masuk ke ruangan itu.
William sang pianis berhenti memainkan lagunya. Ia menyadarikedatangan Alanna. Alanna terlihat santai dan matanya yang begitu hidup,menyapu seluruh ruangan yang luas itu.
“ally?!” William berucap kaget. “Apa yang sedang kamulakukan di sini?”
“melihat-lihat sekolah baruku.” Jawab Alanna santai. “ngomong-ngomong,kenapa berhenti? Lanjutkan lagunya. Kamu taukan kalau lagu itu indah sekali?”
William terdiam, keningnya berkerut sambil menatap Alanna.
“lanjutkan!” seru Alanna dengan senyum penuh semangat. setelahbeberapa saat menatap Alanna, William melanjutkan lagunya.
Alanna menemukan apa yang dicarinya. Sebuah boila. Benda itutersender dengan anggunnya pada dindingputih yang berdiri kokoh. Alanna segera meraihnya, kemudian berjalan ke arahgpiano yang sedang dimainkan William.
Alanna mendengarkan lagi itu baik-baik, bahkan ia sampaimenutup matanya untuk beberapa saat. Kemudia badan biola berada tepat di bawahdagunya. Bow bergesekan dengan string, senar-senar yang sedang di tekan-tekanoleh Alanna.
William menoleh pada Alanna yang sedang memainkan biolanya. Matanyaterpejam, menikmati tiap-tiap nada yang dinggap di gendang telinganya.
Siapapun yang mendengar kolaborasi dari keduanya, tentu akantenggelam dalam keindahannya yang memikat.
*
Entah sudah berapa lama mereka berada di tempat yang sama.Namun sekarang William mendapati Alanna duduk di sampingnya. Di bangku pianoyang cukup luas. Namun cukup dekat hingga William dapat mendengar dengan jelastiap hembusan nafas Alanna. Wangi Alanna yang mungkin parfumnya, atau pengharumpakaiannya, atau mungkin harum rambutnya, entahlah! Tapi William bisa menciumwanginya di jarak sedekat ini. Biola yang tadi di mainkannya, disandarkankembali pada dinding yang tidak jauh dari piano.
“aku tau kamu bisa memainkan Biola, piano, dan whistle thin”seru William saat Alanna sedang memainkan sembarang lagu pada piano. “tapi akutidak tau kamu sehebat itu!”
Alanna tersenyum, kemudia menanggapi “tidak ada yang taujika tidak ada yang pernah melihat. Seperti kamu..”
“William mengernyit “Seperti aku?”
“yeah. Kamu itu hebat! Namun tidak ada yang pernah melihatkehebatanmu, jadi siapa yang tau? Ah! Itu dulu. Mereka sudah melihatnya dipentas seni dua tahun lalu.”
William tersenyum mengingatnya, matanya menerawang dalampada tuts-tuts hitam putih di depannya. “ya, itu sebuah kesalahan. Kesalahan yangluar biasa.”
Apa yang baru saja dikatakan William? Ya, kata ‘kesalahan’itu terdengar jelas di telinga Alanna. Namun ‘luar biasa’? ditambah lagi denganWilliam tersenyum saat mengatakannya. Jadi sudah pasti ‘luar biasa’ itu berlakudalam artian positif. Salah dengarkah dia? Alanna tersenyum. Hatinya menari-narisangkin senangnya.
Alanna tersenyum tanpa berhenti memainkan tuts pianonya. Every little thing you do yangdimainkannya asal-asalan masih terdengar indah di telinga keduanya.
Untuk beberapa saat mereka hanya diam. Hanya petikan-petikandari senar-senar piano yang berbicara. Alanna bisa merasakan ada sesuatu yangmemperhatikannya. Alanna melirik sedikit ke kanan, dan
mendapatkan mata biru gelap William memandangi wajahnya denganbegitu dalam. Dan hangat. Bahkan Alanna bisa merasakan wajahnya memanas dengantatapan itu.
Alanna sadar bahwa itu aneh, dan yang lebih anehnya lagikenapa dia bisa begini? Ally segera menoleh dan menatap William.
*
William yang bodoh! Bagaimana bisa ia memandangi orang disebelahnya dengan tatapan itu. begitu dalam dan William tidak bisa membohongidirinya sendiri bahwa ia menikmati saat-saat itu. saat-saat ia memperhatikanwajah cantk di sebelahnya. Sebelum akhirnya Alanna menoleh padanya sambilberkata “apa?”
William tersadar kemudian tergagap dan secepat mungkin iamenjawab “oh! Bukan apa-apa.”
Alanna kembali pada lagu dan pianonya. William mencoba untukmengikutinya dengan tuts-tuts yang tersisa (tuts yang tidak ditekan Alanna). Menjadikanlagu itu semakin indah dan membuat siapapun yang mendengarnya ingin berdansaatau setidaknya menghentak-hentakkan kaki mereka.
Alanna menari jari-jarinya dari atas tuts-tuts itu. hanyaWilliam yang masih memainkan lagu itu. tidak ada yang bisa menyangkal, lagu itumasih terdengar indah.
William sadar, ada sesuatu yang memperhatikannya. Williammelirik ke sebelah kirinya. Dan mendapati Alanna sedang menatapnya sambiltersenyum lembut. Sesaat William hanya mengabaikan tatapan Alanna itu dan tetapbermain. Namun kegagapan, akibat kekacauan fikiran William membuatnya terpaksamenarik jari-jarinya dari atas tuts piano. sungguh! Tatapan itu berhasil denganbaik mengaduk-ngaduk otaknya!
William sadar benar Alanna masih tersenyum padanya dansiapaun dapat melihat dengan jelas rona merah di wajah William. Senyum simpulyang tertahan membuat wajahnya terlihat lucu. William menoleh pada Alanna danbertanya “ada apa?” maksud dari ucapan itu sebenarnya adalah “tolong berhentimenatapku begitu, apalagi dengan senyumanmu itu! sebelum aku mati konyol disini!” dan itu tentu tidak mungkin keluar dari bibir William.
Alanna tergelak. “kamu masih sama pemalunya dengan yangdulu!”
William mulai berfikir, mungkin ini bagian dari balas dendamAlanna atas tatapan bodohnya tadi..
Nah! Sampai sini dulu.. hehe aku lagi memperkuat plot-plotselanjutnya (kalo juga plotnya jadi di tulis -_-). Silahkan komen yangpanjang!! :D
Aku juga minta saran untuk judul dari cerita romantic GATOT(gagal total) ini :D
Terimakasih!!! MUAAAHHH!!!! :v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar