Rabu, 19 Juni 2013

Scarlet-3: Bertemu Kian Egan

Scarlet benar-benar kembali ke rumah itu. Rumah di mana tetangga misteriusnya tinggal. Tetangga barunya itu tentu cukup heran dengan seringnya Scarlet datang, tapi Scarlet selalu beralasan mengantar kue buatan ibunya kepada mereka. Mrs.Feehily hanya dapat tersenyum dan menawarkannya untuk masuk. Tiap tawaran itu selalu Scarlet manfaatkan sebaik mungkin tanpa pernah menolaknya.

Scarlet mengetahui semuanya saat memasuki rumah itu. Mendengar potongan-potongan cerita yang diceritakan Mrs.Feehily. Tentu wanita itu tidak begitu saja menceritakan semuanya kepada Scarlet, ia menjaga privasi keluarga tersebut. Namun dengan seringnya Scarlet berkunjung dan melakukan pendekatan dengan mereka. Mrs.Feehily merasa nyaman berbincang-bincang dengannya. Begitu juga dengan Mark, meskipun jarang berbicara namun ia selalu menjawab jika Scarlet bertanya. Mereka berdua orang yang ramah.

Kenyataan pahit yang harus menimpa Mark mulai dari lahir adalah, ia buta permanen dan sama sekali tidak pernah melihat dunia. itu menjawab pertanyaan Scarlet mengapa tatapan pria itu begitu aneh, tidak fokus kepada objek yang diajaknya berbicara, dan warna bola matanya tidak seperti bola mata biasanya. Tapi Scarlet menganggap sepasang mata itu masih cantik dan menyita perhatiannya. Scarlet perih saat mengetahui kenyataan itu. tidak bisa dibayangkannya, bagaimana jika ia yang berada di posisi Mark. Tidak tau gelap dan terang, indah dan jelek, semuanya terlihat gelap di matanya. Bahkan mungkin Mark tidak menyadari yang dilihatnya itu gelap. Ayah Mark, Oliver Feehily meninggal sejak Mark berusia sepuluh tahun. Sedih sekali hidupnya, tanpa pengelihatan dan tanpa ayah. Tapi setidaknya dia punya ibu yang sangat menyayanginya dan selalu mendampinginya. Tetap saja Scarlet sedih membayangkannya. Mrs.Feehily mempunyai sebuah salon di tengah kota, ia tidak perlu repot-repot ke sana setiap hari karena memiliki orang kepercayaan di sana.

Mrs.Feehily juga bercerita tentang Mark yang tidak mau lagi bersekolah di sekolah musik khusus anak-anak cacat di kota ini. Mrs.Feehily sudah membujuknya berkali-kali agar kembali ke sekolah itu, tapi dia tetap tidak mau. Keras kepala memang, namun Scarlet tidak menganggapnya sebagai anak bandel. Mrs.Feehily menjelaskan alasnya pada Scarlet, hanya saja Scarlet ingin mendengar dari Mark sendiri. Dan ia juga berharap dapat membujuk mark kembali ke sekolah itu. Bakatnya tidak bisa di simpan begitu saja.

“Kenapa kamu tidak mau ke sekolah lagi?” Scarlet berbicara dengan nada lembut, hanya saja raut wajah Mark berubah ketika mendengar pertanyaan itu. Saat itulah jantung Scarlet mulai berdebar.
“Mom sudah menceritakannya bukan?! Aku benci Welc tua yang memperlakukanku seperti anak idiot. Aku memang buta tapi aku masih punya otak untuk berfikir! Dan jangan bujuk aku untuk kembali ke sana karena itu akan sia-sia.” Jawab Mark ketus, Scarlet bisa merasakan kekesalannya.
“Aku mengerti, hanya saja..”
“Kamu tidak mengerti apa-apa” Potong Mark. “Itu sebabnya kamu datang kesini untuk mencari tahu. Begitu kan? Kamu penasaran bagaimana bentuknya orang buta, bagaimana kebiasaan mereka, bagaimana kepribadian mereka. Kamu hanya datang karena aku buta, dan sebaiknya berhentilah menelitiku!”
“ Aku tidak begitu!” Sergah Scarlet dengan nada tinggi.
“Tentu saja kamu begitu!”
“Terserah kamu mau memanggapku begitu!” hanya itu yang dapat Scarlet ucapkan. Karena ia sendiripun sama sekali tidak tau apa yang membuatnya tertarik dengan pemuda ini.
Sepertinya Scarlet terlalu banyak bertanya hari ini, dan hasilnya Mark menjawab pertanyaannya dengan kasar, kemudian keduanya bertengkar. Scarlet sadar bahwa itu kesalahannya, hanya saja, ada sesuatu yang membuatnya ingin mengenal lebih dalam pria buta itu. Scarlet meninggalkan rumah itu dengan penyesalan, namun ia tidak meminta maaf pada Mark akibat mementingkan gengsinya. Walaupun setelah itu, setiap detik yang Scarlet punya dipenuhi dengan rasa bersalah.

*

Scarlet tidak dapat memejamkan matanya, hatinya masih dirasuki rasa bersalah. Memang tidak seharusnya dia begitu sampai tidak berfikir bahwa Mark akan tersinggung. Scarlet sangat sedih, karena itu membuntukan jalannya untuk bertemu dengan Mark, orang yang membuatnya penasaran dan selalu tertarik untuk bertemu dengannya. Dia sudah membuat kesalahan besar, dan cara terbaiknya adalah meminta maaf. Tunggu!

Tapi Scarlet punya yang lebih baik dari pada meminta maaf.

*

Pagi itu, Scarlet bangun pagi tanpa disuruh. Suatu mukjizat yang jarang sekali terjadi. Berkemas secepat mungkin, membuat Nicky dan penguni lain rumah itu terheran-heran. Tapi mereka akhirnya tersenyum, mengira putri mereka telah dewasa dengan sendirinya tanpa perlu ocehan atau teriakan lagi.
“Aku pergi!” teriak Scarlet dari pintu depan dan langsung melesat meninggalkan rumah. Nicky heran karena Scarlet sama sekali tidak menunggunya kali ini. Nicky tidak mempermasalahkannya, lagipula mereka sudah besar.

Beberepa menit kemudia, setelah menyantap sarapannya, Nicky meninggalkan meja makannya dan menyadari Scarlet tidak memakan sarapannya. Scarlet sebenarnya sudah biasa tidak menyantap sarapannya, Scarlet tidak punya waktu untuk untuk sarapan jika bangunnya pun kesiangan. Tapi hari ini dia bangun cepat, seharusnya ia sarapan.

Nicky berseru “Aku pergi!” kemudia berjalan santai meninggalkan rumah. Angin pagi yang menerpan wajahnya terasa sangat segar dan agak basah berembun. Nicky menggaru-garuk kepalanya ketika melihat adiknya berdiri di depan rumah tetangganya. Seharusnya dia berjalan ke sekolah.

“Woy Scar! Sekolah di sana!” Nicky berteriak sambil menunjuk ke depan dengan telunjuknya. Scarlet hanya menoleh sambil memberi aba-aba pergilah duluan. “Nanti terlambat!” Nicky mengingatkan. Scarlet menggeleng dan memberi aba-aba sekali lagi. Akhirnya Nicky hanya mengangkat bahu dan berjalan kesekolah. Biarkanlah adiknya yang bodoh tau rasa sekali-sekali.

*

Scarlet kerumah tetangganya itu, lagi. Kemudian mengetuk pintunya dan sudah pasti Mrs.Feehily yang membukakan pintu.

“Ah, maaf mengganggu, Nyonya. Tapi aku ke sini hanya untuk mengajak Mark berangkat bersma” Scarlet menyatakan tujuannya tanpa keraguan sedikitpu. Scarlet sudah menetapkan niatnya itu sejak tadi malam, dan setelah memikirkan rencana ini matang-matang barulah ia dapat tidur.
“Maaf Scar, tapi dia akan menolak” Jawab Mrs.Feehily tidak enak.
“Anda bahkan belum memberitahunya bahwa aku datang untuk mengajaknya berangkat bersama”
“Tapi itu akan sia-sia”
“Anda belum mencoba” Scarlet tetap membujuknya, sepertinya bukan hanya Mark yang perlu dibujuk.
“Baiklah” Wanita itu kembali masuk ke rumahnya dan memanggil putra satu-satunya. Scarlet bisa mendengar bahwa Mark menolak untuk pergi. Ibunya membujuknya sekali lagi dan jawabannya masih sama, penolakan.
“Oh! Tidak apa-apa nyonya!” Scarlet berteriak dari luar. “Aku hanya tidak akan pergi jika dia tidak pergi” Sambung Scarlet.

Tidak lama kemudian lelaki besar berjalan dengan tongkat besinya menuju Scarlet, persis seperti yang Scarlet bayangkan. Laki-laki itu menghampirinya dengan wajah masam.
“Kamu masih ingin menelitiku?!” Ujar Mark ketus. Scarlet sudah menyiapkan diri untuk hal-hal semacam itu.
“Tidak, aku sama sekali tidak menelitimu. Aku hanya mengajakmu pergi bersama ke sekolah, karena sekolah kita satu arah. Lagipula kamu remaja enam belas tahun yang seharusnya belajar di sana. Kamu tetanggaku dan aku hanya berusaha bersikap ramah, bukan membuatmu sebagai bahan pengamatan.”
 “Oh ya?” Sahut Mark dingin.
“Ya!”
“Bagaimana jika aku tidak mau pergi? Kamu akan tetap di sini dan tidak pergi ke sekolah?” Suaranya terngar tajam.
“Tepat sekali!”
“Kamu Aneh!”
“Terserah”
“Pergilah, karena aku tidak akan pergi” Usir Mark, namun Scarlet tetap berdiri di depannya tanpa menggerakkan kakinya sedikitpun.
“Aku kan sudah bilang, aku akan pergi jika kamu pergi.”
“Kamu tau aku tidak akan pergi! Jadi, pergilah sekarang!” Mark mulai emosi.
“Tidak akan.”
“Baik, kita lihat sampai kapan kamu akan berdiri di sini”
“Baiklah” Jawab Scarlet santai saat laki-lai itu berbalik dan meninggalkannya.

*

Mrs.Feehily bolak-balik membujuk Scarlet agar pergi (dengan sopan tentunya) dan membujuk anaknya ke sekolah agar Scarlet tidak menunggu-nunggunya lagi. Setengah jam sudah Scarlet berdiri di sana, Mrs.Feehily menyuruhnya untuk duduk namun Scarlet menolak. Ia maih ingat benar dengan kata-kata “Baik, kita lihat sampai kapan kamu akan berdiri di sini”. Mrs.Feehily membujuk putanya sekali lagi dan memberitahukan bahwa Scarlet masih di sana, berdiri dan tidak mau pergi. Mark mendengus kesal, kemudia ia berjalan dengan emosi menuju tempat Scarlet berdiri.
“Apa yang kamu mau?!”
“Kamu ke sekolah bersamaku” Jawab Scarlet santai.
“Kamu tau aku tidak akan pergi!”
“Dan begitu juga denganku, jika kamu berpikiran begitu”

Mark berkali-kali mendesah, ingin rasanya ia memaki-maki gadis itu kalau saja tidak ada ibunya yang menenangkannya sambil mengelus-ngelus punggungnya. Apa maksud gadis satu ini. Baru beberapa minggu menjadi tetangganya kemudian bertingkah seperti orang anehdi depan rumahnya. Parahnya lagi perempuan ini tidak mau pergi, dan Mark sudah mengetahui bahwa gadis ini benar-benar sudah terlambat untuk ke sekolah. Artinya, dia serius dengan ucapannya.

Mark mendesah. “Ambilkan Tasku, Mom. Aku harus pergi hari ini”

*

Mrs.Feehily berniat ikut mengantarkan Mark, sebagaimana yang dulu ia lakukan bersama dengan putranya. Namun Scarlet meyakinkan Mark akan baik-baik saja bersamanya, ia akan bertanggung jawab hingga Mark menginjakkan kakinya di rumah ini lagi, nanti saat ia pulang. Akhirnya Mrs.Feehily menyetujuinya dan di sinilah Scarlet dan Mark berada, di trotoar menuju St. Abercius Marcellus, Sekolah musik khusus anak-anak cacat. Scarlet sendiri tidak tau bagaimana rupa sekolah itu dari dalam.

Di sepanjang jalan, mereka berdua hanya diam. Scarlet sesekali menarik lengan Mark menunjukkan arah ke sekolahnya. Scarlet yakin sudah sangat lama Mark tidak ke sana sampai ia lupa jalannya. Scarlet tau dia sudah sangat terlambat untuk ke sekolahnya dan entah hukuman apa yang akan diterimanya, tapi dia merasa senang karena akhirnya ia berhasil membawa Mark ke sekolahnya.

Dari luar St.Abercua Marcellus terihat sangat besar dengan gerbangnya yang tinggi. Ada celah di gerbangnya yang dapat dilewati. Scarlet menggiring Mark hingg masuk ke dalam lingkungan sekolah. Kemudian mereka mencari-cari tempat yang merupakan kelas untuk laki-laki itu.

Scarlet baru mengetahui bahwa pembagian kelas di sini berdasarkan alat musik yang mereka minati setelah melihat kelas-kelas dengan papan bertulis nama alat musik yang ada di dalamnya. Sekolah itu terlihat sepi dengan jumlah muridnya yang tidak seberapa, Scarlet mengamati tiap-tiap bagian di sini dan hanya menemukan beberap siswa di dalam sebuah ruangan. Scarlet mencari kelas bertuliskan piano di atas pintunya, dan beruntung mereka segera menemukannya.
“Kita sampai di kelasmu” seru Scarlet ceria, Mark tidak meresponnya sama sekali. “Maaf atas kemarin, aku tidak bermaksud begitu” Mark masih tetap diam.
“Ah! Akhirnya kamu datang juga!” Seru seseorang dari dalam ruangan. Untuk sesaat Scarlet tercengang melihat orang itu. Inikah Welc tua yang disebut Mark? Dia bahkan tidak punya kerutan di wajahnya dan rambutnya coklat seratus persen tanpa uban. Wajahnya rupawan, seperti pangeran dari kerajaan yang menyamar dibalik kemeja putihnya. “Biarkutebak, kamu Markus Feehily bukan? Karena hanya kamu satu-satunya murid di kelas piano” Dan sekarang Scarlet tidak yakin ini Welc tua, karena ia tidak mengenali Mark.
“Anda siapa?” Tanya Mark karena dia merasa tidak familiar dengan suara itu. Welctua punya suara serak yang besar, namun pria ini berbeda.
“Kurasa kamu memang sudah sangat lama tidak datang ke sini. Aku Kian Egan, pengganti Mr.Welc yang pensiun beberapa bulan lalu. Aku yakin kamu akan kembali, nak. Kamu cinta musik dan tidak akan lepas darinya walau apapun masalahmu.”
“Terserahlah yang penting pak tua itu sudah tidak ada lagi” Gumam Mark asal. “Aku senang dia tidak memperlakukanku seperti orang idiot lagi.”
“Percayalah nak, aku tidak seperti dia” Kian berusaha meyakinkannya.
“Anda yakin?”
“Tentu! Ayo kita masuk sekarang, banyak sekali yang harus kamu pelajari.”  Ajak pria itu.
“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai ketemu nanti!” Seru Scarlet sebelum meninggalkan mereka berdua.

*

Scarlet sangat ketakutan saat melirik jam di dinding sebuah toko yang dilaluinya, ia sudah terlambat satu jam. Dia memang biasa terlambat, tapi tidak pernah separah ini. Ia berlari hingga ke gerbang sekolah. Hari masih bisa dikatakan pagi namun bajunya sudah basah oleh keringat. Ia mengetuk pintu saat tiba di ruang kelasnya. Dan saat itu semua pasang mata tertuju padanya. bukan pertanda baik.

*

Hukuman bagi Scarlet yang terlambat lebih dari satu jam untuk sampai ke sekolah. Ia terpaksa membersihkan Aula yang lama tidak dipakai sepulang sekolah. Sialnya aula itu besar sekali! Dan ia harus menjemput Mark sebelum Mark terlalu lama menunggunya dan entah apa yang akan terjadi. Ingin rasanya Scarlet meninggalkan hukumannya itu, hanya saja Mrs. Hewls mengawasi pekerjaannya. Betapa sialnya dia. Scarlet menggosokkan pengepelnya secepat yang ia bisa, membilasnya kemudian memerasnya sekencang yang ia bisa. Keringatnya tidak berhenti mengalir. Untuk mengelap keringatnya sajapun ia enggan agar pekerjaannya segera selesai. Tiap detik terasa sangat berharga bagi Scarlet. Scarlet mengira-ngira, kapan ini akan berakhir atau kapan Mrs.Hewls akan pergi dan tidak mengawasinya.

*

Sekolahnya dan St. Abercius Marcellus   terasa sangat jauh, Scarlet berlari-lari ke sana dengan nafasnya yang terengah-engah. Tiba di sana Scarlet mencari ruang kelas yang tadi di singgahinya. Tidak dipedulikannya kakinya yangpegal, cucuran keringatnya, dan nafasnya yang sengal. Ia sudah ketakutan Mark akan marah karena terlalu lama menunggu atau yang paling buruk, Mark pulang sendiri tanpa Scarlet! Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?! Mark adalah tanggung jawab Scarlet hingga ia sampai di rumah nanti.

Betapa senangnya Scarlet saat mendengar bunyi dentingan piano dari dalam ruangan itu, dan melihat Tuan Egan masih di sana bersama Mark. Mereka berdua kelihatan asik sendiri dengan lagu yang mereka mainkan. Scarlet mengambil nafas saat itu.

“Lagu Now and forever! Bisa kita mainkan sekali lagi?” Kian sudah melihat Scarlet di depan pintu dan tersenyum padanya. pelajaran memang sudah seharusnya usai hampir sejam yang lalu. Mereka memang benar-benar keasikan dengan dunia mereka sendiri hingga lupa waktu. Mark adalah murid yang cerdas, dan Kian sangat menyukainya.
“Mungkin besok, adikmu sudah menjemput. Lagipula kita sudah seharusnya berada di rumah”
“Adikku? Apa yang anda maksud Scarlet? Yang mengantarku tadi pagi?” Mark memastikan.
“Ya. Dia sudah menunggumu. Jadi, kamu masih mau belajar di sini?” Mark mengangguk semangat sambil tersenyum. “Kalau begitu datanglah besok”
“Tuan” Panggil Mark. “Dia bukan adikku”

*

Mereka pulang dengan suasana yang tidak canggung lagi. Mark sudah tersenyum dan sepertinya tidak sabar untuk besok. Ia bahkan bercerita bagaimana seorang Kian Egan mendidiknya. Dia memang pendidik namun ia mendidik seperti seorang teman. Cara itu sungguh berbeda dengan yang diterapkan Mr.Welc dan Mark senang sekali karena pak tua itu tidak ada lagi.
“Kamu senang hari ini?” Scarlet memastikan.
“Ya, tentu saja!”
“Apa aku dimaafkan?”
Mark berfikir untuk sesaat kemudian ia menjawbnya “Baiklah, kamu di maafkan karena telah mengembalikanku ke tempat seharusnya”
“Oh! Terimakasih!” Gumam Scarlet penuh kelegaan dan keceriaan. Tidak sia-sia seharian ini sial yang dialaminya. Semuanya terbayar dengan kata maaf yang diterima dan melihat Mark senang sekali dengan sekolahnya.
“Apa besok kita berangkat bersama lagi?” Tawar Mark.
“Tentu!” Jawab Scarlet cepat. “Tapi kita harus pergi lebih pagi supaya aku tidak dihukum lagi.”


komennya.. :D 

Alanna-3:We Meet Again

Tahun baru tiba! Kembang api besar warna-warni bertebaran di langit malam yang gelap, sangat cantik dan terlihat jelas. Kami melewati tahun baru bersama-sama, seperti biasanya. Tidak tidur sepanjang malam, ngobrol sepanjang malam, dan makan sepanjang malam. Suatu kesenangan yang jarang sekali terjadi! Meskipun udara musim dingin di Sligo dingin sekali, kami tetap bersemangat menyambut tahun yang baru, semangat baru, cerita baru, dan hidup baru untuk Finn.

Aku berharap tahun baru yang akan datang akan tetap seperti ini, kalau bisa aku mau yang lebih ramai. Finn, kutunggu keponakan baruku! Ci, aku juga menunggu keponakanku. Well, Kelly, jangan cepat-cepat menyusul atau aku akan benar-benar sendirian di rumah. Aku tau, masih ada Maa, Dad, Snowy beserta kawanannya, tapi.. terserahlah, apapun asal kalian bahagia aku rela.

Maa dan Dad? Sudah pasti mereka tidak akan menikah lagi jadi jangan tanyakan. Snowy! Tetap dirumah! Menikah saja dengan teman-teman wanita di kandangmu.

*

Februari tiba, semua orang tidak sabar menunggu datangnya hari Valentine. Begitu juga dengan Finn, tapi bukan hari Valentine yang ditunggunya, meskinpun ia memang menunggu empat belas Februari. Sudah tau tanggal pernikahan Finn? Ya! Empat belas Februari. Mereka memilih tanggal itu agar semua orang di dunia merayakannya. Haha yang mereka rayakan hari Valentine Finn, bukan pernikahanmu. Tapi Finn sama sekali tidak peduli. Tanggal empat belas Februari juga sangat mudah diingat, walau tanggal berapapun sebenarnya tidak mungkin mereka melupakannya.

Semua orang sibuk, termasuk Ryan dan Sarah yang turut ikut ambil bagian. Dan aku dengan senang hati membantu apapun, termasuk mengangkat kursi gereja. Tidak, mereka tidak menyuruhku untuk hal seperti itu. Sebenenarnya tidak ada kesibukan berarti bagiku, mereka orang dewasa sudah mengatur semuanya. Aku hanya perlu menunggu hingga hari bahagia itu tiba, walaupun bukan aku yang menikah. Finn senang, akupun senang.

*

Sligo bersalju! Tentu saja, masih musim dingin di Sligo. Dan tanggal empat belas Februari akan menjadi hari bersalju yang membahagiakan. Halaman gereja ditata secantik mungkin dan di beberapa tempat salju sudah dibersihkan agar bisa dilewati. Bisa dibayangkan pernikahan yang putih, benar-benar putih. Sampai kulit pendeta yang akan menikahkan merekapun sedikit pucat dari biasanya. Oh! Cantik sekali.

Pohon-pohon kehilangan daun mereka, dan salju menumpuk di dahannya. Orang-orang menggunakan mantel tebal mereka dan menutupnya rapat-rapat. Uap menyerupai asap menyembut keluar tiap kali mereka mendesah. Benar-benar putih di mana-mana.

Finn berdiri dengan gagah di depan sana, dengan setelannya yang serba putih. Aku bisa melihat Finn begitu gugup menunggu pengantinnya, aku tersenyum melihatnya. sorot matanya terlihat bahagia walaupun bola matanya berlari ke sana kemari, mungkin mencari pengantinnya yang belum tiba. Finn berkali-kali mendesah, mungkin menenangkan dirinya sendiri. Harus kuakui, Finn tampan sekali  hari ini. Baiklah, dia memang tampan setiap hari tapi kali ini jauh lebih tampan! Aku yakin pasti banyak yang iri dengan Lindsay karena mendapatkan calon suami setampan itu. Aku juga sedikit iri karena Lindsay memiliki banyak waktu dengan Finn dibandingkan aku. Ayolah! Finn tidak mati, aku masih bisa bertemu dengannnya sesuka hati.

Kedua mata Finn membesar, aku sedikit heran melihatnya. Para tamu menoleh ke belakang dan aku mengikuti arah pandang mereka. Astaga, cantik sekali! Mataku ikut membesar seperi Finn. Lindasay berjalan menuju Finn. Langkahnya tidak gentar sama sekali, tapi jelas dia sama gugupnya seperti Finn. Ia mencengkram kuat lengan ayahnya. Gaun putihnya melekat indah dengan tubuhnya yang ramping. Ia lebih ramping dari biasanya, aku yakin dia diet! Haha sesuatu yang belum pernah aku lakukan, dan mungkin tidak akan pernah. Rambut pirangnya yang panjang digulung dengan manis, dihiasi dengan mungkit jepit berbentuk kristal putih yang berkilau saat bertemu cahaya. Dia terlihat cantik dan manis sekali! Selera yang bagus Finn.

Menurutku Lindsay itu manis sekali! Dia berbicara dengan lembut setiap saat, aku bisa bilang begitu karena aku belum pernah mendengarnya membentak-bentak sesuatu. Tingkahnya pun sama manis dengan wajahnya, ramah kepada siapa saja termasuk Snowy. Aku pernah mendengarnya berbicara dengan Snowy dan Finn mentertawakannya. Dia juga pernah memasak di rumah dan masakannya enak! Walaupun tidak bisa mengalahkan masakan buatan Dad.

Lindsay sampai pada tujuannya. Pria tua di sampingnya menyerahkan putrinya, kemudian mundur dan duduk di samping istrinya. Wajahnya terlihat, membingungkan. Mungkin sedih seperti yang kurasakan, namun terharu dan bahagia karena akhirnya putri mereka menemukan pendamping hidupnya.

Fiin bertemu dengan pengantinnya, aku bisa melihat wajah leganya. Keduanya terlihat lucu karena sama-sama gugup. Mereka menghadap pendeta yang akan menikahkan mereka. Huft.. hanya dalam hitungan menit setelah ini, mereka akan menjadi pasangan suami Istri. Mr.Egan & Mrs.Egan. mendengar mereka mengucapkan janji sehidup semati, sungguh ingin membuatku menangis. Mereka seperti pangeran dan putri di dalam dongeng. Menikah di antara salju putih yang mengelilingi mereka, saling mengucapkan sumpah setia, saling memandang binar mata mereka, memasangkan cincin di jari manis mereka, kemudian mereka benar-benar telah menjadi satu, dan Finn mencium pengantinnya. Sial! Aku tidak bisa menahan air mataku.

Para tamu bertepuk tangan saat pengantin itu saling berciuman. Untunglah bukan hanya aku yang menangis, Maa juga nangis! Sebenarnya Dad juga, tapi dia cepat-cepat menghapusnya, untung aku sempat melihat. Biar kutebak! Ci menggenggam erat tangan Sarah, aku yakin kedua orang itu saling bernostalgia.

Oh! Finnku satu-satunya, sekarang kamu banyak sekali yang memilikimu: aku, Ci, Kelly, Maa, Dad, dan Lindsay. Aku sangat bahagia karena akhirnya kamu menikah juga, setelah kukira wanita mana yang mau dengan laki-laki menyebalkan sepertimu. Aku tau kamu pria yang baik dan kamu pantas mendapatkan wanita yang baik pula. Aku bodoh karena terlihat seperti menangisimu, aku hanya menangis terharu! Love you Finn!

*

Aku hanya duduk sambil memandangi orang-orang yang sibuk berdansa dengan pasangannya. Sinar matahari memang tidak sebanyak musim semi, tapi matahari memang seharusnya sedang berada di atas kepalaku. Aku merasa sedikit lebih hangat setelah siang. Dad bersama Maa ikut berdansa di antara pasangan lainnya, dan pasangan pengantin baru kita tentunya. Lagu Endless love bermain mengiringi mereka. Pak tua yang memainkan piano di pojokpun menikmati permainannya sendiri. Syukurlah salju tidak turun saat acara pemberkatan tadi, atau pengantin baru kita akan membeku sebelum menikah. Acara selanjutnya dilakukan di dalam ruangan karena diluar dingin sekali. Tidak maukan kalau tamu-tamu pulang ke rumah masing-masing hanya karena kedinginan? Memang tidak begitu banyak tamu yang diundang, hanya keluarga dan kerabat dekat dari keluargaku dan Lindsay.

Acara pernikahan memang identik dengan lempar buket bunga, siapa yang dapat maka dialah pengantin selanjutnya. Kelly dan Ryan ikut-ikutan dalam kerumunan gadis-gadis yang berharap mendapatkan buket bunga itu. aku geleng-geleng kepala melihat dua orang itu. Saat Lindsay melemparkan buket bunganya, mereka yang menunggu bunga itu jatuh mulai riuh. Aku mengikuti ke mana bunga itu mendarat dan aku hampir tertawa terbahak-bahak saat Kelly berhasil mendapatkan buket bunga itu. Perlu perjuangan menangkap bunga itu di antara kerumunan gadis-gadis singel.
“Ray, aku dapat bunganya!” Kelly segera menuju Ryan dan memeluknya erat.
“Kita akan menjadi pengantin selanjutnya!”  Aku tersenyum mengingat kejadian itu. aku tidak ikut dalam acara lempar bunga itu karena banyak alasan, salah satunya, siapa yang mau menikah di usia yang belum genap tujuh belas tahun?
“Hmm.. Mau berdansa denganku nona?” Sebuah uluran tangan ditujukan kepadaku, aku melihat siapa wajah orang yang sedang menawarkanku itu.
“William!” Aku tidak dapat menyembunyikan senyumku! Aku kaget dan aku sangat merindukannya! Hampir setahun aku tidak melihatnya. Aku memperhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia sedikit bertambah tinggi, kulitnya lebih coklat, dan badannya lebih kurus dari yang dulu. Tapi dia terlihat, manis. “Kapan kamu di sini?”
“Sebenarnya sudah sejak tadi, hanya saja aku duduk di belakang bersama Matty. Jadi?”
“jadi apa?” tanyaku heran.
“Jadi dansa denganku, aku masih mengulurkan tangan padamu”  Aku tersenyum seraya meraih tangannya.
“Aku tidak tau kamu bisa menari atau sejenisnya”Seruku  saat aku meletakkan tangan di bahunya.
“Apa susahnya berdansa?” Aku hanya tersenyum sambil berdansa mengikuti alunan musik.
“Kukira kamu akan pakai Jeans hari ini. Apa yang salah dengan rambutmu? Mereka tidak tambah panjang?”
“Kamu pasti ingin menertawaiku dengan gaun ini. Tidak ada yang salah dengan rambutku, aku rutin memangkas mereka.” Jawabku.
“Kamu terlihat manis dengan gaun itu” Aku hanya tersenyum sipu. Bertemu teman lama membuatku agak canggung. Entah apa lagi yang harus kami bicarakan.
“Mau keluar?” Ajak Will.
“Baik, di sini agak ramai”

Perasanku saja atau Will sudah berubah menjadi lebih berani dan banyak bicara. Will menggenggam tanganku saat kami berjan di antara kerumunan orang. Saat itu pipiku memerah, mungkin Will tidak menyadarinya. Tapi ini terasa aneh buatku, apa mungkin di California ini dia biasa begini?

Kami tiba di luar, di mana bangku-bangku panjang kosong tanpa seorangpun yang duduk di atasnya. Udara terasa lebih dingin di sini. Will masih menggenggam tanganku dan aku bisa merasakan hangat telapak tangannya. Will melepaskan genggamannya, mungkin saat dia sadar bahwa itu tidak biasa.
“Ku harap kamu tidak keberatan kita ngobrol di luar”Will membuka percakapan.
“tentu tidak, aku senang dengan udara dingin di sini”
“Bagaimana sekolahmu?”
“Baik, tidak ada nilai-nilai yang buruk. Semua pelajaran kulahap sampai habis” Will tersenyum lebar mendengarnya.
“Bagaimana dengan Bawyn?”
“Ah, kamu masih ingat dengan orang gila itu?! Dia baik-baik saja dan dia kembali bersma Lyana. Itu tidak terlalu aneh, tapi cukup mengejutkanku.” Kami terus berbicara sambil berkeliling.

*

William masih ingat dengan sejas bagaimana Sligo sebelum di tinggalkannya. Aku memang berlebihan, dia bahkan baru pergi setahun yang lalu. Ia menjadi teman bicara yang menyenangkan, lebih banyak membuat percakapan dan sedikit lebbih terbuka. Sepertinya William pemalu dan pendiam dipreteli habis oleh California. Itu tidak terlalu buruk karena dia masih sama ramahnya dengan William yang dulu, bahkan William yang sekarang sangat menyenangkan. Bukan berarti William yang dulu membosankan.
“Kelly mendapatkan bunga itu?” William terdengar antusias dengan ceritaku.
“Ya! Dan aku menahan tawa saat melihatnya!” Will tertawa membayangkannya. Cukup lucu saat ada dua orang laki-laki yang terobsesi hidup bersama nekat bersempit-sempit ria di antara gadis-gadis penanti bunga. “Berapa lama kamu di Sligo? Masih lama kan?”
“Sebenarnya aku tidak bisa lama-lama di sini. Banyak tugas yang harus kuselesaikan di sana. Aku sangat kenyang dengan buku-buku tebal bahkan hampir muntah melihat mereka setiap hari!” Will berekspresi jijik.
“Kamu jadi lebih cerewet”
“Dulu kamu juga pernah bilang begitu” Will mengingatkanku saat berada di lantai tiga gedung sekolah. “Kurasa semakin tua aku semakin cerewet. Atau mungkin California yang mengubahku? Mungkin keduanya. Apa aku aneh jika menjadi sedikit lebih cerewet?” Aku menggeleng dan sesekali melirik mata biru tuanya.
“Tidak, aku senang kamu cerewet.” Aku meyakinkannya.
“Kalau begitu aku senang aku cerewet.” Kami hanya diam setelah itu. Aku tidak suka saat-saat seperti ini,begitu canggung dan rasanya sangat aneh.
“Ally” Aku menoleh saat namaku dipanggil, dan aku sangat senang akhirnya dia mengucapkan sesuatu. Aku memasang wajah menunggu kata-kata selanjutnya. “Boleh aku minta nomor, e-mail atau apa saja agar aku bisa menghubungimu?”

Benar juga, satu tahun belakangan ini kami tidak bernah saling bertanya kabar apalagi berbicara. Aku hanya mengetahui kabarnya jika Dad dan paman Mark sedang berbicara dan sedikit menyinggung tentang William. Dan paman Mark tidak begitu sering berkunjung ke rumah karena ia juga sibuk dengan pekerjaannya.
“tentu” jawabku. 




so ini dia hasil nggak tidurku semalaman! :D (gimana mau tidur kalo seharioan udah tidur -_-)
hehe komennya komennya!! :D

Alanna: Meet my awesome family-2

Meskipun satu panggung dengan Kelly, sebenarnya aku tidak langsung setenar dia walaupun besoknya wajahku terpampang di majalah, televisi dan koran. Pasti hanya akan bertahan sehari dua hari. Sebagian orang memandangku penuh kekaguman, dan sebagian lagi silahkan ditebak. Seperti kumpulan perempuan penggosip yang kutemui di depan toilet, mereka melihatku seperti melihat domba dekil dari peternakan. Dan masa bodoh dengan mereka! Semoga mereka terpeleset di toilet.

Kelly dan Finn melanjutkan tur mereka keliling dunia, sedangkan aku tetap di Sligo. Payah! Padahal aku ingin satu panggung lagi bersama Kelly. Mereka tidak akan pulang ke rumah dalam waktu yang lama, dan itu membuatku merindukan mereka.

Sejak insiden ‘pernyataan cinta’ ala pangeran di depan sekolah itu, aku selalu menghindar dari Barwyn dan berharap tidak melihat wajahnya lagi. Akhir-akhir ini dia terlihat sangat dekat dengan Lyana dan jangan tuduh aku memata-matainya! Karena di mana aku melihat Lyana, di sana ada Barwyn. Beberapa hari terakhir aku baru mengetahui bahwa mereka kembali bersama. Jujur, aku lega mendengarnya.

Maa dan Dad sehat-sehat saja. Keadaan Keavy’s Corner, EMS, GaN’s Management dan Pub juga baik-baik saja. Belum lama ini EMS juga didirikan di Dublin, dan Dad senang sekali sampai berkali-kali mengelilingi sekolah itu.

Entah karena sering bertemu dengannya atau apa, belakangan ini aku menjadi dekat dengannya. Di kelas kami duduk bersebelahan. Diaorang yang baik, walau agak cerewet. Tapi dia calon ibu yang baik, kurasa.

“Barwyn mengajakku makan malam! Apa yang harusnya kugunakan?” aku menoleh kepadanya, dan  melihat binary-binar matanya dengan jelas.
“Well, kalau aku jadi kamu, aku akan pakai Jeans dengan sobekan di paha dan lutut. Berjalan dengan High Top, bukan dengan High Heels” Jawabku setengah hati sambil terus menulis di buku latihanku.
“Kamu gila?! Dia mengajakku ke rostoran prancis!” dia member tekanan pada kata prancis. Negara yang sama sekali belum pernah dikunjunginya. Aku yakin sekali.
“ Jadi, kamu ingin berdandan ala ratu prancis lengkap dengan gaya rambutnya? Kamu harus pergi ke salon sekarang, sebelum terlambat”
“Bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin terlihat special mala mini. Siapa tau dia melamarku” Lyana tertawa dengan kalimat terakhirnya dan aku memandandanginya dengan tatapan aneh.
“Kamu masih enam belas tahun” ingatku.
“Aku tau, tapi mungkin saja dia melamarku” Lyana masih bersikeras dengan dugaannya.
“Oh! Terserah!”
“Jadi, apa yang harus kugunakan agar terlihat spesial?”
“Baju renang mungkin? Lyana, kamu terlihat special di matanya, bukankah itu yang membuatnya memilihmu?” Entah dari mana pikiran bijak itu berasal, aku sendiri tidak tau. Ingat, aku tidak paham benar soal cinta dan teman-teman sekingdomnya.
“Kamu benar, aku spesial”
“Masih bingung dengan kostumu nanti malam?”
“sebenarnya, masih. Sedikit”

Aku hanya mendesah, membiarkannya menarik kesimpulan dan keputusan. Serumit itukah ajakan makan malam? Bukankah mereka sudah sering melakukannya?

“Baiklah. Kuputuskan nanti saja. Ayo makan siang!” Ajak Lyana sera bangkit dari tempat duduknya.
“Pergilah duluan, aku masih bersemangat mengerjakan ini” Seraya menunjuk buku latihanku dengan pena.
“Kepalaku mau pecah melihat soal-soal itu. kalau begitu sampai nanti!”
Well, Pascal, Kamu berniat membuatku botak bukan?

*

“ALLY!!!” Aku terlonjak kaget ketika seseorang meneriaki namaku. Aku baru saja masuk ke kelas pagi ini, dan aku segera mencari orang yang membuatku jantungan. Lyana berlari kearahku sambil tersenyum lebar.

“Kamu tau apa yang terjadi semalam?” Dia menggenggam kedua tanganku erat-erat dan aku hanya menggeleng penuh arti. Tidak mengerti, kaget, dan bertanya-tanya. Dia menarik nafas dalam-dalam sambil tersenyum lebar, aku khawatir dia akan berteriak lagi dengan jarak sedekat ini padaku.
“Dia melamarku!” Ia memekik tertahan, syukurlah tidak merusak telingaku sama sekali. Tapi, dilamar? Aku ternganga tidak percaya. Aku memang masih mengantuk saat ini, atau mungkin aku masih belum bangun sama sekali. Tapi cengkraman itu nyata sekali, dan gigi kelinci Lyana juga terlihat sangat nyata.
“Aku tau! Aku masih enam belas tahun. Tapi dia akan menikahiku ketika aku siap. Dan aku bilang, kami akan menikah saat usiaku dua puluh dua tahun! tidakkah itu indah? Enam tahun lagi dan aku tidak sabar ingin menua bersamanya!”

Sebenarnya aku tidak mau tua seperti dia, tapi aku ikut tersenyum saat mendengar penjelasannya. Aku ikut bahagia atas apa yang sedang menimpanya. Barwyn masih sama gilanya dengan yang dulu, tapi Lyana sudah sangat mencintai orang gila itu. baiklah, selamat menjadi gila Lyana.
“Selamat menemph hidup baru!” seruku sambil tersenyum haru.
“Oh Ally!” dia memelukku erat-erat dan aku membalasnya, kami tidak peduli dengan perhatian satu kelas yang tertuju pada kami. Aku hanya merasa harus memeluk orang yang sedang berbahagia ini. “Simpan ucapan itu sampai enam tahun lagi”

Aku baru saja sadar, Lyana sudah menganggapku seperti ini. Mirip seperti sahabat, tapi kami tidak pernah menyebut diri kami begitu. Semuanya hanya berjalan begitu saja hingga kami berpelukan saat ini. Aku memang tidak melupakan insiden yang dibuatnya dulu, tapi aku sama sekali tidak menyimpan marah atau dendam. Hidup memang penuh dengan kejutan, entah apa lagi setelah ini.

*

Berbulan-bulan sudah berlalu sejak Move Tour Concert di Dublin, dan sekarang Kelly benar-benar sudah menyelesaikan Turnya. Dia bisa beristirahat dengan santai sekarang. Sesuatu yang jarang didapatkan beberapa bulan terakhir. Dia terlihat lebih kurus hingga tulang pipinya terlihat sangat menonjol, Maa memaksanya untuk makan banyak! Finn juga terlihat kurus, apalagi dengan postur tubuhnya yang sudah tinggi. Dia seperti tiang listrik! Tapi untunglah mereka sehat-sehat saja.

Sore ini Ci dan Sarah berkunjung ke sini (ke rumah kami), mereka memang sering ke sini. Awas saja kalau mereka jarang datang padahal masih tinggal di Sligo! Kami sedang berada di istal kuda, sudah lama kami tidak berkuda dengan lengkap seperti ini, Ci, Finn, Kelly dan aku. Ci memilih Snowy, kuda paling tua yang dimilikinya, hadiah ulang tahun Ci entah yang keberapa dari Dad. Sedangkan aku memilih Midnight. Dia cantik sekali, seluruh tubuhnya yang berwarna hitam seperti langit tengah malam yang berkilau! Menurut Ci, dia kuda betina muda yang tangguh.Finn dan Kelly memilih kuda coklat yang biasa mereka tunggangi.

Ci sudah naik di atas punggung Snowy dan mengajaknya berkeliling. Ci sayang sekali pada Snowy, bahkan Snowy itu kuda kesayangan Ci. Walaupun Sudah bisa dikatakan tua, Snowy masih kuat seperti kuda muda lainnya, Ci selalu merawatnya dengan baik. Kami mulai berkeliling di halaman, kemudian memacu kuda kami agar berlari kencang. Ci penunggang terbaik di antara kami berempat, aku bahkan sempat berfikir Ci harus ikut lomba menunggang kuda. Finn bersama kudanya mengejar Ci, dan Kelly ikut-ikutan mengejar mereka. Hanya aku yang masih bersantai dengan Midnight, aku juga harus mengejar mereka.

“Ayo Midnight, kita kejar mereka!” aku mengibaskan tali pegangan ke punggungnya dengan sedikit keras, kemudian ia berlari. Aku memukulnya lebih keras karena larinya lamban sekali, padahal aku pernah melihat Ci menungganginya dengan kecepatan yang luar biasa. Midnight berlari kencang saat aku memukulnya lebih keras. Kami mengejar Ci yang sebenarnya tidak dapat terkejar lagi, tapi lebih baik begini daripada hanya diam.

Aku berada tepat di belakang Kelly dan berusaha mendahuluinya.Tapi Kelly juga sama kencangnya dengan kami, dan sangat sulit bagiku dan Midnight untuk mendahuluinya. Aku memukul Midnight sekali lagi dan ia meringkik kemudian berlari lebih kencang, sedikit demi sedikit kami mendahului Kelly. “Kerja bagus Midnight!”

Sebenarnya aku ingin mengejar Finn dan Ci yang berada jauh di depan, tapi sepertinya susah sekali. Aku ingin memelankan laju Midnight dan mengajak Kelly untuk bertaruh siapa yang akan lebih cepat samapai ke Istal. Tapi Midnight terus berlari dengan kencang. Aku mulai berfikir ada yang salah dengan Midnight. Dia tidak mau berhenti! Dan aku baru sadar, ini pertama kalinya aku membawa Midnight!

Aku tetap berusaha untuk tenang dan mencari cara untuk menghentikan kuda bodoh ini. Dan sekarang Midnight berlari lepas kendali! Aku sangat ketakutan dengan otakku yang tidak bisa berfikir lagi. Aku sudah menarik talinya berkali-kali, tapi itu sia-sia untuk menghentikan Midnight. “TOLONG!!!” hanya itu yang terlintas di kepalaku untuk selamat. Memang ada cara lain lagi untuk selamat dari kuda yang sedang ngamuk ini?

“CI!! TOLONG!!!” Aku berteriak sekeras dan sebanyak yang aku bisa. Aku hanya mendengar derap kaki Midnight yang berlari kencang di atas tanah berumput. Sampai akhirnya aku mendengar suara Ci dan Finn yang berteriak di belakangku. Itu sedikit membuatku lega, walau aku masih panik setengah mati.

“Tarik talinya!!” Teriak Ci.
“Sudah!! Dia tidak mau berhenti!” pekiku ketakutan
“Tarik sekuat mungkin!”

Aku menarik tali yang kupegang sekuat yang aku bisa dengan mengandalkan berat badanku. Tapi Midnight masih menggila. “Tidak bi_” Kedua kaki depan Midnight terangkat tinggi secara tiba-tiba saat aku masih menarik talinya sambil berteriak. Midnight meringkik dengan kedua kaki terangkat, aku masih berpegangan pada tali, tapi Midnight berdiri tinggi dengan kedua kaki depannya. Tubuhku tidak bisa bertahan lagi di punggung Midnight, bokongku sudah tidak melekat lagi pada pelana di punggung Midnight. Aku bahkan tidak menyiapkan diri untuk jatuh dan di sambut oleh tanah yang keras. Aku memicingkan mataku erat-erat saat tubuhku berada di udara. Terbayang bagaimana sakitnya punggungku saat mengantuk tanah.

“GEDEBUK!” Aku mendarat. Aku merasakan ada tangan yang menyambutku dari belakang walaupun akhirnya aku hanya jatuh terlentang. Aku mendarat pada sesuatu yang tidak sekeras tanah. Perlahan –lahan aku bererak dan bangkit. Saat melihat tangan yang ada di sampingku, Aku yakin aku sedang menindih tubuh Finn. Aku segera menyingkir dari atasnya.
“Finn!”Seruku saat ia berusaha bangkit. “Kamu tidak apa-apa?” Finn hanya menggeleng seraya berusaha duduk. Kemudian ia memegangi pinggangnya.
“kalian berdua tidak apa-apa?” Ci menghampiri kami dengan panik. Aku hanya menggeleng, aku tidak merasa sakit. Hanya jantungku yang masih berpacu kencang dan membuat tubuhku terasa lemah. “Finn, kamu tertimpa Ally. Apamu yang sakit?”
“Tidak ada” Jawab Finn seraya berusaha bangkit, di bantu oleh Ci.
“sungguh? Punggungmu tidak sakit sama sekali?”
“Tidak” Jawab Finn meyakinkan.
“Jangan pura-pura, jatuhnya tadi pasti keras sekali” Ci tidak percaya.
“jadi kamu mengira aku pembohong?!” seru Finn sinis. Kemudia ia berjalan ke arahku dan tiba-tiba menggendongku. “lihat kan? Punggungku tidak sakit!”
“Finn! Turunkan aku!” aku meronta di gendongannya.
“Ci, sebaiknya cepat urus kuda gila tadi!” Kemudian Finn berlari sambil menggendongku. Dia pandai benar membuatku kesal! Bahkan di saat seperti inipun ia masih sempat-sempatnya membuatku kesal. Aku tidak suka dia memperlakukanku seperti bayi begini.
“Finn! Aku bukan bayi! Turunkan aku!” Aku meronta, kemudia ia berhenti dan menurunkanku. Ia tersenyum penuh kemenangan. Aku mendengus kesal padanya. kemudia aku teringat dengan Finn yang menyambutku saat jatuh tadi.
“punggungmu tidak apa-apa?” Aku berubah khawatir.
“Kamu lihat aku bisa menggendongmu sambil berlari, jadi aku tidak apa-apa”
“benarkah?” Aku sedikit tidak percaya.
“Kamu terdengar seperti Ci” jawabnya asal.

Finn memang begitu. Dia selalu terlihat kuat, entah itu hanya kelihatannya saja atau yang sebenarnya. Kadang hal itu membuatku kesal padanya.

 Pria kuat ini sebentar lagi akan menikah, dan meninggalkan rumah. Kakakku yang paling aneh dan yang paling kusayang, akan hidup bersama wanita lain. Aku pasti akan sangat merindukannya. Tapi, bukankah ia sering meninggalkan rumah seperti waktu Tur Kelly? Tapi dia pasti akan kembali kerumah setelah itu. dan setelah dia menikah? Tentu dia akan kembali ke rumahnya bersama Lyndsay. Aku akan semakin jarang bertemu dengannya dan semakin jarang bertengkar dengannya. Tanpa sadar aku terus menatap wajah Finn, dan mataku mulai berkaca-kaca.
“Kenapa?” Tanya Finn sambil terheran-heran. “Apa yang sakit?” Tanya Finnian saat melihatku hampir menangis.
“Tidak ada” jawabku setegar mungkin.
“jadi ada pa dengan wajahmu itu?”
“bukan apa-apa” aku beerbohong, kemudia memalingkan wajahku darinya. “Finn” panggilku. Finn hanya menoleh seraya menunggu kata-kataku selanjutnya. “Kalau kamu sudah menikah, kamu harus sering datang ke sini” Aku mengucapkannya tanpa memandang Finn.
Finn mendesah sambil tertawa, apa aku terlihat aneh saat ini? Kemudia ia memelukku erat-erat.
“Tentu! Ini rumahku. Aku tidak akan membiarkan adik kecilku meraung-raung merindukanku”
“Finn..” aku berusaha untuk menghilangkan besar kepalanya.
“Ngaku sajalah,kamu akan rindu denganku kan?”ia mengucapkannya dengan penuh percaya diri seraya mengeratkan pelukannya.
Aku memeluknya tak kalah erat. “Kalau iya, memang kenapa?”




Mohon komen! :D 
aku tau ini membosankan -_-

Alanna:Meet My Awesome Family-1

Ini sambungannya Bow and String :) kubikin selabel ya..

  


Namaku Alanna, anak bungsu dari empat bersaudara dan satu-satunya anak perempuan di keluargaku. Tapi jangan salah, mereka tidak memperlakukanku seperti anak manja yang tidak tau apa-apa, walau kadang aku merasa mere memperlakukanku seperti bayi. Baiklah, mungkin hanya perasaanku saja. Aku sangat tertarik pada balet, dan musik. Tinggalkan sepasang sepatu balet dan aku akan gila-gilaan bersama mereka sepanjang hari! Melihatku memakai rok, sama dengan melihat komet di udara, karena aku malas dan jarang sekali memakainya. Memangnya siapa yang mau memakai rok lalu tidak bisa menendang bokong Finnian? Dilihat dari manapun, celana Jeans jauh lebih menguntungkan. Sayangnya tidak ada balerina yang mengganti tutunya dengan celana Jeans. Melihat fakta itu, aku mengurungkan niatku untuk memakai celana jeans saat latihan.

Perkenalkan Ciaran, anak sulung dari keluargaku. Maa pernah bercerita bahwa Ci agak cerewet saat masih kecil, tapi sekarang ia begitu pendiam. Sikapnya juga sangat dingin, jangan pernah berfikir bahwa Ci itu jahat atau kutendang bokongmu! Dia memang seperti gunung es, tapi dialah gunung es terbaik yang pernah kulihat! Dia begitu perhatian walaupun tidak banyak bicara, bersikap sopan walaupun terkesan dingin, dan menurutku dia dokter yang sangat ramah pada pasien. Dia seorang dokter ortopedi di sebuah rumah sakit di kota ini, ia juga membuka klinik sendiri.

Yang membuatku terkejut adalah,tahun lalu ia menikah dengan seorang wanita berkulit coklat, Sarah Wood. Pilihan Ciaran lumayan juga karena dia cukup manis buatku.  Mengapa aku terkejut? Karena dia begitu dingin dan sama sekali tidak pernah menyinggung soal perempuan di depanku.  Banyak perempuan yang mengejarnya, namun Ciaran sama sekali tidak menanggapi mereka. Sebenarnya, secara tidak langsung Ciaran mematahkan hati mereka. Lagipula siapa suruh mengejar-ngejar es batu! Tapi beberapa tahun terakhir aku memang melihatnya kencan dengan wanita itu.

Beralih dari kakak gunung esku. Kenalkan Finnian, kakak gunung batuku. Kenapa kujuli dia gunung batu? Karena ia tidak seperti ciaran yang sepanjang tahun seperti gunung musim salju. Finn adalah pria empat musim, maksudku ia sangat unik! Dia juga sangat kokoh seperti gunung batu, selalu tegar menghadapi apapun. Aku menyayanginya walau kadang dia itu menyebalkan. Hampir setiap hari aku bertengkar dengannya, meributkan hal-hal kecil dan akhirnya kami tertawa bersama. Walau tidak setiap pertengkaran diakhiri dengan tawa bersama, tapi kadang aku tertawa sendiri jika mengingat perdebatan konyolku dengannya. Akibat perdebatan konyol itu pula, aku sangat dekat dengannya. Bulan lalu ia melamar seorang wanita yang sudah cukup lama menjadi kekasihnya, Lindsay. Mereka sudah memutuskan untuk menikah tahun depan. Huft... jika ia tinggal bersama wanita itu, maka siapa yang akan menggangguku?

Perkenalkan kakakku yang terakhir. Mungkin aku tidak perlu memperkenalkannya karena kalian sudah sering mendengar tentangnya di televisi. Ia juga terlampau sering menjadi Cover boy di majalah. Namanya Kelly, seorang penyanyi idola yang memulai karirnya di usia 14 tahun. Ia berwajah manis, bahkan terlalu manis untuk ukuran laki-laki. Mungkin ia jauh lebih manis dibandingkan aku.  Sekarang ia sudah menjadi penyanyi profesional yang sering mengadakan tur ke luar negri, bersama Finn juga, karena Finn adalah menejernya!

Bisa dibayangkan aku satu-satunya anak yang tersisa di rumah. Untungnya mereka selalu kembali ke rumah. Ia baru saja merilis album terbarunya dan siap mengadakan tur. Yang membuatku sangat tertarik pada turnya kali ini adalah, dia mengajakku untuk menjadi salah satu penari dalam konsernya di Dublin bulan depan! Padahal aku ingin sekali bisa ikut tur bersamanya menjelajahi dunia, tapi aku harus memikirkan sekolahku yang tidak mungkin di tinggalkan. Tapi aku sudah cukup puas dengan bagianku pada konser di Dublin.Beberapa bulan terakhir kami berlatih bersama untuk konser itu, dan rasanya menyenangkan sekali! Meskipun aku menekuni balet, namun aku mirip seperti Maa! (menurit Dad, aku seperti fotocopynya!) Aku juga sangat menggemari tarian modern seperti Robot dance, breakdance, bahkan aku juga suka moonwalk dance! Dan guruku untuk tari modern adalah video konser, atau apa saja yang bisa kutonton. Awalnya hanya hobi dan lama-kelamaan aku menjadi mahir! Sama seperti maa yang menekuni tari tradisional kemudian mahir dengan modern dance.

Perkenalkan, Maa dan Dadd. Orang tua terbaik, termanis, teromantis yang pernah ada! Ayahku Kian Egan, personil Westlife sebelum ia mengundurkan diri dan beberapa tahun kemudia mereka bubar. Sangat disayangkan, tapi aku yakin mereka sudah mengambil keputusan terbaik, mereka tidak terlalu bodoh untuk mengambil keputusan. Ibuku, Keavy Egan! Seorang penari profesional sebelum dia memutuskan untuk berhenti dan fokus pada anak-anaknya.

“Ting.. ting..” itu suara gantungan Whistle Thinku yang terantuk dengan resleting tasku. Whistle thin itu hadia ulang tahunku yang keenam belas dari seorang temanku yang sekarang berada di California.

*

Tiket konser MoveTour habis di hari pertama hanya dalam hitungan menit! Dia memang sungguh-sungguh hebat! Kerja keras Finn dan Kelly terbayar lunas! Dan Albumnya sangat laris di pasaran. Lagu Move, menduduki tangga lagu nomor satu Inggris dan Irlandia selama berhari-hari. Kelly tidak berhenti tersenyum saat mengetahuinya.

Croke Park terisi penuh dengan penggemar Kelly yang tidak henti-hentinya meneriaki dia. Syukurlah tidak terjadi keributan walau sempat terjadi insiden saling dorong. mereka ikut bernyanyi dari awal hingga sekarang. Kelly saja kewalahan membawakan dua puluh lagunya. Wajah-wajah kecewa terlihat saat Kelly membawakan lagu terakhirnya, Rockin’ Night.

Lagu itu bertempo cepat. Sebenarnya aku sudah cukup lelah menarikan lima belas lagu Kelly. Lima lainnya dimainkan secara akustik oleh Kelly. Tapi lelah itu tidak terasa saat aku sudah berada di atas panggung dengan musik menggelegar yang mengiringi gerakanku. Aku heran dengan orang-orang yang sering kali meremehkan peran penari latar. Padahal penari latar mempunyai peranan penting untuk mengisi panggung luasyang kosong agar tetap menarik meski konser berlangsung berjam-jam. Jika ada yang masih meremehkan penari latar, Well, mereka haru coba menari berjam-jam tanpa henti.

Di bagian reff, Kelly menari berpasangan denganku. Sebagai seorang penyanyi, gerakannya tidak buruk sama sekali. Dia memang penyanyi yang serba bisa, dan aku sangat kagum padanya! Menari tentu membuat nafasnya terengah-engah namun itu sama sekali tidak mengganggu kualitas vokalnya. Dalam hal ini, aku bangga pada Dad yang mengajarinya. Dan juga Finn yang selalu setia mengatur jadwal latihannya.

Di akhir lagu, tepuk tangan dak sorak sorai terdengar sangat kencang. Meskipun mereka terus bersorak selama jalannya konser. Kelly mengucapkan terimakasih dan sampai jumpa kepada mereka semua. Dan mereka sangat sedih mendengar kalimat itu, tapi Kelly berusaha menghibur mereka dengan berjanji akan mengadakan konser lagi di Dublin.

Kami menuju belakang panggung dan musik yang mengiringi lagu Rockin’ night masih mengalun, tidak membiarkan Croke park sepi sedikitpun. Dibelakang panggung, Finn, dan Ryan menyambut kami. Maa dan Dad juga juga di sana, aku langsung menghampiri mereka dan Dan memberikanku handuk kecil. Ternyata bajuku sudah basah kuyup akibat keringat.

“Thanks Dad” ucapku saat meraih handuk itu.

Aku berbalik untuk melihat Kelly, ia baru saja memeluk Finn, yang merupakan kebiasaan setelah konser. Kemudian ia memeluk Ryan erat-erat dan memakan waktu cukup lama kemudian mengecupnya. Aku sudah terbiasa dengan keadaan itu, karena kami semua sudah cukup lama mengetahuinya. Aku tersenyum melihat mereka berdua. Kelly punya Ryan yang setia dan cinta padanya.Rasanya tidak ada alasan untuk memisahkan mereka berdua meskinpun Ryan itu laki-laki, aku senang dia bersama Kelly. Dia baik dan pengertian pada Kelly.

“Hey..” Kelly berjalan ke arahku, aku hanya membalasnya dengan senyum kelelahan. “Keberatan dengan pemandangan tadi?”
“Tidak sama sekali” aku menggeleng meyakinkannya. Kemudia dia memelukku erat-erat, aku bisa mencium parfumnya dengan jelas walau dia keringatan.

“Kamu tidak keberatan kakakmu ini gay?” entah sudah berapa kali ia menanyakan itu padaku. Aku tau dia  hanya khawatir karena aku masih remaja 16 tahun yang biasanya selalu perfeksionis dengan status mereka. Sedangkan aku? Masa bodoh dengan status! Walaupun aku seorang Egan, aku tidak membangga-banggakannya meskipun aku bangga dengan nama itu.

“Aku tidak peduli kamu gay atau tidak, kamu tetap Kelly kakakku yang luar biasa!” Aku menyayangi Kelly apa adanya. Aku sama sekali tidak gentar jika ada yang mengejek-ngejekku karena Kelly itu gay. Aku bahkan akan menghajar orang itu habis-habisan karena berani menjelek-jelekkan kakakku. Dan selama ini, orang-orang tidak keberatan dengan keadaan Kelly.

“Thanks All. Tadi itu penampilan yang luar biasa!” Kelly mengendurkan pelukannya.
“Kamu juga luar biasa malam ini!” Kelly mengecup pipiku, kemudian beralih pada Maa dan Dad yang berdiri di belakangku. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar, mencari Ciaran karena aku yakin dia ada di sini sejak tadi. Kemudian aku menemukannya berada di pojokan bersama sarah, dan mereka tersenyum padaku. Aku segera menghampiri mereka.

Aku sayang mereka semua dan tidak ada yang bisa menggantikan mereka. Aku tidak peduli  seberapa sering Finn menggangguku, aku sayang dia. Aku tidak peduli Kelly mencintai Ryan atau siapapun,aku sayang dia. Aku sayang Ci meskipun ia tidak banyak bicara. Aku tidak peduli Dad yang kelihatan aneh karena takut kuda namun membeli puluhan kuda untuk Ci, aku sayang Dad!

Aku sayang Maa dan sangat berterima kasih karena dia membawaku ke dunia, membiarkanku merasakan keluarga yang luar biasa ini dan merasakan indahnya menari di atas panggung.



Hehe segini dulu, maaf pendek banget XDv 
Komen komen komen