Beberapa hari lalu, alien kecil melihat
segerombolan bocah merundung seorang anak laki-laki kurus yang pucat. Tempurung
lututnya yang menonjol mendarat di atas aspal kasar. Sepasang telapak tangan
mungilnya mengelupas. Ada pasir diantara lukanya yang menganga. Segerombolan bicah
tengil tadi menatap korbannya dengan angkuh.
Tidak ada kendaraan yang melintas
ketika bocah kurus itu jatuh ke jalan, tapi itu bukanlah sebuah keberuntungan
karena berarti tak ada seorangpun yang bisa menolongnya. Lebam yang kemarin
bahkan belum serupa dengan warna kulit. Ada koreng minggu lalu yang masih belum
mengelupas.
Sebuah pekikan keras mengagetkan
segerombolan bocah tersebut. Suara sepasang langkah kaki terburu-buru semakin terdengar. Seorang penolong berlari menuju bocah kurus yang masih terduduk di pinggir jalan. Bocah-bocah angkuh tadi buru-buru lari,
entah ke mana perginya tatapan angkuh mereka beberapa detik lalu. Perempuan
paruh baya yang sudah memeluk bocah kurus itu berteriak “Awas kalian!”.
Bocah kurus itu menangis,
demikian pula wanita yang memeluknya. Melihat kejadian yang tidak pernah
terjadi di planetnya, alien kecil bertanya
“Tuan hantu, aku tau kenapa bocah
itu menangis. Luka di lutut dan tangannya terlihat cukup parah, tapi kenapa si
wanita menangis tak kalah hebat?”
“Wanita itu juga terluka” jawab
tuan hantu singkat.
“Tapi aku tidak melihat luka apapun”
“Hatinya yang terluka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar