Rabu, 30 Desember 2020

Alien Kecil dan Tuan Hantu 2

 

Beberapa hari lalu, alien kecil melihat segerombolan bocah merundung seorang anak laki-laki kurus yang pucat. Tempurung lututnya yang menonjol mendarat di atas aspal kasar. Sepasang telapak tangan mungilnya mengelupas. Ada pasir diantara lukanya yang menganga. Segerombolan bicah tengil tadi menatap korbannya dengan angkuh.

Tidak ada kendaraan yang melintas ketika bocah kurus itu jatuh ke jalan, tapi itu bukanlah sebuah keberuntungan karena berarti tak ada seorangpun yang bisa menolongnya. Lebam yang kemarin bahkan belum serupa dengan warna kulit. Ada koreng minggu lalu yang masih belum mengelupas.

Sebuah pekikan keras mengagetkan segerombolan bocah tersebut. Suara sepasang langkah kaki terburu-buru semakin terdengar. Seorang penolong berlari menuju bocah kurus yang masih terduduk di pinggir jalan. Bocah-bocah angkuh tadi buru-buru lari, entah ke mana perginya tatapan angkuh mereka beberapa detik lalu. Perempuan paruh baya yang sudah memeluk bocah kurus itu berteriak “Awas kalian!”.

Bocah kurus itu menangis, demikian pula wanita yang memeluknya. Melihat kejadian yang tidak pernah terjadi di planetnya, alien kecil bertanya

“Tuan hantu, aku tau kenapa bocah itu menangis. Luka di lutut dan tangannya terlihat cukup parah, tapi kenapa si wanita menangis tak kalah hebat?”

“Wanita itu juga terluka” jawab tuan hantu singkat.

“Tapi aku tidak melihat luka apapun”

“Hatinya yang terluka.”

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar