Rabu, 23 Desember 2020

2123122020

 

Dulu aku terbang, sebelum sayapku patah. Aku menangis tapi mereka bilang, “kau punya kaki, berjalanlah.”

Aku berjalan. Telapakku yang tak pernah bergesekan dengan tanah berbatu mulai melepuh dan perih. Aku ingin kembali terbang. Jika aku bisa kembali terbang, aku yakin aku bahagia.

Seiring berjalannya waktu, telapak kakiku mulai keras, tebal dan kaku. Aku sudah tidak merasa sesakit dulu, tetapi masih selalu membayangkan bagaimana jika sekarang sayapku tak patah.

Di jalan berbatu yang terjal aku tergelincir. Kakiku patah. Mereka bilang itu karena aku tidak hati-hati. Tidak ada yang akan mengangkatku karena tidak ada orang yang sanggup. Aku tidak menyelahkan mereka. Aku seperti mereka, ikut menyalahkan diriku. Selain kaki, hatiku pun menjadi nyeri.

Aku sedih dan ketakutan berlarut-larut, aku ingin bahagia.

Apa aku sedang tidak ingin hidup lama-lama?

“Kau tak perlu memaksakan diri untuk mendaki. Ayo tinggal di pinggir sungai terdekat. Aku akan bersamamu sampai kakimu sembuh, atau kita bisa tinggal di sana selamanya jika kau suka.”

Di dalam gendongannya aku menjadi manusia jujur dan menangis.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar