By: Shinta WedaRise Hirawling
Cirretiryus itu kini telah menapakkan kedua kakinya ke tanah. Lantunan syair lagu yang tadi mengalun indah dari pita suaranya hingga membuat siapa saja yang mendengarkannya tertegun kagum, kini berhenti. Kemudian ia melangkah ke arah sekumpulan Fengarimulofia yang dibelakangnya juga berdiri ketiga putranya bersama segerombolan pasukan dari kerajaan Eoghan.
Suasana masih hening. Semua mata tak lepas tertuju pada sosok Cirretryus yang tak lain adalah Ratu Patricia, ibu dari Kian bersaudara dan Cattleya. Tak terkecuali Finnick Odair yang memang telah lama tak bertemu dengan sosok Cirretryus di depannya itu.
Semua yang ada di sana tak menyangka jika Ratu Patricia tiba-tiba bisa berubah menjelma menjadi Cirretiryus. Terakhir Finnick mengetahui bahwa Ratu Patricia sudah tak bisa menjadi Cirretiryus lagi karena telah mengorbankan wujud aslinya ketika menikah dengan Raja Kevinlaughly. Dan para pangeran Eoghan, Fengarimulofia, dan pasukan kerajaan Eoghan juga tak pernah melihat perubahan wujud Ratu Paricia. Hal itu tentu menjadi hal yang sangat menakjubkan sekaligus menimbulkan tanda tanya besar untuk mereka semua.
Ratu Patricia memang telah mengorbankan wujud aslinya ketika menikah dengan Raja Kevinlaughly. Namun ternyata ada rahasia besar yang terungkap dari pengorbanan itu yang tertulis dalam bab akhir di buku Mhantroufucio bahwa seseorang yang mengorbankan wujudnya aslinya suatu saat nanti bisa bertransformasi kembali bila ada darah dagingnya yang dengan tulus membantu orang lain kemudian mendapat rintangan dalam usaha itu dan segera membutuhkan pertolongan. Tetapi dengan syarat ia harus meminum setetes darah suami atau istrinya yang telah dibacakan mantra-mantra dalam Mhantroufucio sebagai tanda persetujuan.
“Waww... Patricia juga hadir di sini rupanya. Bagaimana kabarmu Pa-tri-cia?” Finnick menunjukkan basa-basinya
Ratu Patricia tersenyum sinis mendengar sambutan dari seseorang yang dianggapnya sangat memuakkan itu. Matanya menunjukkan tatapan kebencian yang teramat sangat. Tak berubah. Selamanya sosok Finnick Odair tetap tak berubah di mata Patricia.
“Tak usah berbasa-basi padaku! Karena suaramu terdengar sangat menjijikan di telingaku.” Seketika mata Finnick membulat mendengar ucapan yang dinilai sangat merendahkannya itu.
Sementara itu Cattleya yang juga telah lama tak bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya itu, terdiam tak bergeming. Tak bisa dipungkiri, hati kecilnya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan sosok yang seharusnya bisa memberi sentuhan kasih sayang padanya di setiap harinya. Matanya kini memerah dan berkaca-kaca. Ingin sekali rasanya ia berada dalam dekapan hangat ibunya yang lama tak pernah ia rasakan.
“Mmm.. Mom..!!!” dengan nada bergetar dan bibir yang seolah sulit terbuka, hanya itu yang bisa Cattleya ucapkan.
Ratu Patricia menoleh ke arah sumber suara itu dan kemudian berjalan menghampirinya. Sambil berjongkok mengimbangi Cattleya yang tadi terhempas dan kini terduduk di tanah, Ratu Patricia langsung memeluk erat putri yang ada di depannya itu. Ia usap pucuk kepala Cattleya lalu ia kecup penuh rasa kasih sayang. Seketika air mata berhasil menerobos keluar dari mata keduanya. Sejenak, suasana haru pun tercipta di sela-sela suasana penuh ketegangan yang menyelimuti tempat itu.
“Oohh, sungguh mengharukan.” Ucap Finnick dengan ekpresi wajah sedih yang dibuat-buat. “Tapi bisakah kalian hentikan permainan drama yang MENJIJIKKAN itu?” lanjut Finnick dengan memberi penekanan pada saat mengucapkan kata menjiikkan.
Ratu Patricia menatap tajam ke arah Finnick sambil menghapus kasar air matanya. Finnick pun hanya memicingkan sebelah matanya mendapat tatapan tajam yang seolah ingin membunhnya itu. Ya, tatapan itu tak dianggap apa-apa olehnya. Ia berfikir, kekuatan sedasyat apa pun yang Patricia miliki tentu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengannya. Apalagi kini ia berhasil mempengaruhi Kian agar memihak padanya. Tentu itu sangat membantu.
“Kian, bukankah kau juga muak melihat permainan drama di depanmu itu? Bukankah kau ingin sekali menyingkirkan dua orang tak berguna di depanmu itu?” seperti sebuah sihir, ucapan Finnick seketika mempengaruhi Kian.
Kian yang semuala sudah tenang kini berubah kembali. Matanya kembali memancarkan warna merah api dan cakar-cakar yang tadi melemah, mulai mencengkeram kuat kembali, siap mencengkeram dan mencabik siapa saja.
Mata Ratu Patricia membulat seketika. Ia tak tak percaya putranya yang biasa terlihat manis dan memiliki tatapan meneduhkan tiba-tiba bisa berubah menjadi sosok yang mengerikan. Tetapi naluri keibuannya percaya bahwa Kian putranya tak akan mungkin berani berbuat sesuatu yang jahat.
Kian terus fokus menatap Ratu Patricia dan Cattleya yang berada di depannya. Tiba-tiba dengan gerakan cepat ia mengepakkan sayapnya, bergerak menuju Cattleya dan siap menerkam Cattleya. Cattleya yang mendapat serangan mendadak seperti itu tak mampu berbuat apa-apa selain memejamkan mata dan meringkuk di belakang tubuh ibunya.
“BrruuKkkk...!!!” Kian menabrak seseorang yang sigap berdiri melindungi Cattleya dengan merentangkan sayapnya sambil menatapnya. Cakar-cakar tajamnya menerkam kedua lengan sayap seseorang yang tak lain adalah Ratu Patricia, ibunya, hingga membuat kedua lengan sayap itu berdarah tertancap cakar-cakar Kian.
Dengan gerakan cepat, Ratu Patricia merubah keadaan. Kedua sayap lebarnya merengkuh tubuh Kian dan membawanya dalam dekapannya. Kian pun meronta berusaha lepas dari dekapan itu. Namun, dengan sekuat tenaga Ratu Patricia tetap mendekap putranya itu. Dan menempelkan telinga Kian pada dadanya.
Perlahan, dengan lembut Ratu Patricia melantunkan syair lagu yang saat awal kehadirannya mampu menyihir siap pun yang mendengarkannya. Kian, yang berada pada posisi paling dekat dengan pemilik suara indah itu, mendadak melemah. Mata merah membara yang sebelumnya menghiasi kedua matanya kini meredup hingga membuat pancaran matanya normal kembali. Rontaan yang sedaritadi ia lakukan juga sudah tak lagi ia lakukan. Ia seperti sudah kehilangan pengaruh jahat Breinewosha. Lantunan syair lagu itu benar-benar membuat Kian tenang. Ia seperti menemukan kenyamanan di sana. Hingga akhirnya membuat Kian tak sadarkan diri.
Finnick menatap tak percaya. Bagaimana mungkin kekuatan Breinewosha bisa terkalahkan oleh hanya lantunan syair lagu seperti itu? Tapi, ia tak kehilangan akal. Bukan Finnick namanya jika ia hanya berdiam diri menghadapi situasi tak mendukung seperti itu. Dengan menggunakan kode yang hanya dimengerti oleh kawanan Sungepolia, ia menyerukan agar pasukannya segera menyerang kawanan Fengarimulofia beserta pasukan dari kerajaan Eoghan.
Sungeopolia pun langsung bergerak cepat. Mereka mengepakkan sayapnya dan seketika menyerang kawanan Fengarimulofia dan pasukan dari kerajaan Eoghan.
Mendapat serangan seperti itu, dengan sekuat tenaga Fengarimulofia dan pasukan dari kerajaan Eoghan bersama-sama melawan mereka. Para pangeran Eoghan dengan sigap menggenggam senjatanya masing-masing. Gavin dengan pedangnya, Caddaugh dengan busur panahnya, dan Thomas dengan samurainya. Sementara itu Shane yang masih dalam lindungan Brian di atas kuda yang ditungganginya, sebisa mungkin ia mengurangi rasa ketakutannya. Ia berfikir, ia tak bisa hanya memetingkan rasa takutnya saja sementara teman-temannya yang lain mati-matian mempertahankan hidup.
Sungeopolia terbang di atas para pasukan Eoghan yang menunggangi kudanya masing-masing dengan berbekalkan tombak tajam atau panah.. Mereka membiaskan sayapnya yang seketika menciptakan kobaran api menjilat-jilat seperti semburan naga yang bisa menghanguskan siapa saja bila terkena kobaran panasnyanya. Tentu hal itu menjadi titik keuntungan bagi pasukan Sungeopolia.
Namun, Fengarimulofia yaitu Nicky, Brian, Mark, Frey, dan Viki juga tak bisa terkalahkan begitu saja. Mereka mempunyai cahanya putih yang menyelubungi mereka dan mampu menjadi pelindung dari serangan kobaran api Sungeopolia.
Walaupun Nicky, Brian, Mark, Frey, dan Viki masih anak-anak, mereka pun tak segan melawan satu persatu Sungeopolia yang ukuran tubuhnya lebih besar dari mereka.
“Brian apa yang harus aku lakukan?”
“Cukup pegang aku erat-erat jangan sampai lepas! Ini sangat berbahaya.” Brian memperingatkan dan dijawab anggukan oleh Shane.
Gavin menundukkan kepalanya. Hampir saja ia terkena kobaran api dari Sungeopolia.
Dalam pertempuran sengit itu, telah banyak korban dari pasukan Eoghan yang terkena luka bakar. Bahkan Thomas pun tak luput dari luka itu. Ya, tangan kanan Thomas terkena luka bakar cukup parah. Itu membuatnya tak kuat menggenggam senjatanya sebagai perlindungan. Tapi untung ada Viki, yang selalu melindungi Thomas ketika tiba-tiba ia mendapat serangan mendadak.
Cattleya, gadis pemberani itu benar-benar gesit dalam menghadapi pertempuran seperti itu. Ya, karena dia selama ini hidup sendiri dan harus bisa melindungi dirinya sendiri seolah telah biasa menghadapi musuh yang berbahaya.
“Srreeettt...!!!” selain serangan api tiba-tiba kini serangan anak panah menghujani mereka. Ternyata pasukan Sungeopolia benar-benar sudah menyiapkan untuk pertempuran itu.
“Kau tak apa?” tanya Cattleya pada Mark yang hampir saja terhujam anak panah.
“Sepertinya aku memang harus hati-hati. Agar aku tak terkena panah untuk yang kedua kalinya.” Jawab mark yang menyadari bahwa dia harus lebih berhati-hati karena hanya dia dari Fengarimulofia yang tidak bisa bertransformasi.
“Bagus.” kata Cattleya yang kemudian kembali terbang melanjutkan pertempuran.
Sementara Nicky sepertinya sangat menikmati pertempuran itu. Dia seolah telah menjiwai dengan dirinya yang sudah menjadi Fengarimulofia. Dengan lihai dan santai ia bisa terbang dengan gerakan cepat melawan Sungeopolia. Bahkan tak jarang selain melindungi dirinya sendiri, ia bisa menjadi pelindung bagi semua temannya yang akan terkena serangan Sungeopolia.
Ratu Patricia hanya bisa melihat pertempran itu sambil berlindung di balik semak bersama Kian yang tak sadarkan diri. Sebenarnya ingin sekali ia membantu, namun ia kini tak bisa terbang. Sayapnya mendadak melemah. Kedua lengan sayapnya yang terkena cengkeraman Kian tadi hingga membuat berdarah, benar-benar sulit untuk digerakkan. Cengkeraman itu seperti sebuah racun untuknya. Padahal biasanya sayap itu tak akan berpengaruh walaupun terkena luka separah apa pun.
“ Sreeetttt.....” tiba-tiba sebuah anak panah bergerak cepat menuju semak-semak di mana Ratu Patricia berada di sana.
Tapi dengan segera seseorang menepisnya dan anak panah itu menancap ke sebuah pohon besar yang berada di sampingnya.
“ Raja....!!!” teriak Brian yang membuat semua mata tertuju pada sosok Raja Kevinlaughly yang tiba-tiba datang di tengah-tengah pertempuran sengit itu.
====To Be Continued====
Cirretiryus itu kini telah menapakkan kedua kakinya ke tanah. Lantunan syair lagu yang tadi mengalun indah dari pita suaranya hingga membuat siapa saja yang mendengarkannya tertegun kagum, kini berhenti. Kemudian ia melangkah ke arah sekumpulan Fengarimulofia yang dibelakangnya juga berdiri ketiga putranya bersama segerombolan pasukan dari kerajaan Eoghan.
Suasana masih hening. Semua mata tak lepas tertuju pada sosok Cirretryus yang tak lain adalah Ratu Patricia, ibu dari Kian bersaudara dan Cattleya. Tak terkecuali Finnick Odair yang memang telah lama tak bertemu dengan sosok Cirretryus di depannya itu.
Semua yang ada di sana tak menyangka jika Ratu Patricia tiba-tiba bisa berubah menjelma menjadi Cirretiryus. Terakhir Finnick mengetahui bahwa Ratu Patricia sudah tak bisa menjadi Cirretiryus lagi karena telah mengorbankan wujud aslinya ketika menikah dengan Raja Kevinlaughly. Dan para pangeran Eoghan, Fengarimulofia, dan pasukan kerajaan Eoghan juga tak pernah melihat perubahan wujud Ratu Paricia. Hal itu tentu menjadi hal yang sangat menakjubkan sekaligus menimbulkan tanda tanya besar untuk mereka semua.
Ratu Patricia memang telah mengorbankan wujud aslinya ketika menikah dengan Raja Kevinlaughly. Namun ternyata ada rahasia besar yang terungkap dari pengorbanan itu yang tertulis dalam bab akhir di buku Mhantroufucio bahwa seseorang yang mengorbankan wujudnya aslinya suatu saat nanti bisa bertransformasi kembali bila ada darah dagingnya yang dengan tulus membantu orang lain kemudian mendapat rintangan dalam usaha itu dan segera membutuhkan pertolongan. Tetapi dengan syarat ia harus meminum setetes darah suami atau istrinya yang telah dibacakan mantra-mantra dalam Mhantroufucio sebagai tanda persetujuan.
“Waww... Patricia juga hadir di sini rupanya. Bagaimana kabarmu Pa-tri-cia?” Finnick menunjukkan basa-basinya
Ratu Patricia tersenyum sinis mendengar sambutan dari seseorang yang dianggapnya sangat memuakkan itu. Matanya menunjukkan tatapan kebencian yang teramat sangat. Tak berubah. Selamanya sosok Finnick Odair tetap tak berubah di mata Patricia.
“Tak usah berbasa-basi padaku! Karena suaramu terdengar sangat menjijikan di telingaku.” Seketika mata Finnick membulat mendengar ucapan yang dinilai sangat merendahkannya itu.
Sementara itu Cattleya yang juga telah lama tak bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya itu, terdiam tak bergeming. Tak bisa dipungkiri, hati kecilnya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan sosok yang seharusnya bisa memberi sentuhan kasih sayang padanya di setiap harinya. Matanya kini memerah dan berkaca-kaca. Ingin sekali rasanya ia berada dalam dekapan hangat ibunya yang lama tak pernah ia rasakan.
“Mmm.. Mom..!!!” dengan nada bergetar dan bibir yang seolah sulit terbuka, hanya itu yang bisa Cattleya ucapkan.
Ratu Patricia menoleh ke arah sumber suara itu dan kemudian berjalan menghampirinya. Sambil berjongkok mengimbangi Cattleya yang tadi terhempas dan kini terduduk di tanah, Ratu Patricia langsung memeluk erat putri yang ada di depannya itu. Ia usap pucuk kepala Cattleya lalu ia kecup penuh rasa kasih sayang. Seketika air mata berhasil menerobos keluar dari mata keduanya. Sejenak, suasana haru pun tercipta di sela-sela suasana penuh ketegangan yang menyelimuti tempat itu.
“Oohh, sungguh mengharukan.” Ucap Finnick dengan ekpresi wajah sedih yang dibuat-buat. “Tapi bisakah kalian hentikan permainan drama yang MENJIJIKKAN itu?” lanjut Finnick dengan memberi penekanan pada saat mengucapkan kata menjiikkan.
Ratu Patricia menatap tajam ke arah Finnick sambil menghapus kasar air matanya. Finnick pun hanya memicingkan sebelah matanya mendapat tatapan tajam yang seolah ingin membunhnya itu. Ya, tatapan itu tak dianggap apa-apa olehnya. Ia berfikir, kekuatan sedasyat apa pun yang Patricia miliki tentu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengannya. Apalagi kini ia berhasil mempengaruhi Kian agar memihak padanya. Tentu itu sangat membantu.
“Kian, bukankah kau juga muak melihat permainan drama di depanmu itu? Bukankah kau ingin sekali menyingkirkan dua orang tak berguna di depanmu itu?” seperti sebuah sihir, ucapan Finnick seketika mempengaruhi Kian.
Kian yang semuala sudah tenang kini berubah kembali. Matanya kembali memancarkan warna merah api dan cakar-cakar yang tadi melemah, mulai mencengkeram kuat kembali, siap mencengkeram dan mencabik siapa saja.
Mata Ratu Patricia membulat seketika. Ia tak tak percaya putranya yang biasa terlihat manis dan memiliki tatapan meneduhkan tiba-tiba bisa berubah menjadi sosok yang mengerikan. Tetapi naluri keibuannya percaya bahwa Kian putranya tak akan mungkin berani berbuat sesuatu yang jahat.
Kian terus fokus menatap Ratu Patricia dan Cattleya yang berada di depannya. Tiba-tiba dengan gerakan cepat ia mengepakkan sayapnya, bergerak menuju Cattleya dan siap menerkam Cattleya. Cattleya yang mendapat serangan mendadak seperti itu tak mampu berbuat apa-apa selain memejamkan mata dan meringkuk di belakang tubuh ibunya.
“BrruuKkkk...!!!” Kian menabrak seseorang yang sigap berdiri melindungi Cattleya dengan merentangkan sayapnya sambil menatapnya. Cakar-cakar tajamnya menerkam kedua lengan sayap seseorang yang tak lain adalah Ratu Patricia, ibunya, hingga membuat kedua lengan sayap itu berdarah tertancap cakar-cakar Kian.
Dengan gerakan cepat, Ratu Patricia merubah keadaan. Kedua sayap lebarnya merengkuh tubuh Kian dan membawanya dalam dekapannya. Kian pun meronta berusaha lepas dari dekapan itu. Namun, dengan sekuat tenaga Ratu Patricia tetap mendekap putranya itu. Dan menempelkan telinga Kian pada dadanya.
Perlahan, dengan lembut Ratu Patricia melantunkan syair lagu yang saat awal kehadirannya mampu menyihir siap pun yang mendengarkannya. Kian, yang berada pada posisi paling dekat dengan pemilik suara indah itu, mendadak melemah. Mata merah membara yang sebelumnya menghiasi kedua matanya kini meredup hingga membuat pancaran matanya normal kembali. Rontaan yang sedaritadi ia lakukan juga sudah tak lagi ia lakukan. Ia seperti sudah kehilangan pengaruh jahat Breinewosha. Lantunan syair lagu itu benar-benar membuat Kian tenang. Ia seperti menemukan kenyamanan di sana. Hingga akhirnya membuat Kian tak sadarkan diri.
Finnick menatap tak percaya. Bagaimana mungkin kekuatan Breinewosha bisa terkalahkan oleh hanya lantunan syair lagu seperti itu? Tapi, ia tak kehilangan akal. Bukan Finnick namanya jika ia hanya berdiam diri menghadapi situasi tak mendukung seperti itu. Dengan menggunakan kode yang hanya dimengerti oleh kawanan Sungepolia, ia menyerukan agar pasukannya segera menyerang kawanan Fengarimulofia beserta pasukan dari kerajaan Eoghan.
Sungeopolia pun langsung bergerak cepat. Mereka mengepakkan sayapnya dan seketika menyerang kawanan Fengarimulofia dan pasukan dari kerajaan Eoghan.
Mendapat serangan seperti itu, dengan sekuat tenaga Fengarimulofia dan pasukan dari kerajaan Eoghan bersama-sama melawan mereka. Para pangeran Eoghan dengan sigap menggenggam senjatanya masing-masing. Gavin dengan pedangnya, Caddaugh dengan busur panahnya, dan Thomas dengan samurainya. Sementara itu Shane yang masih dalam lindungan Brian di atas kuda yang ditungganginya, sebisa mungkin ia mengurangi rasa ketakutannya. Ia berfikir, ia tak bisa hanya memetingkan rasa takutnya saja sementara teman-temannya yang lain mati-matian mempertahankan hidup.
Sungeopolia terbang di atas para pasukan Eoghan yang menunggangi kudanya masing-masing dengan berbekalkan tombak tajam atau panah.. Mereka membiaskan sayapnya yang seketika menciptakan kobaran api menjilat-jilat seperti semburan naga yang bisa menghanguskan siapa saja bila terkena kobaran panasnyanya. Tentu hal itu menjadi titik keuntungan bagi pasukan Sungeopolia.
Namun, Fengarimulofia yaitu Nicky, Brian, Mark, Frey, dan Viki juga tak bisa terkalahkan begitu saja. Mereka mempunyai cahanya putih yang menyelubungi mereka dan mampu menjadi pelindung dari serangan kobaran api Sungeopolia.
Walaupun Nicky, Brian, Mark, Frey, dan Viki masih anak-anak, mereka pun tak segan melawan satu persatu Sungeopolia yang ukuran tubuhnya lebih besar dari mereka.
“Brian apa yang harus aku lakukan?”
“Cukup pegang aku erat-erat jangan sampai lepas! Ini sangat berbahaya.” Brian memperingatkan dan dijawab anggukan oleh Shane.
Gavin menundukkan kepalanya. Hampir saja ia terkena kobaran api dari Sungeopolia.
Dalam pertempuran sengit itu, telah banyak korban dari pasukan Eoghan yang terkena luka bakar. Bahkan Thomas pun tak luput dari luka itu. Ya, tangan kanan Thomas terkena luka bakar cukup parah. Itu membuatnya tak kuat menggenggam senjatanya sebagai perlindungan. Tapi untung ada Viki, yang selalu melindungi Thomas ketika tiba-tiba ia mendapat serangan mendadak.
Cattleya, gadis pemberani itu benar-benar gesit dalam menghadapi pertempuran seperti itu. Ya, karena dia selama ini hidup sendiri dan harus bisa melindungi dirinya sendiri seolah telah biasa menghadapi musuh yang berbahaya.
“Srreeettt...!!!” selain serangan api tiba-tiba kini serangan anak panah menghujani mereka. Ternyata pasukan Sungeopolia benar-benar sudah menyiapkan untuk pertempuran itu.
“Kau tak apa?” tanya Cattleya pada Mark yang hampir saja terhujam anak panah.
“Sepertinya aku memang harus hati-hati. Agar aku tak terkena panah untuk yang kedua kalinya.” Jawab mark yang menyadari bahwa dia harus lebih berhati-hati karena hanya dia dari Fengarimulofia yang tidak bisa bertransformasi.
“Bagus.” kata Cattleya yang kemudian kembali terbang melanjutkan pertempuran.
Sementara Nicky sepertinya sangat menikmati pertempuran itu. Dia seolah telah menjiwai dengan dirinya yang sudah menjadi Fengarimulofia. Dengan lihai dan santai ia bisa terbang dengan gerakan cepat melawan Sungeopolia. Bahkan tak jarang selain melindungi dirinya sendiri, ia bisa menjadi pelindung bagi semua temannya yang akan terkena serangan Sungeopolia.
Ratu Patricia hanya bisa melihat pertempran itu sambil berlindung di balik semak bersama Kian yang tak sadarkan diri. Sebenarnya ingin sekali ia membantu, namun ia kini tak bisa terbang. Sayapnya mendadak melemah. Kedua lengan sayapnya yang terkena cengkeraman Kian tadi hingga membuat berdarah, benar-benar sulit untuk digerakkan. Cengkeraman itu seperti sebuah racun untuknya. Padahal biasanya sayap itu tak akan berpengaruh walaupun terkena luka separah apa pun.
“ Sreeetttt.....” tiba-tiba sebuah anak panah bergerak cepat menuju semak-semak di mana Ratu Patricia berada di sana.
Tapi dengan segera seseorang menepisnya dan anak panah itu menancap ke sebuah pohon besar yang berada di sampingnya.
“ Raja....!!!” teriak Brian yang membuat semua mata tertuju pada sosok Raja Kevinlaughly yang tiba-tiba datang di tengah-tengah pertempuran sengit itu.
====To Be Continued====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar