By: Maya Theresia
Di pagi buta seperti ini, Nicky sudah keluar dan menunggu Bryan di belakang kastil. Nicky sudah mengasah pedang pemberian ayahnya dan berlatih pedang tadi malam.
“Mana sih Bryan” gerutunya dalam hati. Tak lama kemudia seorang bicah bertubuh tinggi datang menghampirinya.
“Maaf aku terlambat Nicky..”
“Ah, kamu memang jam karet Bryan, ayo cepat berangkat!” mereka berduapun melangkahkan kakinya untuk keluar dari kerajaan dan menuju hutan. Namun langkah mereka terhenti setelah sebuah teriakan memanggil mereka.
“Brian!! Nicky!! Tunggu aku!!” Nicky dan Brian segera menoleh pada sumber suara itu. Mereka berdua kaget bersamaan dengan siapa yang memanggil mereka. Ternyata Kianlah yang memanggil mereka.
“Hey! Tunggu aku!!” lalu kian sampai di hadapan mereka dengan nafas terengah-engah.
“Ki, kamu tidak seharusnya berada di sini..” ujar Brian
“Apa yang kamu lakukan di sini kian?” tanya Nicky.
“Aku akan ikut bersama kalian!”
“Hah?! Hey ingat kian, kau itu pangeran, kalau kau menghilang maka seuruh kerajaan akan sibuk mencarimu.”
“Benar, apalagi jika ibumu Khawatir hingga jatuh sakit.”
“Ayolah teman-teman.. aku sudah besar, aku bukan anak kecil yang harus di atur setiap saat. Aku juga harus menentukan pilihanku, dan ini adalah pilihanku.”
“Tapi..”
“Sudahlah, ayo kita berangkat sebelum kita ketahuan.”
Nicky dan Brian akhirnya memperbolehkan Kian ikut. Mereka mulai melangkah dari melangkahkan kaki mereka dari belakang kastil. Kali ini langkah mereka erhenti lagi akibat sebuah panggilan. Brian dan Nicky terluhat kesal karena sekali lagi mereka di cegat.
“Hey kalian!! tunggu aku!!!” teriak Mark sambil berlari secepet mungkin.
“huh hah huh hah..” Mark mencoba mengatur nafas di depan mereka.
“Sekarang apa lagi? kamu kenapa di sini?” tanya Nicky sinis.
“Aku juga ikut! Aku harus berusaha menjadi pemberani! Sampai kapan aku menjadi pengecut yang takut dengan cerita ibuku!”
“hahaha Markie si manja sudah berubah rupanya..”
“baiklah teman-teman ayo berangkat!” seru Kian lalu mereka berangkat dan meninggalkan kerajaan.
Mereka berjalan cukup lama hingga akhirnya mereka sampai di hutan Dangerzard. Terlihat wajah Mark yang mulai ketakutan, namun dia berusaha untuk tetap berani seperti tadi.
“Bagaimana Mark, apa kau tetap ingin masuk?” tanya Kian
“Tentu.” Jawabnya lantang.
“Bagus, baiklah teman-teman ayo kita masuk ke Dangerzard dan pastikan kita selalu berdekatan sehingga kita tidak terpisah.” Ujar Kian.
“Baik.” Jawab mereka kompak.
Hutan ini dipenuhi dengan pohon-pohon tua yang besar. Ditambah lagi dengan suara-suara aneh yang membuat Kian dan kawan-kawan cukup ketakutan. Hanya saja mereka terus mengumpulkan keberaian mereka hingga akhirnya mereka sampai di tenagh hutan.
“Hey, tunggu..” kian menghentikan langkahnya, serontak mereka semua menghentikan langkahnya.
“Ada apa ki?” tanya Nicky.
“Kalian tidak mendengar sesuatu?”
“Apa? Aku tidak mendengar apapun..” jawab Brian
“Suara tawa seorang gadis..”
“ah, apa mungkin? Jangan-jangan tawa nenek sihir..” Mark mulai ketakutan.
“jangan jadi penakut Mark” ujar Kian
“iya, aku mendegarnya.” Jawab Nicky
“coba kalian dengarkan baik-baik.” Lalu meraka terdiam dan berusaha mendengarkan sekitar mereka.
“aku mendengarnya!” seru Mark
“aku juga!” seru Brian
“sumber suaranya dari sana! Ayo kita lihat apa yang ada di sana!” merekapun lari menuju sumber suara tersebut. Mereka terus berjalan mencari sumber suara itu dan akhirnya mereka menemukan sumber suara itu.
“Siapa kau?” tanya Kian penasaran bercampur takut.
“Aku Maghenta, penjaga ke-9 dari hutan ini.” Meraka semua kaget karena tidak menyangka akan bertemu seorang gadis cantik dan manis di dalam hutan ini. Ia memakai gaun pendek berwarna ungu yang senada dengan sebagian rambutnya yang berwarna ungu. Menurut cerita, tidak ada manusia yang tinggal di hutan terlarang ini.
“Aku baru tau kalau hutan ini ada penjaganya..” ujar Bryan.
“tentu saja, karena tidak ada manusia yang mengetahui tenatang aku. Sekarang jelaskan mengapa kalian bisa berada di sini?” tanya Maghenta dengan nada sinis. Walaupun paras gadis ini cantik dan manis, namun sifatnya cukup dingin. Mungkin karena ia jarang berbicara atau bertemu dengan manusia.
“Kami hanya ingin mencari daun berwarna ungu dari frouzhe tree” jawab Kian dengan lantang.
“Untuk apa kalian mencarinya?”
“Teman kami yang bernama Shane Filan telah di kutuk, dan kami harus melepaskan kutukannya, karena hanya kami satu-satunya yang bisa mendengarkan dia.”
“ Pasti kalian ingin membaca buku Mhantroufhucio karya Gryft Amaziqueto bukan?”
“ya, bagaimana kau tahu?” tanya Nikcy
“Sudah banyak orang yang ingin membaca dan memahami buku itu. Saat mereka datang mereka selalu mencari daun ungu itu. Dan satu hal lagi, Gryft Amaziqueto itu adalah leluhurku.”
“Hah?!” mereka semua ternganga dengan pernyataan Maghenta.
“Kalau begitu segera tunjukkan di mana pohon itu berada Maghenta..” Pinta Nicky tak sabaran.
“Panggil saja aku Magy karena nama Maghenta terlalu panjang. Tidak semudah itu kalian mendapatkannya, aku harus tau kalian berniat baik atau berniat buruk terlebih dahulu.”
“kami melakukannya hanya untuk menolong Shane, tidak ada alasan lain.” Ujar Brian.
“Bagaimana aku dapat percaya pada kalian?”
Mark meminta pedang Nicky dan Bryan. Sebenarnya mereka berdua bingung dengan apa yang Mark lakukan, tetapi mereka menurutinya.
“Ini, ambilah pedang ini! Dengan begini kami tidak bisa menyakiti ataupun melukai siapapun bukan?” ujar Mark sambil menyodorkan 2 pedang itu pada Maghenta.
“Baiklah, aku ambil pedang ini. Tapi tak cukup dengan itu saja, kalian harus bersumpah untuk tidak mencuri, menyakiti, atau melukai apapun yang ada di hutan ini.”
“baik!” jawab mereka kompak.
“Jika kalian melanggarnya, maka kalian akan mati tanpa jejak setelah keluar dari hutan ini.” Kian dan kawan-kawan sangat kaget dengan kata-kata mereka. Meraka tidak menyangka kalau nyawa mereka akan hilang jika berani melanggar.
“Baiklah Magy, kami tidak akan melanggarnya. Sekarang bisa kau tunjukkan di mana letak pohon itu?”
“Baiklah, ayo ikut aku!” merekapun mengikuti Maghenta dari belakang kecuali Mark, ia berjalan di samping Maghenta.
“Magy..” panggil Mark sambil menatap wajah Maghenta.
“Apa?” jawab Maghenta. Wajah Maghenta yang tadinya sinis, berubah malu. Warna merah padam menyelimuti wajahnya ketika ia menatap mata Mark.
“Kamu tinggal di sini sendirian?” tanya Mark polos
“iya”
“Ayah dan Ibumu di mana?”
“Aku tidak punya.”
“kenapa?”
“Karena Aku lahir dari sebuah bunga yang akan mekar Jika penjaga sebelumnya Sudah tua dan akan segera meninggal”
“oh.. Enak nggak tinggal sendirian di hutan?”
“enak nggak enak karena ini sudah tugasku.”
“Aku yakin kamu sering merasa kesepian. Hy, aku Mark dan itu teman temanku. Yang perambut pirang berponi itu kian, yang di sampingnya Nicky, dan yang paling tinggi itu Bryan.” Maghenta hanya tersenyum menanggapinya. Baru kali ini Maghenta bertemu laki-laki yang begitu hangat seperti Mark. Mungkin Maghenta telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Mark.
“Pohon yang paling besar itu adalah frouzhe tree. Daun berwarna ungu ada di dahan teratas pohon itu.”ujar Maghenta.
“Ayo kita panjat pohon itu!” seru Kian. Lalu para petualang cilik itu memanjat pohon itu bersama-sama. Cukup sulit untuk naik ke atas pohon apalagi sampai ke dahan teratas, namun akhirnya mereka sampai juga di dahan teratas.
Mark sedang berpegangan pada dahan pohon itu agar ia tidak terjatuh. Namun, seekor serangga menggigit tangan Mark. Mark yang merasakan gatal pada tangannya langsung menggaruknya.
“uh, gatal! Eh, eh, eh, ua!!” Mark berteriak karena ia melepaskan pegangannya dan terjadut dari atas pohon. “bruk” ian mendarat terlentang di tanah. Maghenta segera berlari untuk melihat keadaan Mark.
“Mark, kamu nggak apa-apa?” tanya Maghenta khawatir.
“Auh.. nggak kok, ah!” Mark berteriak saat menggerakkan pinggangnya.
“Sakit ya? Kamu sih nggak hati-hati.” Lalu Maghenta membantu Mark duduk dan menyembuhkan sakit Mark dengan sebuah hembusan. Tentu saja itu adalah jurus sihir Maghenta.
“Terima kasih Maghenta, kamu hebat ya..” Wajah Maghenta menjadi merah padam dan ia segera merunduk malu.
“Hey kami sudah mendapatkan daun ungu itu!” seru Kian sambil turun dari pohon itu.
“Sebaiknya kalian cepat keluar dari hutan ini. Karena setelah kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan, kalian hanya di beri waktu 15 menit untuk ke luar dari hutan ini. Setelah kalian keluar, kalian akan melupakan memori tentang aku”
“Bagaimana kalau kami melebihi batas waktu itu?”
“kalian akan selamanya berada di sini hingga kalian mati dan tidak akan ada yang menumukan jasad kalian.”
“Kalau begitu ayo pergi teman-teman! Waktu kita terbatas! Terimakasih Maghenta” seru kian.
“tapi.. bagaimana denganmu? Apakah kamu akan selamanya sendirian di sini?” tanya Mark dengan wajah sedih.
“iya, memang sudah begitulah takdirku.. cepat pergi Mark! Sebelum kamu kehabisan waktu!”
“Tapi, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di sini.. kamu pasti akan kesepian..” Maghenta terharu mendengarkannya, karena hanya baru kali ini ia bertemu seseorang yang begitu peduli dan mengkhawatirkannya.
“Sudahlah Mark.. Cepat pergi...”
TBC..
Di pagi buta seperti ini, Nicky sudah keluar dan menunggu Bryan di belakang kastil. Nicky sudah mengasah pedang pemberian ayahnya dan berlatih pedang tadi malam.
“Mana sih Bryan” gerutunya dalam hati. Tak lama kemudia seorang bicah bertubuh tinggi datang menghampirinya.
“Maaf aku terlambat Nicky..”
“Ah, kamu memang jam karet Bryan, ayo cepat berangkat!” mereka berduapun melangkahkan kakinya untuk keluar dari kerajaan dan menuju hutan. Namun langkah mereka terhenti setelah sebuah teriakan memanggil mereka.
“Brian!! Nicky!! Tunggu aku!!” Nicky dan Brian segera menoleh pada sumber suara itu. Mereka berdua kaget bersamaan dengan siapa yang memanggil mereka. Ternyata Kianlah yang memanggil mereka.
“Hey! Tunggu aku!!” lalu kian sampai di hadapan mereka dengan nafas terengah-engah.
“Ki, kamu tidak seharusnya berada di sini..” ujar Brian
“Apa yang kamu lakukan di sini kian?” tanya Nicky.
“Aku akan ikut bersama kalian!”
“Hah?! Hey ingat kian, kau itu pangeran, kalau kau menghilang maka seuruh kerajaan akan sibuk mencarimu.”
“Benar, apalagi jika ibumu Khawatir hingga jatuh sakit.”
“Ayolah teman-teman.. aku sudah besar, aku bukan anak kecil yang harus di atur setiap saat. Aku juga harus menentukan pilihanku, dan ini adalah pilihanku.”
“Tapi..”
“Sudahlah, ayo kita berangkat sebelum kita ketahuan.”
Nicky dan Brian akhirnya memperbolehkan Kian ikut. Mereka mulai melangkah dari melangkahkan kaki mereka dari belakang kastil. Kali ini langkah mereka erhenti lagi akibat sebuah panggilan. Brian dan Nicky terluhat kesal karena sekali lagi mereka di cegat.
“Hey kalian!! tunggu aku!!!” teriak Mark sambil berlari secepet mungkin.
“huh hah huh hah..” Mark mencoba mengatur nafas di depan mereka.
“Sekarang apa lagi? kamu kenapa di sini?” tanya Nicky sinis.
“Aku juga ikut! Aku harus berusaha menjadi pemberani! Sampai kapan aku menjadi pengecut yang takut dengan cerita ibuku!”
“hahaha Markie si manja sudah berubah rupanya..”
“baiklah teman-teman ayo berangkat!” seru Kian lalu mereka berangkat dan meninggalkan kerajaan.
Mereka berjalan cukup lama hingga akhirnya mereka sampai di hutan Dangerzard. Terlihat wajah Mark yang mulai ketakutan, namun dia berusaha untuk tetap berani seperti tadi.
“Bagaimana Mark, apa kau tetap ingin masuk?” tanya Kian
“Tentu.” Jawabnya lantang.
“Bagus, baiklah teman-teman ayo kita masuk ke Dangerzard dan pastikan kita selalu berdekatan sehingga kita tidak terpisah.” Ujar Kian.
“Baik.” Jawab mereka kompak.
Hutan ini dipenuhi dengan pohon-pohon tua yang besar. Ditambah lagi dengan suara-suara aneh yang membuat Kian dan kawan-kawan cukup ketakutan. Hanya saja mereka terus mengumpulkan keberaian mereka hingga akhirnya mereka sampai di tenagh hutan.
“Hey, tunggu..” kian menghentikan langkahnya, serontak mereka semua menghentikan langkahnya.
“Ada apa ki?” tanya Nicky.
“Kalian tidak mendengar sesuatu?”
“Apa? Aku tidak mendengar apapun..” jawab Brian
“Suara tawa seorang gadis..”
“ah, apa mungkin? Jangan-jangan tawa nenek sihir..” Mark mulai ketakutan.
“jangan jadi penakut Mark” ujar Kian
“iya, aku mendegarnya.” Jawab Nicky
“coba kalian dengarkan baik-baik.” Lalu meraka terdiam dan berusaha mendengarkan sekitar mereka.
“aku mendengarnya!” seru Mark
“aku juga!” seru Brian
“sumber suaranya dari sana! Ayo kita lihat apa yang ada di sana!” merekapun lari menuju sumber suara tersebut. Mereka terus berjalan mencari sumber suara itu dan akhirnya mereka menemukan sumber suara itu.
“Siapa kau?” tanya Kian penasaran bercampur takut.
“Aku Maghenta, penjaga ke-9 dari hutan ini.” Meraka semua kaget karena tidak menyangka akan bertemu seorang gadis cantik dan manis di dalam hutan ini. Ia memakai gaun pendek berwarna ungu yang senada dengan sebagian rambutnya yang berwarna ungu. Menurut cerita, tidak ada manusia yang tinggal di hutan terlarang ini.
“Aku baru tau kalau hutan ini ada penjaganya..” ujar Bryan.
“tentu saja, karena tidak ada manusia yang mengetahui tenatang aku. Sekarang jelaskan mengapa kalian bisa berada di sini?” tanya Maghenta dengan nada sinis. Walaupun paras gadis ini cantik dan manis, namun sifatnya cukup dingin. Mungkin karena ia jarang berbicara atau bertemu dengan manusia.
“Kami hanya ingin mencari daun berwarna ungu dari frouzhe tree” jawab Kian dengan lantang.
“Untuk apa kalian mencarinya?”
“Teman kami yang bernama Shane Filan telah di kutuk, dan kami harus melepaskan kutukannya, karena hanya kami satu-satunya yang bisa mendengarkan dia.”
“ Pasti kalian ingin membaca buku Mhantroufhucio karya Gryft Amaziqueto bukan?”
“ya, bagaimana kau tahu?” tanya Nikcy
“Sudah banyak orang yang ingin membaca dan memahami buku itu. Saat mereka datang mereka selalu mencari daun ungu itu. Dan satu hal lagi, Gryft Amaziqueto itu adalah leluhurku.”
“Hah?!” mereka semua ternganga dengan pernyataan Maghenta.
“Kalau begitu segera tunjukkan di mana pohon itu berada Maghenta..” Pinta Nicky tak sabaran.
“Panggil saja aku Magy karena nama Maghenta terlalu panjang. Tidak semudah itu kalian mendapatkannya, aku harus tau kalian berniat baik atau berniat buruk terlebih dahulu.”
“kami melakukannya hanya untuk menolong Shane, tidak ada alasan lain.” Ujar Brian.
“Bagaimana aku dapat percaya pada kalian?”
Mark meminta pedang Nicky dan Bryan. Sebenarnya mereka berdua bingung dengan apa yang Mark lakukan, tetapi mereka menurutinya.
“Ini, ambilah pedang ini! Dengan begini kami tidak bisa menyakiti ataupun melukai siapapun bukan?” ujar Mark sambil menyodorkan 2 pedang itu pada Maghenta.
“Baiklah, aku ambil pedang ini. Tapi tak cukup dengan itu saja, kalian harus bersumpah untuk tidak mencuri, menyakiti, atau melukai apapun yang ada di hutan ini.”
“baik!” jawab mereka kompak.
“Jika kalian melanggarnya, maka kalian akan mati tanpa jejak setelah keluar dari hutan ini.” Kian dan kawan-kawan sangat kaget dengan kata-kata mereka. Meraka tidak menyangka kalau nyawa mereka akan hilang jika berani melanggar.
“Baiklah Magy, kami tidak akan melanggarnya. Sekarang bisa kau tunjukkan di mana letak pohon itu?”
“Baiklah, ayo ikut aku!” merekapun mengikuti Maghenta dari belakang kecuali Mark, ia berjalan di samping Maghenta.
“Magy..” panggil Mark sambil menatap wajah Maghenta.
“Apa?” jawab Maghenta. Wajah Maghenta yang tadinya sinis, berubah malu. Warna merah padam menyelimuti wajahnya ketika ia menatap mata Mark.
“Kamu tinggal di sini sendirian?” tanya Mark polos
“iya”
“Ayah dan Ibumu di mana?”
“Aku tidak punya.”
“kenapa?”
“Karena Aku lahir dari sebuah bunga yang akan mekar Jika penjaga sebelumnya Sudah tua dan akan segera meninggal”
“oh.. Enak nggak tinggal sendirian di hutan?”
“enak nggak enak karena ini sudah tugasku.”
“Aku yakin kamu sering merasa kesepian. Hy, aku Mark dan itu teman temanku. Yang perambut pirang berponi itu kian, yang di sampingnya Nicky, dan yang paling tinggi itu Bryan.” Maghenta hanya tersenyum menanggapinya. Baru kali ini Maghenta bertemu laki-laki yang begitu hangat seperti Mark. Mungkin Maghenta telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Mark.
“Pohon yang paling besar itu adalah frouzhe tree. Daun berwarna ungu ada di dahan teratas pohon itu.”ujar Maghenta.
“Ayo kita panjat pohon itu!” seru Kian. Lalu para petualang cilik itu memanjat pohon itu bersama-sama. Cukup sulit untuk naik ke atas pohon apalagi sampai ke dahan teratas, namun akhirnya mereka sampai juga di dahan teratas.
Mark sedang berpegangan pada dahan pohon itu agar ia tidak terjatuh. Namun, seekor serangga menggigit tangan Mark. Mark yang merasakan gatal pada tangannya langsung menggaruknya.
“uh, gatal! Eh, eh, eh, ua!!” Mark berteriak karena ia melepaskan pegangannya dan terjadut dari atas pohon. “bruk” ian mendarat terlentang di tanah. Maghenta segera berlari untuk melihat keadaan Mark.
“Mark, kamu nggak apa-apa?” tanya Maghenta khawatir.
“Auh.. nggak kok, ah!” Mark berteriak saat menggerakkan pinggangnya.
“Sakit ya? Kamu sih nggak hati-hati.” Lalu Maghenta membantu Mark duduk dan menyembuhkan sakit Mark dengan sebuah hembusan. Tentu saja itu adalah jurus sihir Maghenta.
“Terima kasih Maghenta, kamu hebat ya..” Wajah Maghenta menjadi merah padam dan ia segera merunduk malu.
“Hey kami sudah mendapatkan daun ungu itu!” seru Kian sambil turun dari pohon itu.
“Sebaiknya kalian cepat keluar dari hutan ini. Karena setelah kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan, kalian hanya di beri waktu 15 menit untuk ke luar dari hutan ini. Setelah kalian keluar, kalian akan melupakan memori tentang aku”
“Bagaimana kalau kami melebihi batas waktu itu?”
“kalian akan selamanya berada di sini hingga kalian mati dan tidak akan ada yang menumukan jasad kalian.”
“Kalau begitu ayo pergi teman-teman! Waktu kita terbatas! Terimakasih Maghenta” seru kian.
“tapi.. bagaimana denganmu? Apakah kamu akan selamanya sendirian di sini?” tanya Mark dengan wajah sedih.
“iya, memang sudah begitulah takdirku.. cepat pergi Mark! Sebelum kamu kehabisan waktu!”
“Tapi, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di sini.. kamu pasti akan kesepian..” Maghenta terharu mendengarkannya, karena hanya baru kali ini ia bertemu seseorang yang begitu peduli dan mengkhawatirkannya.
“Sudahlah Mark.. Cepat pergi...”
TBC..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar