By: Qorriza Putri Widyanti
Ribuan kilometer jauhnya dari kerajaan Eoghan, dimana kabut hitam selalu menghiasi sudut-sudut kota kecil itu. Kota yang berpopulasi tidak lebih dari seperempat populasi Eoghan berdirilah sebuah kastil megah bergaya gothic dengan lumut-lumut hijau menghiasi dinding-dinding pualamnya. Kastil tersebut bernama Sun Palace sedangkan kota yang selalu diselimuti kabut dimana kastil itu berpijak bernama Sol Falenas. Nama-nama yang sangat bertolak belakang dengan rumor yang menyerbak diantara para pelancong. Kota Mati. Nama yang lebih umum terdengar di telinga para pelancong. Kota para pembuat dosa, pemuja dusta dan pecinta kematian. Para pelancong sangat enggan untuk singgah disana, bahkan dalam keadaan antara hidup dan mati. Hanya orang-orang yang termasuk dalam kalangan mereka sajalah yang berani menginjakan kaki ditanah kematian itu.
Sol Falenas dipimpin oleh seseorang berkekuatan magis besar, Gizel Godwin. Turunan kedua dari klan Godwin yang merebut tanah Sol Falenas, karena sebelumnya Sol Falenas dikenal sebagai kota yang indah dan damai yang dipimpin oleh dua saudara bersaudara King Arthur Filan Oliver menempati Shamrock Castle yang tinggal puing-puing belaka, sisa dari serangan Aethelbald Godwin leluhur dari Gizel Godwin 30 tahun yang lalu. Sedangkan Falzrahm Falenas sepupu dari King Arthur menempati Sun Palace bersama suaminya Kauss Barrows yang dahulu adalah Commander of The Queen Knight. Satuan perang yang bertugas menjaga Sol Falenas dari serangan musuh.
Di dalam Sun Palace tampak pria dengan pakaian mewah berwarna merah lengkap dengan jubah hitam dan tongkat emas berhias permata berwarna perak. Mata ambernya tampak serius berbicara dengan orang kepercayaannya.
“Yang mulia saya sudah menemukan dimana Prince Filan berada” seru seseorang berwajah pucat.
“Benarkah itu Dolph ?? Dimana ??” tanya Gizel dengan nada datar.
“Kerajaan Eoghan yang dipimpin oleh Raja Kevinaughley, terletak di pulau Wezlize beberapa kilometer dari gerbang patrol Ztromfist kita tuan”
“Baiklah kalau begitu, segera kirim surat kepada mereka. Sertakan juga dengan emblen kerajaan Oliver”
“Siap laksanakan” setelah mengucapkan itu Dolph menghilang dengan cepat.
*
Berpindah ribuan kilometer kemudian, seorang anak kecil pirang dengan tatapan serius dibalik mata azurenya menatap mata azure lainnya dari seseorang yang lebih tua.
“Ayah, aku ingin bertemu dengannya !! Ayah sudah janji kemarin” muka anak itu dilipat dua tanpa menghilangkan pesona dari raut wajahnya.
“Sabar Kian, kakak-kakakmu sedang berlatih sekarang dan tidak ada yang menemanimu” Raja Kevin tampak sabar menghadapi putranya yang satu ini.
“Tapi ayah bilang kemarin aku bisa menemaninya dengan ditemani pengawal, tetapi kenapa sekarang harus ditemani kakak” Kian semakin merengut, dia harus menemui Shane sekarang bagaimanapun caranya.
Keheningan seketika menyelimuti ruangan tersebut. Dengan helaan nafas panjang Raja Kevin menganggukan kepala. Dia selalu kalah dengan tatapn mata anaknya yang satu ini.
“Terima kasih ayah” Kian langsung memeluk ayahnya erat.
“Caddaugh, tolong temani Kian menemui tahanan kita itu” seru Raja Kevin kepada orang kepercayaannya.
Akhirnya Kian bersama genk kecilnya menelusuri lorong-lorong bawah tanah menuju penjara. Tidak terlihat menyeramkan dibandingkan saat mereka diam-diam menyusup kesini tempo lalu.
“Kau bisa meninggalkan kami disini Caddaugh” seru Kian saat mereka sudah sampai di pintu penjara.
“Tapi yang mulia memerintahkan saya untuk menemani pangeran disini” kata lelaki yang mengenakan tutup mata seperti perompak itu.
“Kau bisa mengawasi kami dari sini, tapi tidak perlu sampai masuk. Tidak ada bantahan” perintah Kian persis dengan tatapan ayahnya saat memberikan perintah. Seketika itu juga Caddaugh tampak berjaga di pintu masuk penjara.
Kian, Brian, Nicky dan Mark tampak memasuki penjara bawah tanah tersebut. Penjara tersebut tampak sepi hanya satu sel saja yang tampak berpenerangan.
“Shane” seru Kian lirih sambil melongok kedalam sel Shane. Shane tampak tertidur pulas, rambut hijaunya menutupi sebagian wajah letihnya hanya mata berwarna senada yang terlihat dibalik surai rambutnya.
“Ughhh” Shane menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang kaku karena terlalu banyak tertidur. “Maaf aku tertidur kii” seru Shane setengah sadar.
“Tak apa, apa kau baik-baik saja ??”
“Yaaa, aku baik-baik saja. Walau aku tinggal di sel penjara ini tapi aku diperlakukan dengan layak”
“Maafkan aku tidak bisa mengeluarkanmu dari sini” Kian tampak murung, Shane menyadari hal itu dan segera meminta maaf.
“Sungguh Kian tak apa, kalian mau membantu memusnahkan kutukan ini saja aku sudah sangat bersyukur” Shane tersenyum menenangkan.
“Sama-sama Shane” jawab Kian, Mark, Brian dan Nicky serempak.
“Ngomong-ngomong soal kutukan, kita sudah berhasil menemukan kontra dari kutukan tersebut” jawab Nicky sumringah.
“Benarkah ??” jawab Shane tidak kalah senang.
“Ya, kau hanya tinggal meminum air dari telaga Patrounusimour dan mantra Silencio pada dirimu akan segera terlepas”
“Terima kasih, terima kasih aku sangat berhutang budi pada kalian semua” mata hazelnya tampak memancarkan cahaya kehidupan yang selama ini tersembunyi dibalik kebisuannya.
“Tidak apa-apa Shane kami senang membantumu, kalau boleh kami tahu siapa yang memberikanmu mantra tersebut ??” tanya Brian penuh selidik.
Shane tampak membisu, cahaya kehidupan dimatanya semakin meredup. Mulutnya yang dari semula terkunci rapat kini ditambah dengan suara hatinya yang tiba-tiba menghilang seperti mendapat kutukan Silencio lagi.
“Dia adalah Marscal Godwin, anak dari Aethelbald Godwin. Pimpinan dari klan Godwin yang menyerang kerajaan Oliver. Mereka menghancurkan seluruh kerajaanku serta memburu seluruh keturunan Oliver. Kakek dan ayahku mati saat berperang dengan Marscal dan Aethebald sedangkan aku dan sepupuku Frey selamat dari peperangan itu, tapi kami terpisah karena badai menghantam kapal yang kami tumpangi” Shane selesai menjelaskan kronologinya wajahnya tampak semakin murung. Seketika itu keheningan kaku menyesakan penjara bawah tanah yang sudah sesak itu.
“Tenang Shane kami akan menolongmu, kami berjanji akan menghilangkan kutukan ini” Mark menyodorkan jari kelingkingnya. Shane hanya bisa menatap setengah bingung jari kelingking Mark tersebut.
“Buat apa itu Mark ??”
“Ini sumpah kita, bahwa kita akan menolongmu terlepas dari kutukan ini” Mark masih menyodorkan kelingkingnya pada Shane diikuti oleh jari-jari Kian, Nicky dan Brian. Shane pun tersenyum dan mengkaitan jarinya dengan jari mereka semua. Pinky Promise.
*
Sinar kemerahan mengintip malu dari balik gunung Ztromfist, gunung keramat bagi penduduk Eoghan. Kisah turun-temurun diceritakan dari ibu ke anaknya tentang hal mistis yang menyelimuti gunung yang membentang dari timur hingga selatan pulau Wezlize. Dedalu Liar dan Telaga Ajaib merupakan kisah yang paling sering diperdengarkan dari ibu ke anaknya. Sudah banyak pelancong dari berbagai negeri yang mencari kebenaran akan kisah itu, tapi tidak ada yang pernah menemukan dimana Dedalu dan telaga tersebut berada.
Keributan kecil sudah terjadi di kastil Sligeach, empat pasang kaki kecil berinjit perlahan keluar dari ruangan mereka masing-masing.
“Ssttttt, jangan berisik kalian tidak ingin membangunkan nanny Mary kan ??” bisik Kian.
“Tenang ibuku masih tertidur lelap, sepertinya dia sangat kelelahan. Tapi kita harus cepat keluar dari sini. Ayo !!” Brian memimpin empat pasang kaki tersebut.
“Deviant kau disana ??” seru Brian pelan saat mereka sampai di pekarangan kastil Sligeach. Deviant adalah kusir yang biasa mengantarkan bahan-bahan untuk dapur istana.
“Yooo, Bri aku disini. Cepat naik aku tidak ingin ketahuan penjaga membawa empat orang tersangka pelarian dari istana” mereka semua tertawa mendengar guyonan Dev tersebut.
Brian sudah meminta tolong kepadanya untuk mengantar kami sampai kaki gunung Ztromfist. Dan dia dengan sedikit baik hati mengabulkan permintaan Brian tanpa bertanya apapun, juga berjanji tidak membocorkan ini kesiapapun
Segera saja kami masuk kedalam kereta kuda milik Deviant dan dengan segera tepak tapal kuda terdengar meninggalkan kastil Sligeach. Satu jam perjalanan tidak terasa sudah terlewati kini kami sudah sampai di kaki gunung Ztromfist.
“Sudah sampai” suara Deviant terdengar dari kursi kusir. Kami segera turun dari kereta kuda tersebut.
“Terima kasih Dev” seru kami kompak.
“Sebenarnya untuk apa kalian pagi-pagi buta pergi ke tempat ini ??” tanya Deviant dengan mimik sejuta tanya.
“Hahahaha sudahlah, seperti kau tidak pernah melakukannya saja” Brian menatap jahil Deviant.
“Sial kau Bri !! Sudahlah kalian mau dijemput pukul berapa” kami saling berpandagan. Tak perlu dikutuk dengan Silencio agar mereka bisa membaca pikiran satu sama lain, karena semua pikiran mereka sama mereka tidak tahu kapan mereka bisa kembali.
“Kamu tidak perlu menjemput, kami bisa pulang sendiri. Terima kasih Dev” Brian mengakhiri kebimbangan kami semua dengan diplomatis.
Deviant tampak mengerutkan dahinya “Baiklah, kalian hati-hati saja disana” selesai itu Deviant berbalik dan suara tapal kuda kembali terdengar meninggalkan mereka.
“Kalian siap ??” Nicky menyakinkan ketiga temannya, dia mengencangkan pedang pemberian ayahnya. Ketiga temannya mengangguk memantapkan tekad dan melangkah masuk ke Ztromfist Mountain.
Sudah hampir setengah jam mereka memasuki Ztromfist Forest, hutan yang mengelilingi Ztromfist Mountain dan juga merupakan kaki gunung dari Ztromfist itu sendiri. Hanya pohon pinus saja yang menemani perjalanan. Tidak ada suara hewan bahkan suara hembusan angin pun tak ada, hutan ini seperti terkena mantra Silencio. Kita terus melangkah dengan takut-takut, Nicky berada di barisan paling depan sedangkan Brian di paling belakang karena hanya mereka berdua yang memiliki pedang untuk berjaga-jaga. Kita berjalan semakin dalam, pohon pinuspun tumbuh semakin rapat menghalangi tiap sinar matahari yang ingin menerobos masuk. Kesenyapan makin menyesakan, rongga dada terasa semakin sulit berespirasi.
“Achoooooo” mereka berhenti seketika mendengar suara yang memecahkan kesenyapan ini. Peluh mulai membasahi dahi mereka, bulu roma pun mulai bergidik.
“Kalian dengar itu kah ??” Mark merapatkan dirinya ke Brian.
“Yaa, waspadalah kalian semua” Nicky memperingati teman-temannya kemudian mencabut pedang dan berjaga.
Suasana semakin sunyi, ketegangan semakin meninggi. Tidak ada yang berani bergerak bahkan untuk bernapas sekali pun. Mata mereka semua dipicingkan telinga mereka dipertajam berusaha fokus mencari asal suara tersebut.
Tiba-tiba derap langkah seseorang memecahkan kesunyian sesak ini. Dari arah pohon pinus terlihat seseorang berlari ke arah mereka.
“Tolongggggggg akuuuuu !!!!” sang pemilik langsung saja bersembunyi di balik tubuh Brian dan tak sempat mereka melihat siapa pemilik suara tersebut dua orang bersenjata sudah menghadang.
“Hei bocah serahkan dia kepada kami” salah seorang bersenjata itu mengancam Nicky sebagai pionir terdepan. Perawakan merekan seperti bajak laut yang sering diceritakan Nanny Mary sebelum tidur.
“Tidak !!” seru Nicky lantang sambil mempererat genggaman pedangnya.
Tanpa segan perompak itu menyerang Nicky. Formasi pertahanan kami pecah, Nicky berusaha melawan perompak yang dua kali lebih besar darinya. Mereka saling beradu pedang, kemampuaan Sir Nicholas ayahanda Nicky dalam bermain pedang benar-benar diturunkan kepada Nicky. Dengan lincah Nicky melawan perompak itu, sedangkan Brian berusaha membawa kami menjauh dari pertarungan tersebut.
“Ayooo semuanya masuk ke hutan, cepat, cepat !!” Brian memberi intruksi.
“Tapi bagaimana dengan Nicky ??” Kian terdengar cemas
“Dia akan . . .” kata-kata Brian terhenti serangan mendadak dari perampok yang satu lagi.
“Mau kemana kalian ?? Cepat serahkan gadis itu, atau nyawa kalian tidak akan selamat” perompak itu menggancam kami. Saat Brian hendak melawan perampok itu muncullah seseorang lagi berambut perak, Tri-Nunchakunya dengan cepat mengalahkan perompak tersebut.
“Frey didepan masih ada satu lagi” gadis itu memberitahu lelaki berambut perak tersebut dan ia langsung berlari ke arah Nicky yang langsung disusul oleh kami. Sesampai disana ternyata Nicky sudah berhasil mengalahkan perompak itu.
“Nicky kau tak apa-apa ??” kami langsung menghampiri Nicky dia tersenyum menandakan bahwa dia baik-baik saja.
“Viki kau tak apa ??” lelaki berambut perak tersebut menghampiri gadis bernama Viki itu.
“Ya aku baik-baik saja Frey, syukurlah aku datang di waktu yang tepat dan tidak terjebak di waktu yang lain” dia tersenyum pasrah sambil mengelus-elus tongkat yang berpermata biru itu. “Terima kasih kalian sudah mau menolongku” kini pandangan dua orang asing itu beralih kepada Nicky, Kian, Mark dan Brian.
“Umm, sama-sama” kami menjawab dengan malu-malu.
“Perkenalkan nama saya Freyjadour Falenas, sedangkan gadis ceroboh ini bernama Viki” pria berambut perak itu memperkenalkan diri.
“Freyjadour Falenas ??” Kian teringat sesuatu begitu mendengar nama itu.
“Iya, kenapa ??” Frey tampak bertanya-tanya
“Apakah kau kenal dengan Shane Filan Oliver ??”
“Ya, dia adalah sepupuku darimana kau tahu tentangnya ??” ekspresi Frey berubah, gurat kecemasan mulai tersirat di wajah tampannya.
“Dia berada di kastilku, keadaannya baik-baik saja tetapi dia terkena mantra Silencio sehingga ia tidak bisa berkomunikasi secara verbal. Dan kami sekarang sedang menuju Dedalu Liar untuk menemukan telaga Patrounusimour sebagai kontra kutukan Silencio tersebut” jelas Kian.
Wajah Freyjadour tampak terlihat lega, “Syukurlah dia baik-baik saja, aku sungguh khawatir sejak kami berpisah”
“Memang apa yang terjadi hingga kalian bisa terpisah begini ??” tanya Kian.
“Sebenarnya ini salahku, aku tidak sukses saat menggunakan Blinking Rune-ku. Seperti yang kalian dengar tadi aku bersin disaat yang tak tepat oleh karena itulah kedua perompak itu ikut terbawa saat aku menggunakan Blinking Rune-ku untuk melakukan perpindahan waktu. Waktu itu atau tepatnya 20 tahun yang lalu” kami semua terkejut saat mendengar penjelasan Viki tersebut, 20 tahun yang lalu kalau begitu sekarang Shane seharusnya sudah berumur sekitar 28 tahun. Kami semua hanya bisa menatap takjub hal ini.
“20 tahun yang lalu, saat perang antara King Peter dan Marscal Godwin sedang berlangsung. Godwin berhasil menerobos pertahanan Sun Palace dimana sebelumnya mereka telah berhasil menaklukan Shamrock Castle 10 tahun sebelumnya saat awal penyerangan klan Godwin di Sol Falenas. Terjadi pertarungan sengit antara mereka berdua, Sir Ferid dan Lady Arshtat ayah dan ibu Frey berusaha membawa Prince Frey dan Prince Shane pergi, tapi sayang sekali Marscal Godwin berhasil mengalahkan King Peter...” Viki tampak berhenti air mata sudah mulai membuat bendungan di pelupuk matanya tetapi kemudian ia melanjutkannya, “Marscal mengejar Sir Ferid dan Lady Arshtat, mereka berdua melawan dengan gigih” tak ayal lagi bendungan itu kini pecah, air mata sudah membasahi pipinya, “Salah Viki, ini semua salah Viki, Viki seharusnya lebih cepat datang. Seharusnya Viki bisa menyelamatkan King Peter, Sir Ferid dan Lady Arshtat. Seandainya Viki lebih cepat datang prince Shane tidak harus terkena kutukan itu. Ini semua salah Viki” kini ia tak dapat mengendalikan dirinya, air mata bagaikan bendungan yang bocor. Terus mengalir membasahi pipinya, nafasnya mulai tak teratur, tubuhnya mulai bergetar kami sendiri dapat merasakan bagaimana perihnya perasaan Viki saat itu. Kian dan Mark sudah meneteskan air mata, sedangkan Nicky dan Brian hanya bisa memandang pasrah ke arah Viki.
“Sudahlah Viki, tak apa itu semua sudah berlalu, sudah, sudah” Frey memeluk Viki berusaha untuk menenangkannya. Setelah beberapa saat akhirnya Viki tenang, kini giliran Frey yang melanjutkan ceritanya.
“Tepat saat Marscal melancarkan kutukannya pada Shane, Viki datang dan menyelamatkan kami”
“Tapi bagaimana Viki bisa tiba-tiba menyelamatkan kalian ??” tanya Kian sanksi.
“Viki adalah penjelajah waktu, dia bisa menjelajahi waktu kapan saja. Dan begitulah Viki membawa kami berteleport ke kapal kerajaan kami yang tersisa. Saat dia berusaha meneleport kami semua berserta kapal kami, dia bersin. Sehingga perjalanan waktu kami mengalami sedikit kegagalan, kapal kami berteleport tepat saat badai menghadang hingga mengakibatkan kapal kami porak-poranda. Aku dan Shane terpisah, sedangkan Viki secara tidak sengaja berteleport entah kemana. Yang bisa kupastikan dia berteleport tepat ditengah-tengah kapal bajak laut, melihat hadiah apa yang ia bawa tadi” pandangan kami beralih pada dua perompak yang pingsan itu. Frey tertawa diikuti oleh senyum yang terulas dari bibir Viki.
“Seperti itulah yang terjadi pada kami” Frey mengakhiri kisahnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
“Kami turut prihatin dengan yang terjadi pada kamu Frey, tapi kami sudah berjanji pada Shane akan menyelamatkannya. Kami hanya perlu menemukan telaga Patrounusimour, air dari telaga tersebut dapat memusnahkan kutukan pada diri Shane” seru Mark dengan yakin.
“Telaga Patrounusimour ??” seru Viki
“Iya, telaga Patrounusimour banyak pelancong dari berbagai negara datang ke negeri kami hanya untuk mencari dimana telaga tersebut. Tapi tidak ada satu pun orang yang berhasil menemukannya” jelas Brian dengan nada sedikit kecewa, karena dia baru menyadari bila pelancong dari berbagai negeri saja tiidak dapat menemukannya bagaimana dengan mereka.
“Aku tahu tempat itu, tempat iru memang tidak bisa dikunjungi oleh sembarang orang, hanya penjelajah waktu dan seseorang dengan kekuatan magis besar saja yang dapat pergi kesana. Dan untungnya kalian memiliki satu penjelajah waktu disini” dengan bangga Viki menunjuk dirinya, air mata sudah tak ada lagi di pipinya, kini hhanya senyum manis yang tersungging disana.
“Kalau begitu, ayo kita segera pergi kesana. Sudah tidak ada waktu lagi, kalian hanya tinggal berpegangan tangan satu sama lain dan kita akan berteleport bersama” jelas Viki.
“Apa kau bisa Viki ??” tanya Frey sedikit sanksi.
“Tenang aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, aku berjanji Prince.” akhirnya kami semua bergandengan tangan dan dalam satu kedipan mata kami seperti tersedot oleh pusaran yang sangat besar, kaki kami semua seperti dipelintir menjadi satu. Sungguh sensasi yang sangat tidak menyenangkan. Akhirnya kami menjejak tanah dan tepat di depan kami tumbuh pohon yang berbonggol-bonggol besar mengayun-ayun dengan liar siap menyambar siapa saja yang berada dalam radius serangannya.
“Kalian siap ??” tanya Kian menyakinkan ketiga sahabatnya itu, dan dengan mantap mereka manganggukan kepala.
*
Berpindah ke bagian Ztromfist Forest yang tergelap, pohon-pohon pinus tumbuh sangat rapat benar-benar menutupi cahaya yang ingin menerobos masuk. Tak ada penerangan apapun disan, gelap gulita. Secara tiba-tiba dua orang muncul dari kekosongan, seorang dengan rambut coklat mengenakan pakaian merah dan jubah hitam lengkap dengan tongkat permata peraknya ditemani dengan seorang pria lagi dengan wajah yang super pucat.
“Akhirnya aku menemukanmu juga Prince Filan, begitu aku membunuhmu maka berakhirlah ramalan sialan itu” Gizel menetap kosong sosok Shane fana yang ada di depannya. “Ayo Dolph kita tak ada waktu lagi, segera saja kita menuju Sligeach Castle dan menjemput pangerang kesayangan kita itu.” Senyum sini menghiasi wajahnya, kemudian dia berjalan menuju Sligeach Castle.
TBC...
Ribuan kilometer jauhnya dari kerajaan Eoghan, dimana kabut hitam selalu menghiasi sudut-sudut kota kecil itu. Kota yang berpopulasi tidak lebih dari seperempat populasi Eoghan berdirilah sebuah kastil megah bergaya gothic dengan lumut-lumut hijau menghiasi dinding-dinding pualamnya. Kastil tersebut bernama Sun Palace sedangkan kota yang selalu diselimuti kabut dimana kastil itu berpijak bernama Sol Falenas. Nama-nama yang sangat bertolak belakang dengan rumor yang menyerbak diantara para pelancong. Kota Mati. Nama yang lebih umum terdengar di telinga para pelancong. Kota para pembuat dosa, pemuja dusta dan pecinta kematian. Para pelancong sangat enggan untuk singgah disana, bahkan dalam keadaan antara hidup dan mati. Hanya orang-orang yang termasuk dalam kalangan mereka sajalah yang berani menginjakan kaki ditanah kematian itu.
Sol Falenas dipimpin oleh seseorang berkekuatan magis besar, Gizel Godwin. Turunan kedua dari klan Godwin yang merebut tanah Sol Falenas, karena sebelumnya Sol Falenas dikenal sebagai kota yang indah dan damai yang dipimpin oleh dua saudara bersaudara King Arthur Filan Oliver menempati Shamrock Castle yang tinggal puing-puing belaka, sisa dari serangan Aethelbald Godwin leluhur dari Gizel Godwin 30 tahun yang lalu. Sedangkan Falzrahm Falenas sepupu dari King Arthur menempati Sun Palace bersama suaminya Kauss Barrows yang dahulu adalah Commander of The Queen Knight. Satuan perang yang bertugas menjaga Sol Falenas dari serangan musuh.
Di dalam Sun Palace tampak pria dengan pakaian mewah berwarna merah lengkap dengan jubah hitam dan tongkat emas berhias permata berwarna perak. Mata ambernya tampak serius berbicara dengan orang kepercayaannya.
“Yang mulia saya sudah menemukan dimana Prince Filan berada” seru seseorang berwajah pucat.
“Benarkah itu Dolph ?? Dimana ??” tanya Gizel dengan nada datar.
“Kerajaan Eoghan yang dipimpin oleh Raja Kevinaughley, terletak di pulau Wezlize beberapa kilometer dari gerbang patrol Ztromfist kita tuan”
“Baiklah kalau begitu, segera kirim surat kepada mereka. Sertakan juga dengan emblen kerajaan Oliver”
“Siap laksanakan” setelah mengucapkan itu Dolph menghilang dengan cepat.
*
Berpindah ribuan kilometer kemudian, seorang anak kecil pirang dengan tatapan serius dibalik mata azurenya menatap mata azure lainnya dari seseorang yang lebih tua.
“Ayah, aku ingin bertemu dengannya !! Ayah sudah janji kemarin” muka anak itu dilipat dua tanpa menghilangkan pesona dari raut wajahnya.
“Sabar Kian, kakak-kakakmu sedang berlatih sekarang dan tidak ada yang menemanimu” Raja Kevin tampak sabar menghadapi putranya yang satu ini.
“Tapi ayah bilang kemarin aku bisa menemaninya dengan ditemani pengawal, tetapi kenapa sekarang harus ditemani kakak” Kian semakin merengut, dia harus menemui Shane sekarang bagaimanapun caranya.
Keheningan seketika menyelimuti ruangan tersebut. Dengan helaan nafas panjang Raja Kevin menganggukan kepala. Dia selalu kalah dengan tatapn mata anaknya yang satu ini.
“Terima kasih ayah” Kian langsung memeluk ayahnya erat.
“Caddaugh, tolong temani Kian menemui tahanan kita itu” seru Raja Kevin kepada orang kepercayaannya.
Akhirnya Kian bersama genk kecilnya menelusuri lorong-lorong bawah tanah menuju penjara. Tidak terlihat menyeramkan dibandingkan saat mereka diam-diam menyusup kesini tempo lalu.
“Kau bisa meninggalkan kami disini Caddaugh” seru Kian saat mereka sudah sampai di pintu penjara.
“Tapi yang mulia memerintahkan saya untuk menemani pangeran disini” kata lelaki yang mengenakan tutup mata seperti perompak itu.
“Kau bisa mengawasi kami dari sini, tapi tidak perlu sampai masuk. Tidak ada bantahan” perintah Kian persis dengan tatapan ayahnya saat memberikan perintah. Seketika itu juga Caddaugh tampak berjaga di pintu masuk penjara.
Kian, Brian, Nicky dan Mark tampak memasuki penjara bawah tanah tersebut. Penjara tersebut tampak sepi hanya satu sel saja yang tampak berpenerangan.
“Shane” seru Kian lirih sambil melongok kedalam sel Shane. Shane tampak tertidur pulas, rambut hijaunya menutupi sebagian wajah letihnya hanya mata berwarna senada yang terlihat dibalik surai rambutnya.
“Ughhh” Shane menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang kaku karena terlalu banyak tertidur. “Maaf aku tertidur kii” seru Shane setengah sadar.
“Tak apa, apa kau baik-baik saja ??”
“Yaaa, aku baik-baik saja. Walau aku tinggal di sel penjara ini tapi aku diperlakukan dengan layak”
“Maafkan aku tidak bisa mengeluarkanmu dari sini” Kian tampak murung, Shane menyadari hal itu dan segera meminta maaf.
“Sungguh Kian tak apa, kalian mau membantu memusnahkan kutukan ini saja aku sudah sangat bersyukur” Shane tersenyum menenangkan.
“Sama-sama Shane” jawab Kian, Mark, Brian dan Nicky serempak.
“Ngomong-ngomong soal kutukan, kita sudah berhasil menemukan kontra dari kutukan tersebut” jawab Nicky sumringah.
“Benarkah ??” jawab Shane tidak kalah senang.
“Ya, kau hanya tinggal meminum air dari telaga Patrounusimour dan mantra Silencio pada dirimu akan segera terlepas”
“Terima kasih, terima kasih aku sangat berhutang budi pada kalian semua” mata hazelnya tampak memancarkan cahaya kehidupan yang selama ini tersembunyi dibalik kebisuannya.
“Tidak apa-apa Shane kami senang membantumu, kalau boleh kami tahu siapa yang memberikanmu mantra tersebut ??” tanya Brian penuh selidik.
Shane tampak membisu, cahaya kehidupan dimatanya semakin meredup. Mulutnya yang dari semula terkunci rapat kini ditambah dengan suara hatinya yang tiba-tiba menghilang seperti mendapat kutukan Silencio lagi.
“Dia adalah Marscal Godwin, anak dari Aethelbald Godwin. Pimpinan dari klan Godwin yang menyerang kerajaan Oliver. Mereka menghancurkan seluruh kerajaanku serta memburu seluruh keturunan Oliver. Kakek dan ayahku mati saat berperang dengan Marscal dan Aethebald sedangkan aku dan sepupuku Frey selamat dari peperangan itu, tapi kami terpisah karena badai menghantam kapal yang kami tumpangi” Shane selesai menjelaskan kronologinya wajahnya tampak semakin murung. Seketika itu keheningan kaku menyesakan penjara bawah tanah yang sudah sesak itu.
“Tenang Shane kami akan menolongmu, kami berjanji akan menghilangkan kutukan ini” Mark menyodorkan jari kelingkingnya. Shane hanya bisa menatap setengah bingung jari kelingking Mark tersebut.
“Buat apa itu Mark ??”
“Ini sumpah kita, bahwa kita akan menolongmu terlepas dari kutukan ini” Mark masih menyodorkan kelingkingnya pada Shane diikuti oleh jari-jari Kian, Nicky dan Brian. Shane pun tersenyum dan mengkaitan jarinya dengan jari mereka semua. Pinky Promise.
*
Sinar kemerahan mengintip malu dari balik gunung Ztromfist, gunung keramat bagi penduduk Eoghan. Kisah turun-temurun diceritakan dari ibu ke anaknya tentang hal mistis yang menyelimuti gunung yang membentang dari timur hingga selatan pulau Wezlize. Dedalu Liar dan Telaga Ajaib merupakan kisah yang paling sering diperdengarkan dari ibu ke anaknya. Sudah banyak pelancong dari berbagai negeri yang mencari kebenaran akan kisah itu, tapi tidak ada yang pernah menemukan dimana Dedalu dan telaga tersebut berada.
Keributan kecil sudah terjadi di kastil Sligeach, empat pasang kaki kecil berinjit perlahan keluar dari ruangan mereka masing-masing.
“Ssttttt, jangan berisik kalian tidak ingin membangunkan nanny Mary kan ??” bisik Kian.
“Tenang ibuku masih tertidur lelap, sepertinya dia sangat kelelahan. Tapi kita harus cepat keluar dari sini. Ayo !!” Brian memimpin empat pasang kaki tersebut.
“Deviant kau disana ??” seru Brian pelan saat mereka sampai di pekarangan kastil Sligeach. Deviant adalah kusir yang biasa mengantarkan bahan-bahan untuk dapur istana.
“Yooo, Bri aku disini. Cepat naik aku tidak ingin ketahuan penjaga membawa empat orang tersangka pelarian dari istana” mereka semua tertawa mendengar guyonan Dev tersebut.
Brian sudah meminta tolong kepadanya untuk mengantar kami sampai kaki gunung Ztromfist. Dan dia dengan sedikit baik hati mengabulkan permintaan Brian tanpa bertanya apapun, juga berjanji tidak membocorkan ini kesiapapun
Segera saja kami masuk kedalam kereta kuda milik Deviant dan dengan segera tepak tapal kuda terdengar meninggalkan kastil Sligeach. Satu jam perjalanan tidak terasa sudah terlewati kini kami sudah sampai di kaki gunung Ztromfist.
“Sudah sampai” suara Deviant terdengar dari kursi kusir. Kami segera turun dari kereta kuda tersebut.
“Terima kasih Dev” seru kami kompak.
“Sebenarnya untuk apa kalian pagi-pagi buta pergi ke tempat ini ??” tanya Deviant dengan mimik sejuta tanya.
“Hahahaha sudahlah, seperti kau tidak pernah melakukannya saja” Brian menatap jahil Deviant.
“Sial kau Bri !! Sudahlah kalian mau dijemput pukul berapa” kami saling berpandagan. Tak perlu dikutuk dengan Silencio agar mereka bisa membaca pikiran satu sama lain, karena semua pikiran mereka sama mereka tidak tahu kapan mereka bisa kembali.
“Kamu tidak perlu menjemput, kami bisa pulang sendiri. Terima kasih Dev” Brian mengakhiri kebimbangan kami semua dengan diplomatis.
Deviant tampak mengerutkan dahinya “Baiklah, kalian hati-hati saja disana” selesai itu Deviant berbalik dan suara tapal kuda kembali terdengar meninggalkan mereka.
“Kalian siap ??” Nicky menyakinkan ketiga temannya, dia mengencangkan pedang pemberian ayahnya. Ketiga temannya mengangguk memantapkan tekad dan melangkah masuk ke Ztromfist Mountain.
Sudah hampir setengah jam mereka memasuki Ztromfist Forest, hutan yang mengelilingi Ztromfist Mountain dan juga merupakan kaki gunung dari Ztromfist itu sendiri. Hanya pohon pinus saja yang menemani perjalanan. Tidak ada suara hewan bahkan suara hembusan angin pun tak ada, hutan ini seperti terkena mantra Silencio. Kita terus melangkah dengan takut-takut, Nicky berada di barisan paling depan sedangkan Brian di paling belakang karena hanya mereka berdua yang memiliki pedang untuk berjaga-jaga. Kita berjalan semakin dalam, pohon pinuspun tumbuh semakin rapat menghalangi tiap sinar matahari yang ingin menerobos masuk. Kesenyapan makin menyesakan, rongga dada terasa semakin sulit berespirasi.
“Achoooooo” mereka berhenti seketika mendengar suara yang memecahkan kesenyapan ini. Peluh mulai membasahi dahi mereka, bulu roma pun mulai bergidik.
“Kalian dengar itu kah ??” Mark merapatkan dirinya ke Brian.
“Yaa, waspadalah kalian semua” Nicky memperingati teman-temannya kemudian mencabut pedang dan berjaga.
Suasana semakin sunyi, ketegangan semakin meninggi. Tidak ada yang berani bergerak bahkan untuk bernapas sekali pun. Mata mereka semua dipicingkan telinga mereka dipertajam berusaha fokus mencari asal suara tersebut.
Tiba-tiba derap langkah seseorang memecahkan kesunyian sesak ini. Dari arah pohon pinus terlihat seseorang berlari ke arah mereka.
“Tolongggggggg akuuuuu !!!!” sang pemilik langsung saja bersembunyi di balik tubuh Brian dan tak sempat mereka melihat siapa pemilik suara tersebut dua orang bersenjata sudah menghadang.
“Hei bocah serahkan dia kepada kami” salah seorang bersenjata itu mengancam Nicky sebagai pionir terdepan. Perawakan merekan seperti bajak laut yang sering diceritakan Nanny Mary sebelum tidur.
“Tidak !!” seru Nicky lantang sambil mempererat genggaman pedangnya.
Tanpa segan perompak itu menyerang Nicky. Formasi pertahanan kami pecah, Nicky berusaha melawan perompak yang dua kali lebih besar darinya. Mereka saling beradu pedang, kemampuaan Sir Nicholas ayahanda Nicky dalam bermain pedang benar-benar diturunkan kepada Nicky. Dengan lincah Nicky melawan perompak itu, sedangkan Brian berusaha membawa kami menjauh dari pertarungan tersebut.
“Ayooo semuanya masuk ke hutan, cepat, cepat !!” Brian memberi intruksi.
“Tapi bagaimana dengan Nicky ??” Kian terdengar cemas
“Dia akan . . .” kata-kata Brian terhenti serangan mendadak dari perampok yang satu lagi.
“Mau kemana kalian ?? Cepat serahkan gadis itu, atau nyawa kalian tidak akan selamat” perompak itu menggancam kami. Saat Brian hendak melawan perampok itu muncullah seseorang lagi berambut perak, Tri-Nunchakunya dengan cepat mengalahkan perompak tersebut.
“Frey didepan masih ada satu lagi” gadis itu memberitahu lelaki berambut perak tersebut dan ia langsung berlari ke arah Nicky yang langsung disusul oleh kami. Sesampai disana ternyata Nicky sudah berhasil mengalahkan perompak itu.
“Nicky kau tak apa-apa ??” kami langsung menghampiri Nicky dia tersenyum menandakan bahwa dia baik-baik saja.
“Viki kau tak apa ??” lelaki berambut perak tersebut menghampiri gadis bernama Viki itu.
“Ya aku baik-baik saja Frey, syukurlah aku datang di waktu yang tepat dan tidak terjebak di waktu yang lain” dia tersenyum pasrah sambil mengelus-elus tongkat yang berpermata biru itu. “Terima kasih kalian sudah mau menolongku” kini pandangan dua orang asing itu beralih kepada Nicky, Kian, Mark dan Brian.
“Umm, sama-sama” kami menjawab dengan malu-malu.
“Perkenalkan nama saya Freyjadour Falenas, sedangkan gadis ceroboh ini bernama Viki” pria berambut perak itu memperkenalkan diri.
“Freyjadour Falenas ??” Kian teringat sesuatu begitu mendengar nama itu.
“Iya, kenapa ??” Frey tampak bertanya-tanya
“Apakah kau kenal dengan Shane Filan Oliver ??”
“Ya, dia adalah sepupuku darimana kau tahu tentangnya ??” ekspresi Frey berubah, gurat kecemasan mulai tersirat di wajah tampannya.
“Dia berada di kastilku, keadaannya baik-baik saja tetapi dia terkena mantra Silencio sehingga ia tidak bisa berkomunikasi secara verbal. Dan kami sekarang sedang menuju Dedalu Liar untuk menemukan telaga Patrounusimour sebagai kontra kutukan Silencio tersebut” jelas Kian.
Wajah Freyjadour tampak terlihat lega, “Syukurlah dia baik-baik saja, aku sungguh khawatir sejak kami berpisah”
“Memang apa yang terjadi hingga kalian bisa terpisah begini ??” tanya Kian.
“Sebenarnya ini salahku, aku tidak sukses saat menggunakan Blinking Rune-ku. Seperti yang kalian dengar tadi aku bersin disaat yang tak tepat oleh karena itulah kedua perompak itu ikut terbawa saat aku menggunakan Blinking Rune-ku untuk melakukan perpindahan waktu. Waktu itu atau tepatnya 20 tahun yang lalu” kami semua terkejut saat mendengar penjelasan Viki tersebut, 20 tahun yang lalu kalau begitu sekarang Shane seharusnya sudah berumur sekitar 28 tahun. Kami semua hanya bisa menatap takjub hal ini.
“20 tahun yang lalu, saat perang antara King Peter dan Marscal Godwin sedang berlangsung. Godwin berhasil menerobos pertahanan Sun Palace dimana sebelumnya mereka telah berhasil menaklukan Shamrock Castle 10 tahun sebelumnya saat awal penyerangan klan Godwin di Sol Falenas. Terjadi pertarungan sengit antara mereka berdua, Sir Ferid dan Lady Arshtat ayah dan ibu Frey berusaha membawa Prince Frey dan Prince Shane pergi, tapi sayang sekali Marscal Godwin berhasil mengalahkan King Peter...” Viki tampak berhenti air mata sudah mulai membuat bendungan di pelupuk matanya tetapi kemudian ia melanjutkannya, “Marscal mengejar Sir Ferid dan Lady Arshtat, mereka berdua melawan dengan gigih” tak ayal lagi bendungan itu kini pecah, air mata sudah membasahi pipinya, “Salah Viki, ini semua salah Viki, Viki seharusnya lebih cepat datang. Seharusnya Viki bisa menyelamatkan King Peter, Sir Ferid dan Lady Arshtat. Seandainya Viki lebih cepat datang prince Shane tidak harus terkena kutukan itu. Ini semua salah Viki” kini ia tak dapat mengendalikan dirinya, air mata bagaikan bendungan yang bocor. Terus mengalir membasahi pipinya, nafasnya mulai tak teratur, tubuhnya mulai bergetar kami sendiri dapat merasakan bagaimana perihnya perasaan Viki saat itu. Kian dan Mark sudah meneteskan air mata, sedangkan Nicky dan Brian hanya bisa memandang pasrah ke arah Viki.
“Sudahlah Viki, tak apa itu semua sudah berlalu, sudah, sudah” Frey memeluk Viki berusaha untuk menenangkannya. Setelah beberapa saat akhirnya Viki tenang, kini giliran Frey yang melanjutkan ceritanya.
“Tepat saat Marscal melancarkan kutukannya pada Shane, Viki datang dan menyelamatkan kami”
“Tapi bagaimana Viki bisa tiba-tiba menyelamatkan kalian ??” tanya Kian sanksi.
“Viki adalah penjelajah waktu, dia bisa menjelajahi waktu kapan saja. Dan begitulah Viki membawa kami berteleport ke kapal kerajaan kami yang tersisa. Saat dia berusaha meneleport kami semua berserta kapal kami, dia bersin. Sehingga perjalanan waktu kami mengalami sedikit kegagalan, kapal kami berteleport tepat saat badai menghadang hingga mengakibatkan kapal kami porak-poranda. Aku dan Shane terpisah, sedangkan Viki secara tidak sengaja berteleport entah kemana. Yang bisa kupastikan dia berteleport tepat ditengah-tengah kapal bajak laut, melihat hadiah apa yang ia bawa tadi” pandangan kami beralih pada dua perompak yang pingsan itu. Frey tertawa diikuti oleh senyum yang terulas dari bibir Viki.
“Seperti itulah yang terjadi pada kami” Frey mengakhiri kisahnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
“Kami turut prihatin dengan yang terjadi pada kamu Frey, tapi kami sudah berjanji pada Shane akan menyelamatkannya. Kami hanya perlu menemukan telaga Patrounusimour, air dari telaga tersebut dapat memusnahkan kutukan pada diri Shane” seru Mark dengan yakin.
“Telaga Patrounusimour ??” seru Viki
“Iya, telaga Patrounusimour banyak pelancong dari berbagai negara datang ke negeri kami hanya untuk mencari dimana telaga tersebut. Tapi tidak ada satu pun orang yang berhasil menemukannya” jelas Brian dengan nada sedikit kecewa, karena dia baru menyadari bila pelancong dari berbagai negeri saja tiidak dapat menemukannya bagaimana dengan mereka.
“Aku tahu tempat itu, tempat iru memang tidak bisa dikunjungi oleh sembarang orang, hanya penjelajah waktu dan seseorang dengan kekuatan magis besar saja yang dapat pergi kesana. Dan untungnya kalian memiliki satu penjelajah waktu disini” dengan bangga Viki menunjuk dirinya, air mata sudah tak ada lagi di pipinya, kini hhanya senyum manis yang tersungging disana.
“Kalau begitu, ayo kita segera pergi kesana. Sudah tidak ada waktu lagi, kalian hanya tinggal berpegangan tangan satu sama lain dan kita akan berteleport bersama” jelas Viki.
“Apa kau bisa Viki ??” tanya Frey sedikit sanksi.
“Tenang aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, aku berjanji Prince.” akhirnya kami semua bergandengan tangan dan dalam satu kedipan mata kami seperti tersedot oleh pusaran yang sangat besar, kaki kami semua seperti dipelintir menjadi satu. Sungguh sensasi yang sangat tidak menyenangkan. Akhirnya kami menjejak tanah dan tepat di depan kami tumbuh pohon yang berbonggol-bonggol besar mengayun-ayun dengan liar siap menyambar siapa saja yang berada dalam radius serangannya.
“Kalian siap ??” tanya Kian menyakinkan ketiga sahabatnya itu, dan dengan mantap mereka manganggukan kepala.
*
Berpindah ke bagian Ztromfist Forest yang tergelap, pohon-pohon pinus tumbuh sangat rapat benar-benar menutupi cahaya yang ingin menerobos masuk. Tak ada penerangan apapun disan, gelap gulita. Secara tiba-tiba dua orang muncul dari kekosongan, seorang dengan rambut coklat mengenakan pakaian merah dan jubah hitam lengkap dengan tongkat permata peraknya ditemani dengan seorang pria lagi dengan wajah yang super pucat.
“Akhirnya aku menemukanmu juga Prince Filan, begitu aku membunuhmu maka berakhirlah ramalan sialan itu” Gizel menetap kosong sosok Shane fana yang ada di depannya. “Ayo Dolph kita tak ada waktu lagi, segera saja kita menuju Sligeach Castle dan menjemput pangerang kesayangan kita itu.” Senyum sini menghiasi wajahnya, kemudian dia berjalan menuju Sligeach Castle.
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar