Rabu, 19 Juni 2013

Bow and String-8

Sligo dan New York, dua kota itu sangat berbeda di mata Alanna. Meskipun ia harus berlatih dengan tutunya setiap hari. Di sligo pasti sangat dingin saat ini. Alanna membayangkan coklat panas buatan ibunya. Hangat, manis, dan lima menit kemudia hilang di mulut Finnian karena ia begitu malas mengambil ke dapur.

Alanna mendesah. Mereka bilang New York adalah kota yang serba ada, tapi mereka tidak punya Finnian di sini. New York itu kota yang indah, tapi Alanna hanya ingin melihat ayahnya berjalan di dekat istal kuda sambil memandang jijik pada kuda Ciaran.

Alanna merasa menjadi Ciaran saat ini, beginikah perasaan Ciaran setelah tidak tinggal di rumah lagi? Tapi dia masih tinggal di Sligo dan bisa kapan saja pulang ke rumah. Lagipula ia punya Sarah di rumahnya. Berbeda jauh dengan Alanna yang bermil-mil jauhnya dari rumah, dan tinggal bersama wanita tukang dengkur yang berisik bukan main. Kalaupun Alanna ingin pulang ke rumah, ia harus rela duduk berjam-jam di pesawat hingga pinggangnya sakit.

Alanna menyalakan telivisi di kamar hotel itu. Mrs.Batley sudah tidur tengkurap di kasurnya dan sejauh ini masih belum ada dengkuran. New York memang bukan rumahnya, bahkan di rumahnya pun kadang Alanna kesulitan untuk tidur apalagi di hotel yang baru ia tinggali beberapa hari.

Setengah dari kepalanya botak, rambut tipisnya berwarna putih. Alanna berfikir, kenapa rambut-rambut jelek itu masih mau tinggal di kepala merah jambu itu. kumisnya sama putih dengan rambut tipisnya. Pria tua itu sedang membacakan pidato bodohnya yang membosankan. Alanna mencari siaran lain.

 Selanjutnya ada pria dengan kostum badut yang aneh. Kain yang menempel di badannya berwarna hijau dengan motif polkadot putih. Alanna yakin bulu merah keriting di kepalanya itu rambut palsu tua yang tidak pernah di sisir. Begini lelucon pria aneh itu.

“Mengapa gajah sangat gemuk padahal dia tidak makan daging?” Pria badut itu memberikan beberapa detik untuk berfikir. “Karena ia memakan kayu! Hahaha”

Apa yang lucu dari lelucon bodoh itu?! Alanna menukar siaran lainnya.

“Mereka antusia sekali dengan Album barumu! Jadi kapan album itu akan di rilis?” Alanna meletakkan remotnya setelah melihat siapa pria yang ada di televisi.

“Yeah, mereka sangat antusia begitu pula aku. Aku sendiri tidak sabar agar album itu segera selesai. Mungkin kami akan merilisnya pada bulan Juni, sekitar tiga bulan lagi.” Kelly menjawab pertanyaan itu dengan senyum penuh semangat. Akhir-akhir ini pria pirang itu begitu sibuk dengan Album barunya. Ia sangat bersemangat agar album itu segera di rilis dan segera mengadakan Tour!

Alanna tersenyum kagum dengan kakaknya itu, Amerika bahkan sangat mencintainya. Penggemarnya berasal dari seluruh dunia, dan mereka adalah penggemar setia! Mereka tidak peduli terhadap kekurangan Kelly dan selalu memberi semangat kepadanya. Meskipun ada juga yang tidak menyukainya dan menganggap kesuksesannya hanya berasal dari nama Egan. Namun Kelly sudah membuktikan bahwa ia memang berbakat! Penggemarnya semakin bertambah, begitu pula dengan orang-orang yang tidak menyukainya. Kelly tidak menganggap itu sebagai masalah besar. selagi punyai penggemar setia di seluruh penjuru dunia, apa lagi yang kurang?

“Bagaimana dengan konser promo. Sudah memutuskan akan konser di negara mana saja?”

“Tentu, kami memiliki menejemen yang luar biasa hebat dan profesionalnya. Mereka telah mengatur semuanya dengan baik. Kami akan mengadakan sepuluh konser di sepuluh negara yang sudah kami pilih.”

“Sukses untuk Albummu,Kelly. Dan berani taruhan, tiket konsermu akan habis dalam waktu singkat seperti yang sudah-sudah”

“Oh! Terimakasih!” Kelly tersenyum lebar mendengar ucapan pembawa acara itu.

Alanna melirik jam dinding sambil menguap. Ia seharusnya tidur beberapa jam yang lalu agar tidak menguap-nguap saat latihan. Alanna mematikan televisi itu dan naik ke atas tempat tidurnya. Ia bersyukur tidak harus berbagi kasur dengan Mrs.Batley. Namun ia mengumpat ketika Mrs.Batley mulai mendengkur.

*

“TOK!! TOK!! TOK!!” Alanna terkejut mendengar ketukan pintu yang keras itu. Alanna belum bisa menjawab karena ia baru tidur beberapa jam yang lalu, masih terlalu sulit untuk menjawab.

“TOK!! TOK!! TOK!!”  pintu itu terus diketuk dengan keras. Alanna duduk di atas kasurnya kemudian dengan kesal menggosok-gosok matanya sambil menguap selebar yang ia bisa. Kemudian Alanna melirik jam dinding di depannya.


“TOK!! TOK!! TOK!!” Pintu itu terus diketuk dengan keras. Alanna mendesah kesal. Ini baru jam enam! Dan orang New York bodoh mana yang menggedor-gedor pintu hotelnya pagi-pagi begini.

Pintu itu tetap di gedor, hanya saja tidak ada panggilan dari luar sana. Alanna tidak berfikir siapa yang mengetok pintu kamarnya sepagi ini. Entah orang jahat atau apa, ia tidak peduli asalkan pintu itu berhentik di ketok. Alanna membuka kunci kamarnya, kemudian membuka pintu.

“KEJUTAANN!!” Kantuk Alanna hilang ditelan teriakan heboh itu. matanya terbuka lebar dan mulutnya ternga-nga.

“Kalian..” Alanna berucap dengan suara serak, kemudia ia berusaha menormalkan suaranya “Kalian terbang dari Sligo ke sini?!!”  Alanna sulit mempercayai siapa yang ada di depannya. Ia bahkan memerlukan beberapa detik untuk memastikan bahwa Ciaran, Finnian, Kelly, Maa, dan Daddaanya yang sedang dilihatnya ini asli. Bukan yang palsu.

“Tentu saja!” Ayahnya tersenyum dengan puas. Buas sekali dia, sudah membuat anaknya terkejut di pagi hari.
“Tidak mungkin kami jalan kaki ke sini” gumam Finnian asal.
“Kami ingin melihat penampilanmu Alanna! Ini acara bergengsi, mana bisa kami melewatkannya! Lagipula, kami sedikit khawatir dengan keadaanmu, dan kami setuju untuk mengunjungimu ke sini!”
Alanna masih mematung. Ia yakin ucapan ibunya tadi sebenarnya adalah “kami sangat mengkhawatirkanmu” bukan “sedikit mengkhawatirkanmu”. Ia hanya tidak ingin membuat Alanna berkata “Maa, aku bukan bayi.”

*

Alanna tidak perlu memaafkan tentang kejutan pagi itu. meski cukup kesal karena mengganggu tidurnya yang hanya beberapa jam, namun Alanna sangat senang melihat siapa orang aneh yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya. Sekarang New York terasa lebih indah! New York menyediakan Finnian, Ciaran, Kelly, Maa & Dadda untuknya! Meskipun tidak ada coklat panas untuknya. Lagipula New York tidak sedingin Sligo.

Alanna sungguh terharu pada keluarganya yang menyempatkan diri untuk melihat pertandingannya. Seperti Kelly, ia seharusnya sibuk bersama Finn untuk Album dan persiapan Turnya. Dan Ciaran harus tetap mendapat predikat dokter baik walau harus meninggalkan rumah sakit untuk sementara waktu. Ayolah, masih banyak dokter lain di sana walau tidak setampan Ciaran.

Mereka membiarkan Alanna untuk kembali tidur setelah kejutan mereka berakhir. Walau pada akhirnya Alanna harus bangun setelah Finnian menggelitiki telapak kakinya. Hampir saja Alanna menendang wajah Finnian, kalau Finnian tidak bergerak cepat.

Mereka sarapan bersama, dengan Mrs.Batley tentunya. Yang membuat Alanna heran adalah, mengapa Mrs. Batley sama sekali tidak terbangun saat keluarganya menggedor pintu kamar. Tidurnya benar-benar pulas. Sarapan di hotel beberapa hari ini terasa hambar di lidah Alanna, namun saat mereka sarapan bersama seperti yang biasa mereka lakukan di rumah, rasa manis, asam, asin seperti kembali pada makanan itu.

“Finnian tidak membawa boneka Barbienya?” Alanna melirikFinnian dengan tetapan jahil. Boneka Barbie yang dimaksud adalah Lindsay, kekasih Finnian yang berambut pirang. (^_^v pinjem bonekanya kak kiki)

“Sayang aku tidak menjemput pangeran lapangan parkir sekolahmu” balas Finnian dengan senyum menantang.

“Dia bukan pangeran! Dia_”
“Kamu mau bilang dia orang gila kan?”potong Finnian
“Ya! Dan dia sama gilanya dengamu!”
“Berarti dia tidak benar-benar gila karena aku masih sangat waras”
“Siapa yang bilang kamu waras?”
“Memang ada yang mengatakan aku gila?”
“Tentu! Kamu gila”
“Kamu hanya satu-satunya yang berkata bahwa aku gila.Beribu-ribu orang yang mengatakan bahwa aku tampan. Tunggu, apa pangeran lapangan parkirmu itu seperti aku?”
“Tentu, kalian berdua tidak beda jauh, sama gila dan bodohnya”
“Nah! Itu adalah salah satu cara kamu menyatakan bahwa ia tampan. Kamu lupa kalau aku tampan? Kami sama bukan?”
Dan sarapan pagi itu menjadi sangat gaduh dengan beberapa pengunjung lain melirik mereka.

“Hey!” Ciaran berusaha mengingatkan mereka “Kalian boleh saling lempar salad, tapi di rumah”

*

Dari sepuluh orang peserta, satupun dari mereka tidak ada yang terlihat tenang. Wajah mereka terlihat lebih pucat dari beberapa jam yang lalu, bukan karena bedaknya namun gugupnya. Alanna berusaha menghilangkan kegugupannya, begitu pula dengan Mrs.Batley yang membantunya untuk tenang.

Jika ia berhasil, maka ia akan masuk ke babak semi final dan ia masih memiliki kesempatan untuk menari di atas panggung megah itu lagi. Tapi kalau ia gagal maka lain lagu ceritanya. Alanna mempersiapkan dirinya dari semua kemungkinan, mulai dari yang terbaik hingga yang terburuk. Namun yang paling Alanna persiapkan adalah kemungkinan terburuk.

Beberapa saat yang lalu, sebelum acara di mulai empat pria egan dan seorang wanitanya, menemani Alanna di belakang panggung. Memberikan dukungan dan semangat, setelah itu mereka bergantian memeluk Alanna erat-erat. Mungkin mereka dapat merasakan Alanna gemetar dari pelukan itu.

Alanna menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Dia merasa sedikit santai, apapun hasilnya nanti, ia hanya perlu melakukan yang terbaik.

*

Beberapa peserta sudah naik ke atas panggung dan menunkan kemampuan mereka. Alanna terkesima dengan penampilan mereka, mereka semua luar biasa dan itu sempat membuat Alanna berkecil hati. Mrs. Batley di sampingnya, memberikan senyum penuh semangat.

“Kamu tau, kamu tidak kalah hebat dari mereka. Percayalah!” Alanna membalasnya dengan senyuman.

Tidak ada gunanya berkecil hati. Apalagi di saat seperti ini, itu hanya akan mengurangi semangat dan mengurangi penilaian para juri. Alanna yakin bahwa ia tidak seburu yang ia bayangkan. Lagipula jika ia memang buruk, dia tidak seharusnya berada sejauh ini. Alanna yakin pada kemampuannya sendiri.

Tidak perlu ada panggilan, Alanna sudah mengetahui bahwa ini gilirannya. Ia memasang senyumannya yang paling cerah walau jantungnya terdengar seperti petir yang menyambar-nyambar. Ia mendesah sambil menenangkan dirinya sendiri, mencoba mengusir gemetar di badannya. Lima kursi berjajar, berada di barisan tengah adalah tempat duduk keluarganya. Mereka memberi semangat kepada Alanna. Temasuk Finnian dengan tangannya mengepal seperti seorang petinju, Alanna mengerti isyarat itu ‘bertarung dankalahkan panggung ini’

Dentingan piano, yang masih dimainkan oleh pak tua yang sama, mulai mengalun di seluruh ruangan. Alanna mulai bergerak, sesuai dengan koreografi yang dipelajarinya. Ia mendengarkan musik pengiringnya dengan baik, dan Alanna sadar bahwa suara piano itu sangat indah. Ia bergerak sesuai iringan itu atau lebih tepatnya iringan itu membantunya untuk bergerak dengan tepat.

Beberapa kali perubahan tempo tentu merupakan sebuah tantangan, dan Alanna suka tantangan. Tantangan membuatnya lebih bersemangat dan ia sangat bersemangat untuk menari. Semangatnya membuat rasa gugup dan khawatir menghilang pada saat itu. Yang perlu di lakukannya bukan khawatir, ia hanya perlu menari sebaik mungkin dengan dampingan melodi dari tuts piano.

Dia menari dengan indah. Seindah bintang di langit tengah malam. Seanggun angsa di kolam jernih di terangi sinar bulan purnama. Dan ia sama mengagumkannya dengan Keavy di mata Kian.

Kian melihat pada istrinya. Entah kenapa, saat itu ia seperti melihat Alanna di dalam Keavy. Kian sangat bangga dan bahagia melihatnya. putri kecilnya beranjak menjadi wanita luar biasa seperti Keavy!

“Ada apa, Kee?” Keavy menyadari tatapan Kian yang ditujukan padanya. Kian tersenyum lembut, Keavy membalasnya.
“Dia seperti kamu, tapi dia adalah Alanna, bukan Kamu. Dan dia adalah anak Kita!”
“Iya, Kee. Anak kita”

*

Alanna lega setelah penampilannya tadi, ia tidak begitu peduli dengan hasilnya nanti. Yang terpenting ia sudah melakukannya sebaik mungkin. Setelah itu ia hanya memperhatikan peserta yang tampil selanjutnya. Alanna merasa terhibur sekaligus gugup dengan penampilan mereka. Meskipun Alanna tidak terlalu memperdulikan hasilnya nanti, tetap saja ia mengkhawatirkannya.

Acara kali ini tidak berlangsung selama yang sebelumnya. Tidak ada lagi yang menari di atas panggung itu. panggung itu kosong dan siap untuk diinjak dengan sol sepatu para juri. Mereka harus bersabar untuk menunggu keputusan itu. semuanya kembali pucat, termasuk Alanna. Menunggu pengumuman ini terasa mirip dengan menunggu kiamat. Mungkin itu berlebihan.

Keempat pria Egan datang mengagetkannya dari belakang, Alanna terfokus pada panggung dan tidak memperhatikan sekelilingnya. Ibunya berdiri di sebelahnya sambil merangkulnya. Ia merasa sedikit tenang dengan kerumunan itu.

Juri-juri yang terlihat jenius itu menaiki panggung dengan langkah kaki yang lantang. Mereka yakin sekali dengan keputusanyang mereka ambil. Setelah mereka berdiri di atas panggung megah itu, salah seorang dari mereka memposisikan bibirnya di depan Mike.

Itu adalah pria yang sama yang membacakan keputusan sebelumnya. Ia berbasa-basi sebentar untuk mencairkan suasanna yang sama sekali tidak dapat di cairkannya, para peserta sudah terlalu tegang! Setelah ia berceloteh tentang hal-hal yang tidak penting (menurut Alanna), ia melebarkan kertas yang dipegang di tangan kirinya. Ia memulainya dengan ‘ehmm’-an.

“Peserta pertama yang lolos ke babak semi final adalah” diam sejenak, dan itu membuat Alanna
kesal! Langsung saja sebutkan nama peserta itu apa susahnya! “Mischael Presaz!”
Kemudia tepuk tangan meriah mengiringi langkah perempuan bernama Mischael Presaz menuju panggung. Ia berjalan dengan gemetar dan air mata kebahagiaan menetes di pipinya yang putih, tinta hitam di kelopak matanya sedikit luntur dan mengacaukan dandanannya.
“Peserta kedua yang lolos ke babak semi final adalah..”

Tidak bebeda jauh dari yang sebelumnya, setiap beserta yang naik ke atas panggung akan mendapatkan tepuk tangan yang meriah dan matanya akan berlinang denganair mata. Alanna berdebar-debar, menunggu namanya di sebutkan. Meskipun ia sudah menyiapkan diri apabila namanya tidak di sebut.

“Peserta terakhir yang lolos kebabak semi final adalah...” jantung Alanna hampir lepas dari tempatnya. Badannya sudah dingin seperti orang mati, dari tadi ia tidak mengucapkan sepatah katapun kecuali desahan untuk menenangkan dirinya sendiri. “Serena Greew!”

Alanna benar-benar kecewa saat namanya tidak di sebutkan oleh pria paruh baya itu. ia sudah menyiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk, tapi kenapa ia tidak bisa menahan rasa kecewanya. Kaki-kakinya terasa lemah, ia hanya terdiam dengan wajah pucatnya. Ia menutup matanya rapat-rapat agar air matanya tidak bisa keluar. Namun apa yang ia lakukan? Ia tidak dapat menahannya dan tetes demi tetes mulai meluncur di pipi putihnya.

Ia dipenuhi dengan pelukan yang menenangkannya, Alanna yakin air mata itu akan segera tergantikan dengan senyum. Pelukan dan ucapan-ucapan keluarganya merupakan penghiburan yang paling baik! Alanna sangat bersyukur ada yang menggedor pintu kamarnya pagi tadi




 komen...komen.. karena cerita ini masih terlalu jauh untuk di sebut bagus :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar