Sabtu, 11 April 2020

Vanilla Cookies


Scarlet buru-buru melangkahkan kakinya menuju rumah. Angin malam menerobos kerah mantelnya. Dingin dan sedikit menusuk. Ditengah langkahnya yang terburu-buru, Scarlet pikir ada baiknya dia mampir ke toko terdekat untuk membeli kopi kalengan. Scarlet tidak yakin dapat terjaga dalam waktu lama jika sudah melihat kasur. Terlalu menggoda.

Gadis berbadan mungil itu harus menahan kelopak mata untuk terus terjaga. Ada Essai yang harus ia kumpulkan besok pagi. Scarlet sudah pasti akan membuat Essai tersebut asal-asalan agar ia bisa segera tidur. Tidak peduli akan seperti apa hasilnya. Persetan dengan nilai.

Scarlet memutuskan masuk ke swalayan di dekat perempatan jalan. Tidak banyak orang di dalam mengingat sekarang sudah cukup larut. Rungunya dapat mendengar langkah kakikanya dan sepasang langkah kaki dari rak di sebelahnya. Sambil menimbang-nimbang kopi mana yang akan ia bawa ke kasir. Ia menunduk, mengarahkan jari terunjukkan untuk membaca berbagai rasa yang tertera pada kaleng kemasan. Scarlet tidak begitu paham soal kopi, hingga akhirnya ia hanya menjatuhkan pilihan pada kemasan yang paling menarik.

Setelah mengambil sekaleng kopi Scarlet menegakkan badannya dan segera menuju kasir, tetapi tak jauh dari tempatnya berdiri ada sosok tinggi yang menyita perhatiannya. Dari wajahnya jelas sekali pria itu keturunan Asia, matanya sipit dan kulitnya pucat. Scarlett tertegun, pria ini mengingatkannya akan kenangan manis dan pahit yang bercampur menjadi satu. Seperti meminum kopi hitam. Sekalipun sudah dicampurkan dengan gula rasanya akan tetap pahit. Tetapi tetap saja, kehadiran gula itu tidak bisa diabaikan bukan?
Pria yang merasa diperhatikan itu menoleh. Kedua irisnya bertemu dengan milik Scarlet. Seketika itu Scarlet yakin sekali, pria ini pasti ‘dia’.

Keduanya terkejut, kemudian menjadi kikuk. Tetapi beberapa detik kemudian pria itu memulai konversasi.
“Scarlet?” pria memastikan. Sekalipun ia benar-benar yakin sosok di hadapannya adalah gadis yang ia kenal 5 tahun lalu. Tidak ada yang berubah, wajahnya masih sepucat yang Taehyung ingat. Begitupula dengan rambut pirangnya yang bergelombang dan sedikit berantakan. Ah, gadis itu sudah menggunakan pewarna bibir sekarang, itu saja perbedaannya.

Scarlett tersenyum canggung. Bertemu lagi dengan Kim Taehyung tidak ada dalam rencana hidupnya. Baik kemarin, hari ini, besok ataupun selamanya. Ini sebuah kebetulan yang tak disangka-sangka. Susah payah ia melupakan Kim Taehyung, cinta pertamanya yang harus berakhir konyol. Tidak, Scarlet saja yang konyol. Sedangkan Kim Taehyung tidak seberapa konyol dibanding dirinya.

Kim Taehyung mendekat, mengikis jarak diantara mereka. Scarlet hanya diam dan menahan senyum canggungnya yang kelewat kaku. Kim Taehyung terlihat lebih santai, bahkan terkesan hangat seperti bertemu teman lama. Sesuatu yang tak Scarlet sangka juga, mengingat bagaimana hubungan mereka berakhir dengan tidak baik. Bukan, tidak wajar lebih tepatnya.

“Tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Sudah lama sekali ya”
Ah, kalimat itu membuat Scarlet ingin segera dienyahkan dari permukaan bumi. Itu artinya,Taehyung masih mengingat bagaimana mereka berpisah. Harusnya pria itu lupa saja, atau pura-pura tidak kenal malah jauh lebih baik.

Scarlet mengangguk. “Aku juga tidak menyangka” hanya itu yang dapat ia ucapkan. Itupun terdengar lirih karena diucapkan dengan susah payah. Scarlet tidak tau harus berujar apa.
Scarlet memutar otaknya agar suasana tidak bertambah canggung.

“Apa yang membawamu kemari?” Scarlet berhasil memeras isi kepalanya. Apa yang membuat Kim Taehyung meninggalkan negara asalnya dan sekarang malah berada dalam swalayan kecil di kota Rouscar,

Taehyung menjawab dengan santai “Aku ingin membuka distro di kawasan ini. Aku baru sampai beberapa hari di sini untuk survei lokasi. Ternyata benar, Rouscar kota yang nyaman.”

Scarlet mengangguk. Dilihat-lihat Kim Taehyung yang saat ini di depannya terlihat lebih stylish dari pada yang ia ingat dulu. Pun terlihat lebih manis dan dewasa.

Scarlet mengenal Taehyung terlalu singkat. Ia bahkan tak tau jika Taehyung tertarik dengan dunia fashion. Begitu juga sebaliknya, Taehyung mengenal Scatlet hanya dari apa yang dilihatnya tanpa sempat masuk dan menyelami pemikiran rumit si gadis pirang.

Mereka menjadi dua orang asing sekarang. Atau mungkin sejak dulu mereka tidak pernah lebih dari sekedar dua orang asing. Hanya saja, dulu keduanya malu-malu saling mengaggumi, saling mempercayai bahwa diantara mereka ada cinta, dan pertemuan mereka adalah takdir.



Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar