Scarlet buru-buru melangkahkan
kakinya menuju rumah. Angin malam menerobos kerah mantelnya. Dingin dan sedikit
menusuk. Ditengah langkahnya yang terburu-buru, Scarlet pikir ada baiknya dia
mampir ke toko terdekat untuk membeli kopi kalengan. Scarlet tidak yakin dapat
terjaga dalam waktu lama jika sudah melihat kasur. Terlalu menggoda.
Gadis berbadan mungil itu harus
menahan kelopak mata untuk terus terjaga. Ada Essai yang harus ia kumpulkan
besok pagi. Scarlet sudah pasti akan membuat Essai tersebut asal-asalan agar ia
bisa segera tidur. Tidak peduli akan seperti apa hasilnya. Persetan dengan
nilai.
Scarlet memutuskan masuk ke
swalayan di dekat perempatan jalan. Tidak banyak orang di dalam mengingat
sekarang sudah cukup larut. Rungunya dapat mendengar langkah kakikanya dan
sepasang langkah kaki dari rak di sebelahnya. Sambil menimbang-nimbang kopi
mana yang akan ia bawa ke kasir. Ia menunduk, mengarahkan jari terunjukkan
untuk membaca berbagai rasa yang tertera pada kaleng kemasan. Scarlet tidak
begitu paham soal kopi, hingga akhirnya ia hanya menjatuhkan pilihan pada
kemasan yang paling menarik.
Setelah mengambil sekaleng kopi
Scarlet menegakkan badannya dan segera menuju kasir, tetapi tak jauh dari
tempatnya berdiri ada sosok tinggi yang menyita perhatiannya. Dari wajahnya
jelas sekali pria itu keturunan Asia, matanya sipit dan kulitnya pucat.
Scarlett tertegun, pria ini mengingatkannya akan kenangan manis dan pahit yang
bercampur menjadi satu. Seperti meminum kopi hitam. Sekalipun sudah dicampurkan
dengan gula rasanya akan tetap pahit. Tetapi tetap saja, kehadiran gula itu
tidak bisa diabaikan bukan?
Pria yang merasa diperhatikan itu
menoleh. Kedua irisnya bertemu dengan milik Scarlet. Seketika itu Scarlet yakin
sekali, pria ini pasti ‘dia’.
Keduanya terkejut, kemudian
menjadi kikuk. Tetapi beberapa detik kemudian pria itu memulai konversasi.
“Scarlet?” pria memastikan.
Sekalipun ia benar-benar yakin sosok di hadapannya adalah gadis yang ia kenal 5
tahun lalu. Tidak ada yang berubah, wajahnya masih sepucat yang Taehyung ingat.
Begitupula dengan rambut pirangnya yang bergelombang dan sedikit berantakan.
Ah, gadis itu sudah menggunakan pewarna bibir sekarang, itu saja perbedaannya.
Scarlett tersenyum canggung. Bertemu
lagi dengan Kim Taehyung tidak ada dalam rencana hidupnya. Baik kemarin, hari
ini, besok ataupun selamanya. Ini sebuah kebetulan yang tak disangka-sangka.
Susah payah ia melupakan Kim Taehyung, cinta pertamanya yang harus berakhir
konyol. Tidak, Scarlet saja yang konyol. Sedangkan Kim Taehyung tidak seberapa
konyol dibanding dirinya.
Kim Taehyung mendekat, mengikis
jarak diantara mereka. Scarlet hanya diam dan menahan senyum canggungnya yang
kelewat kaku. Kim Taehyung terlihat lebih santai, bahkan terkesan hangat
seperti bertemu teman lama. Sesuatu yang tak Scarlet sangka juga, mengingat
bagaimana hubungan mereka berakhir dengan tidak baik. Bukan, tidak wajar lebih
tepatnya.
“Tidak menyangka akan bertemu
denganmu di sini. Sudah lama sekali ya”
Ah, kalimat itu membuat Scarlet
ingin segera dienyahkan dari permukaan bumi. Itu artinya,Taehyung masih
mengingat bagaimana mereka berpisah. Harusnya pria itu lupa saja, atau
pura-pura tidak kenal malah jauh lebih baik.
Scarlet mengangguk. “Aku juga
tidak menyangka” hanya itu yang dapat ia ucapkan. Itupun terdengar lirih karena
diucapkan dengan susah payah. Scarlet tidak tau harus berujar apa.
Scarlet memutar otaknya agar
suasana tidak bertambah canggung.
“Apa yang membawamu kemari?”
Scarlet berhasil memeras isi kepalanya. Apa yang membuat Kim Taehyung
meninggalkan negara asalnya dan sekarang malah berada dalam swalayan kecil di
kota Rouscar,
Taehyung menjawab dengan santai “Aku
ingin membuka distro di kawasan ini. Aku baru sampai beberapa hari di sini
untuk survei lokasi. Ternyata benar, Rouscar kota yang nyaman.”
Scarlet mengangguk. Dilihat-lihat
Kim Taehyung yang saat ini di depannya terlihat lebih stylish dari pada yang ia ingat dulu. Pun terlihat lebih manis dan
dewasa.
Scarlet mengenal Taehyung
terlalu singkat. Ia bahkan tak tau jika Taehyung tertarik dengan dunia fashion.
Begitu juga sebaliknya, Taehyung mengenal Scatlet hanya dari apa yang
dilihatnya tanpa sempat masuk dan menyelami pemikiran rumit si gadis pirang.
Mereka menjadi dua orang asing
sekarang. Atau mungkin sejak dulu mereka tidak pernah lebih dari sekedar dua
orang asing. Hanya saja, dulu keduanya malu-malu saling mengaggumi, saling
mempercayai bahwa diantara mereka ada cinta, dan pertemuan mereka adalah takdir.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar