Aku
masih duduk di bangkuku. Sudah 30 menit sejak bel pulang sekolah berbunyi. Aku masih
menunggu, memastikan keadaan kelas kosong sepenuhnya. Ada misi rahasia yang akan
kulaksanakan. Ini misi yang sudah tertunda lama, meskipun sejak dulu sudah
ingin sekali kulakukan.
Selama
tiga puluh menit itu pula aku kembali merasa goyah dan menimbang-nimbang niat
konyolku ini. Berkali-kali aku memandangi surat kecil di dalam genggamanku. Ini
sebuah surat pernyataan yang amplopnya berwarna merah muda. Sepertinya aku
salah memilih warna, Jihyun pasti tidak suka warna-warna pastel yang cerah.
Jihyun selalu menggunakan warna-warna gelap. Kontras sekali dengan kulitnya
yang pucat.
Jihyun
itu pendiam, berbicara seperlunya, terlalu kaku dan dingin. Dia tidak punya
banyak teman karena orang-orang terlalu segan untuk mendekatinya. Dia adalah tipe
‘manusia terakhir’ yang akan kau tawarkan untuk menjadi anggota untuk mengerjakan
tugas kelompok.
Sungguh,
Jihyun sama sekali tidak menyebalkan. Dia cerdas, namun tidak begitu populer.
Jihyun juga manis, menurutku. Jihyun
punya lesung pipi saat ia tersenyum. Tidak banyak yang tau hal itu, sebab
Jihyun jarang sekali tersenyum. Aku yakin Jihyun punya beberapa penggemar
rahasia. Tentu saja karena mereka merahasiakan identitas mereka, aku tidak tau
siapa pastinya sainganku itu.
Pada
hakikatnya, cinta itu bodoh. Artinya:semakin cinta, maka kau akan semakin
bodoh. Sejak kehadiran Jihyun dalam kepalaku membuatku menjadi bodoh, aku yakin
aku sudah jatuh cinta. Itu kesimpulan yang kudapat setelah berbulan-bulan
mengamati dan terkadang membuntuti Jihyun. Lihat, aku rela menjadi stalker karena si batu itu.
Aku
rasa warna merah jambu sudah benar. Ini surat cinta, jadi mana ada surat cinta
yang sampulnya hitam. Aku hanya perlu meletakkan surat ini di laci meja Jihyun
kemudian pulang.
“kau
tidak pulang?”
Aku
terkejut ketika Jihyun sudah berdiri di depan kelas dan berjalan mendekatiku. Kedua
tanganku yang masih memegang sepucuk surat itu cepat-cepat kusembunyikan. Sayangnya
karena terlalu gugup surat itu lepas dari genggamanku.
Aku
segera berdiri untuk mengambil surat itu. Walaupun memang surat itu untuk Jihyun,
tapi bukan begini skenario yang aku harapkan. Ini terlalu mendebarkan, aku bisa
mati dalam keadaan berdiri.
Jihyun
lebih dulu meraih surat itu. Sial! Kenapa pula aku menulis nama Jihyun di sampulnya.
Lihat! Jihyun sekarang mengerutkan keningnya sambil sesekali melirik kepadaku. Jihyun
tidak mengucapkan apa-apa dan langsung membuka surat itu.
Untuk Jihyun,
Aku beruntung bisa sesekali melihatmu
tersenyum. Itu indah, jadi aku harap kau selalu bahagia. Aku bisa tersenyum seperti orang bodoh setiap
mengingatmu, jadi aku yakin sudah benar-benar jatuh cinta padamu.
Scarlet.
Jihyun
memang benar-benar manusia batu. Setelah membaca surat itu ekspresinya tidak
berubah. Apa ini pertanda cintaku akan gugur sebelum bersemi? Ah, wajahku
terasa panas. Dibandingkan malu, aku lebih merasa kecewa. Sepertinya hanya aku
sendiri yang mencinta di sini.
“Aku
tidak suka orang bodoh.”
Tubuhku
menegang mendengar ucapan Jihyun. Penolakan ini terasa semakin jelas.
“Aku
juga tidak terbiasa dengan percintaan atau sejenisnya.”
Ah
iya, benar juga. Jihyun lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku dan
belajar. Jadi Jihyun pasti tidak punya pikiran untuk kencan. Apalagi dengan
perempuan bodoh sepertiku.
“Jadi, supaya aku terbiasa bagaimana bagaimana kita mulai dengan kencan? Bagaimana kalau
hari minggu ini?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar