Minggu, 27 September 2020

Alien Kecil dan Tuan Hantu

 

Jalan kota belum juga sepi walau beberapa kedai sudah tutup. Beberapa kendaraan masih lalu-lalang. Jalan raya bisa terlihat dari sebuah pohon besar, kira-kira lima belas meter dari trotoar. Pohon itu tinggi menjulang dan memiliki beberapa dahan yang kokoh. Alien kecil dan tuan hantu duduk di dahan tertinggi.

Belum lama ini mereka bertemu, tapi sepertinya alien kecil sangat menyukai tuan hantu. Setiap malam alien akan duduk di dahan yang sama dengan tuan hantu. Hanya duduk atau berbicang-bincang hingga pagi.

“Tuan hantu sedang lihat apa?” tanya alien kecil.

“Kau lihat pria yang duduk di bangku taman?” tuan hantu menunjuk pria itu hanya dengan tatapannya.

“Oh, yang itu. Yang bersama manusia berbaju merah bukan?”

Tuan hantu bergumam mengiyakan. Terlalu lama berada di pohon ini membuat tuan hantu mengenali manusia yang sering lewat. Tuan hantu memang tidak tau siapa nama mereka, pekerjaan, atau di mana mereka tinggal. Mereka yang sering melintas sering kali melekat di ingatan tuan hantu.

“Kemarin dia kemari dengan gadis lain.”

Alien kecil mencerna ucapan tuan hantu, sebelum merespon “Pria itu punya banyak teman?”

“Hmm, teman wanita.”

Alien kecil mengangguk-ngangguk, mencerna perkataan tuan hantu. Inilah mengapa dia sangat menyukai tuan hantu. Tuan hantu selalu punya hal-hal menarik yang tidak ia ketahui di planet asalnya.

“Itu wajar sekali bukan? Aku pernah membaca, manusia menyebut diri mereka makhluk sosial karena mereka tidak bisa hidup tanpa orang lain.” Alien memang punya rasa ingin tahu yang kuat sehingga ia belajar dengan giat mengenai bumi dan manusia.

“Kalau pria itu kurasa dia tidak bisa hidup tanpa berselingkuh. Kau benar, dia makhluk sosial. Yang brengsek.”

Ini informasi baru bagi alien kecil. Berselingkuh, itu sama dengan berkhianat bukan?

“Bagaimana tuan hantu bisa menyimpulkan pria itu penghianat?” Alien sama sekali tidak memojokkan tuan hantu, ia benar-benar ingin tahu penjelasan dari asumsi itu.

“Di bumi kau tidak menciumi bibir dan leher temanmu.”

Rupanya begitu aturan di bumi. Di planet asalnya, atau di planet lain yang pernah ia kunjungi, tidak ada aturan semacam itu. Padahal makhluk-makhluk itu juga bisa dikategorikan sebagai makhluk sosial. Mereka membuat markas dan pesawat angkasa bersama-sama.

“Kepada siapa pria itu berkhianat? Apa dia sudah memiliki kontrak kerja sama dengan manusia lain tapi malah membelot dan membantu rivalnya?”

Tuan hantu sebenarnya agak malas untuk menjelaskan, jadi dia hanya menjawab “Kira-kira begitu, tapi tidak sepenuhnya begitu juga.”

Alien kecil bingung dengan maksud tuan hantu.

“Di planetku sepertinya tidak pernah ada pengkhiatan, karena sistem kerja di sana sangat transparan dan tertata. Jika ada yang salah pasti akan ketahuan.”

“Itu bagus. Harusnya di bumi juga dibuat seperti itu. Manusia bumi perlu studi banding ke planetmu.”

Tuan hantu masih mengamati pria tadi bersama teman wanitanya. Mereka tertawa dan si pria mulai semakin mendekatkan pada si wanita. Tuan hantu melirik alien kecil yang masih fokus mengamati pasangan itu.

“Apa kau sudah cukup umur melihat adegan seperti itu alien kecil?”

Alien kecil menoleh pada tuan hantu dengan wajah kebingungan. “Aku memang masih cukup muda tuan hantu, aku tidak boleh melihat? Kenapa?”

Tuan hantu tidak menjawab dan malah bertanya lagi “Kau sudah berhari-hari di sini, apa ibumu tidak khawatir?”

 Tuan hantu pasti mengira planet alien kecil berasal tak jauh berbeda dengan bumi, kecuali pada bagian lebih tertata dan transparan. Mungkin karena tertata, maka kehidupan di sana menjadi lebih maju. Buktinya, pesawat angkasa si alien kecil bisa mengecil hingga sekecil buah apel.

“Tempatku berasa sangat berbeda dengan bumi, tuan hantu. Di sana tidak ada orang yang kami panggil ayah dan ibu.”

Tuan hantu tidak mengerti, “Jadi kau memanggil orang tuamu apa?”

Alien kembali menjelaskan dengan antusias. Jarang sekali tuan merasa ingin tahu karena si alien. “Kami tidak punya orang tua. Sama seperti manusia, kami juga dibuat oleh orang yang lebih tua dari kami. Hanya saja, pembuatan manusia itu tidak bisa dirancang sedangkan kami memang dibuat sesuai rancangan, di laboratorium.”

“Bukan di kamar tidur?!” tanya tuan hantu keheranan.

“Di kamar tidur tidak ada alat-alat operasi, tuan hantu. Jadi tentu saja bukan di kamar tidur. Kami dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jika sedang kekurangan pasukan ekspedisi, maka alien ilmuan akan membuat alien ekspedisi supaya jumlahnya terpenuhi. Sekitar seribu tahun lalu, alien masih bereproduksi secara konvensional. Tapi untuk menghindari kecacatan lahir dan meningkatkan kemakmuran, alien akhirnya dibuat dengan rancangan tertentu.”

 Tuan hantu mengerutkan kening. Tidak habis pikir ternyata film-film yang dulu ia tonton sewaktu masih hidup ternyata terjadi di bagian semesta lain.

“Aku tidak paham dengan planetmu.”

“Aku juga masih belum terlalu paham dengan bumi. Di sini lumayan tertinggal dibanding planet lain.”

Tuan hantu dan alien hening sejenak. Pria dan wanita tadi berjalan meninggalkan bangku taman. Tuan hantu kembali berujar, “Sepertinya kehidupan di manapun sama saja. Sulit dimengeti.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar