Jalan kota belum juga sepi walau beberapa kedai sudah
tutup. Beberapa kendaraan masih lalu-lalang. Jalan raya bisa terlihat dari
sebuah pohon besar, kira-kira lima belas meter dari trotoar. Pohon itu tinggi
menjulang dan memiliki beberapa dahan yang kokoh. Alien kecil dan tuan hantu
duduk di dahan tertinggi.
Belum lama ini mereka bertemu, tapi sepertinya alien
kecil sangat menyukai tuan hantu. Setiap malam alien akan duduk di dahan yang
sama dengan tuan hantu. Hanya duduk atau berbicang-bincang hingga pagi.
“Tuan hantu sedang lihat apa?” tanya alien kecil.
“Kau lihat pria yang duduk di bangku taman?” tuan
hantu menunjuk pria itu hanya dengan tatapannya.
“Oh, yang itu. Yang bersama manusia berbaju merah
bukan?”
Tuan hantu bergumam mengiyakan. Terlalu lama berada di
pohon ini membuat tuan hantu mengenali manusia yang sering lewat. Tuan hantu
memang tidak tau siapa nama mereka, pekerjaan, atau di mana mereka tinggal. Mereka
yang sering melintas sering kali melekat di ingatan tuan hantu.
“Kemarin dia kemari dengan gadis lain.”
Alien kecil mencerna ucapan tuan hantu, sebelum
merespon “Pria itu punya banyak teman?”
“Hmm, teman wanita.”
Alien kecil mengangguk-ngangguk, mencerna perkataan
tuan hantu. Inilah mengapa dia sangat menyukai tuan hantu. Tuan hantu selalu
punya hal-hal menarik yang tidak ia ketahui di planet asalnya.
“Itu wajar sekali bukan? Aku pernah membaca, manusia
menyebut diri mereka makhluk sosial karena mereka tidak bisa hidup tanpa orang
lain.” Alien memang punya rasa ingin tahu yang kuat sehingga ia belajar dengan
giat mengenai bumi dan manusia.
“Kalau pria itu kurasa dia tidak bisa hidup tanpa
berselingkuh. Kau benar, dia makhluk sosial. Yang brengsek.”
Ini informasi baru bagi alien kecil. Berselingkuh, itu
sama dengan berkhianat bukan?
“Bagaimana tuan hantu bisa menyimpulkan pria itu
penghianat?” Alien sama sekali tidak memojokkan tuan hantu, ia benar-benar
ingin tahu penjelasan dari asumsi itu.
“Di bumi kau tidak menciumi bibir dan leher temanmu.”
Rupanya begitu aturan di bumi. Di planet asalnya, atau
di planet lain yang pernah ia kunjungi, tidak ada aturan semacam itu. Padahal
makhluk-makhluk itu juga bisa dikategorikan sebagai makhluk sosial. Mereka
membuat markas dan pesawat angkasa bersama-sama.
“Kepada siapa pria itu berkhianat? Apa dia sudah
memiliki kontrak kerja sama dengan manusia lain tapi malah membelot dan
membantu rivalnya?”
Tuan hantu sebenarnya agak malas untuk menjelaskan,
jadi dia hanya menjawab “Kira-kira begitu, tapi tidak sepenuhnya begitu juga.”
Alien kecil bingung dengan maksud tuan hantu.
“Di planetku sepertinya tidak pernah ada pengkhiatan,
karena sistem kerja di sana sangat transparan dan tertata. Jika ada yang salah pasti
akan ketahuan.”
“Itu bagus. Harusnya di bumi juga dibuat seperti itu. Manusia
bumi perlu studi banding ke planetmu.”
Tuan hantu masih mengamati pria tadi bersama teman
wanitanya. Mereka tertawa dan si pria mulai semakin mendekatkan pada si wanita.
Tuan hantu melirik alien kecil yang masih fokus mengamati pasangan itu.
“Apa kau sudah cukup umur melihat adegan seperti itu
alien kecil?”
Alien kecil menoleh pada tuan hantu dengan wajah
kebingungan. “Aku memang masih cukup muda tuan hantu, aku tidak boleh melihat? Kenapa?”
Tuan hantu tidak menjawab dan malah bertanya lagi “Kau
sudah berhari-hari di sini, apa ibumu tidak khawatir?”
Tuan hantu
pasti mengira planet alien kecil berasal tak jauh berbeda dengan bumi, kecuali
pada bagian lebih tertata dan transparan. Mungkin karena tertata, maka kehidupan
di sana menjadi lebih maju. Buktinya, pesawat angkasa si alien kecil bisa mengecil
hingga sekecil buah apel.
“Tempatku berasa sangat berbeda dengan bumi, tuan
hantu. Di sana tidak ada orang yang kami panggil ayah dan ibu.”
Tuan hantu tidak mengerti, “Jadi kau memanggil orang
tuamu apa?”
Alien kembali menjelaskan dengan antusias. Jarang
sekali tuan merasa ingin tahu karena si alien. “Kami tidak punya orang tua. Sama
seperti manusia, kami juga dibuat oleh orang yang lebih tua dari kami. Hanya saja,
pembuatan manusia itu tidak bisa dirancang sedangkan kami memang dibuat sesuai
rancangan, di laboratorium.”
“Bukan di kamar tidur?!” tanya tuan hantu keheranan.
“Di kamar tidur tidak ada alat-alat operasi, tuan
hantu. Jadi tentu saja bukan di kamar tidur. Kami dibuat sesuai dengan kebutuhan.
Jika sedang kekurangan pasukan ekspedisi, maka alien ilmuan akan membuat alien
ekspedisi supaya jumlahnya terpenuhi. Sekitar seribu tahun lalu, alien masih
bereproduksi secara konvensional. Tapi untuk menghindari kecacatan lahir dan
meningkatkan kemakmuran, alien akhirnya dibuat dengan rancangan tertentu.”
Tuan hantu
mengerutkan kening. Tidak habis pikir ternyata film-film yang dulu ia tonton
sewaktu masih hidup ternyata terjadi di bagian semesta lain.
“Aku tidak paham dengan planetmu.”
“Aku juga masih belum terlalu paham dengan bumi. Di
sini lumayan tertinggal dibanding planet lain.”
Tuan hantu dan alien hening sejenak. Pria dan wanita tadi
berjalan meninggalkan bangku taman. Tuan hantu kembali berujar, “Sepertinya
kehidupan di manapun sama saja. Sulit dimengeti.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar