Selasa, 30 November 2021

Hujan

Darah lebih kental dari air, aku setuju. Seandainya sakit dalam dadaku dapat diubah menjadi tujuh jahitan di dahi, akankah ada yang percaya bahwa aku juga sakit?

Kadang aku ingin terlihat lemah agar ada seseorang yang sadar: aku hampir hancur.

Di luar jendela, hujan sore hari turun dengan syahdu. Rintiknya jatuh pada ranting berbunga. Di balik langit  kelabu, aku bisa melihat cahaya kemerahan matahari. Hujan yang cantik.

Sayang sekali, aku tetap ingin menangis.

“Wah, langitnya cantik” seru seseorang di meja depanku.

“Iya”

“Walau ada musim gugur dan langit yang cantik, menangis saja.”

Aku tertegun.

Aku ingin menangis, jadi cepat-cepat ‘ku sembunyikan wajah di atas meja.

Kurasakan sebuah telapak tangan mengelus kepalaku singkat. Saat air mataku mulai berhenti, kulihat sapu tangan merah jambu di atas mejaku. Lega rasanya ada yang melihat lukaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar