Darah lebih kental dari air, aku setuju. Seandainya sakit dalam dadaku dapat diubah menjadi tujuh jahitan di dahi, akankah ada yang percaya bahwa aku juga sakit?
Kadang aku ingin terlihat
lemah agar ada seseorang yang sadar: aku hampir hancur.
Di luar jendela, hujan
sore hari turun dengan syahdu. Rintiknya jatuh pada ranting berbunga. Di balik
langit kelabu, aku bisa melihat cahaya
kemerahan matahari. Hujan yang cantik.
Sayang sekali, aku tetap
ingin menangis.
“Wah, langitnya cantik” seru
seseorang di meja depanku.
“Iya”
“Walau ada musim gugur
dan langit yang cantik, menangis saja.”
Aku tertegun.
Aku ingin menangis, jadi cepat-cepat
‘ku sembunyikan wajah di atas meja.
Kurasakan sebuah telapak
tangan mengelus kepalaku singkat. Saat air mataku mulai berhenti, kulihat sapu
tangan merah jambu di atas mejaku. Lega rasanya ada yang melihat lukaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar