Senin, 19 November 2012

Friendship And Alliance -Part 23

By: Arum Ningdyah





Tapi, mata Mark tiba-tiba melebar dan berteriak, "AYAH !"
"Apa ?" Kian dan kawan-kawan bertanya tak percaya
"Semua ayo kesana ! Aku yakin itu adalah prajurit kerajaan ayahku !"

Lalu Mark pun terbang ke arah yang ia tunjuk tadi,

"Semua ! Ikuti Pangeran Mark !" Gavin memberi perintah dan mereka semua mengikutinya dari belakang.

"Ayah !" Mark sekali lagi berteriak
"Mark?? Itukah kau, Nak??" Jawab seorang lelaki tinggi di atas kuda coklat yang gagah

Itu adalah Raja Oliveraugh. Raja kerajaan Feehilan. Ayah dari pangeran Mark. Dia datang bersama pasukannya. Mark terbang merendah. Dia lalu mendarat. Perlahan, Mark yang masih berwujud Fengarimolia berjalan mendekati Raja Oliveraugh yang telah turun dari kudanya. Sebuah cahaya putih mengelilingi Mark. Saat, cahaya itu menghilang, wujud Fengarimolia berwarna putih itu telah berubah kembali menjadi seorang pangeran kecil. Mark langsung memeluk ayahnya seakan dia tidak akan melepaskannya. Begitu juga Raja Oliver yang sudah lama tidak berjumpa dengan putranya itu.

“Ini aku, anakmu ayah! Ayah, aku sangat merindukanmu!”
“Aku juga merindukanmu, nak! ”
“Oliver!!” Ratu Patricia terkejut dengan kedatangan kakaknya itu.
“Oliver?! Mark, nama ayah kita berdua sama!” Shane takjub dengan apa yang dilihatnya.
“Sudahlah, Shane! Aku mohon jangan terlalu berlebihan!” kata Kian sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.
“Kenapa wujudmu bisa berubah?? Dan bukankah kamu takut dengan burung??” Raja Oliver bingung dengan transformasi calon penerus kerajaannya itu.

Belum sempat Mark menjelaskan, Caddaugh menunggani kuda menuju tempat mereka.

“Yang mulia, sepertinya kita tidak punya banyak waktu. Pasukan Finnick semakin banyak!” jelas Caddaugh.
“Mark, lebih baik kamu dan anak – anak yang lain bersembunyi! Ini terlalu berbahaya untuk kalian!” perintah Raja Oliver.
“Tapi, paman! Mark dan yang lainnya bisa berubah menjadi Fengarimolia kapan pun mereka suka!” Kian sangat ingin ikut berperang.
“Benar kata paman Oliver, Kian! Sebaiknya kamu pergi bersama Mark, Magy, dan Shane. ” Perintah Gavin.

Raja Oliver menganguk tanda setuju dengan ucapan kakak iparnya itu. Tentu saja dia tidak menginginkan anak – anak itu celaka.

“Kalian lebih baik pergi ke kerajaan Feehilan. Tinggal lah disana sampai keadaan aman.” Raja Oliver menambahkan.
“Tapi, ayah, aku kan bisa berubah menjadi Fengarimolia kapanpun...” Protes Mark.
“Kalian itu masih terlalu kecil untuk berperang! Lebih baik kamu menjaga ibu.” Jelas Gavin.
“Tapi, aku juga bisa menggunakan pedang, kak! Bahkan kak Cattleya pun ikut!!” Kian membantu Mark menjalankan protes.
“Tidak ada tapi!!” kata Gavin dan Raja Oliver hampir bersamaan.

Mark dan Kian menelan ludah mereka. Mereka berdua sudah tidak bisa membantah lagi. Bukan karena mereka berhadapan dengan seorang raja dan seorang calon raja, tetapi karena yang berdiri dihadapan mereka berdua adalah ayah dan kakak masing – masing. Magy, Bryan, Nicky yang sudah kembali dalam wujud mereka semula hanya bisa menelan rasa kecewa mereka.

^^^

Dengan setengah hati, Kian dan Mark mengikuti keinginan raja Oliver dan Gavin. mereka pergi menuju kerajaan Feehilan bersama Shane, dan Magy. Raja Happy Oliver, Ratu Patricia, Caddaugh, dan beberapa pengawal kerajaan Feehilan pun ikut bersama mereka. Mereka berjalan menyusuri hutan menuju kastil kerajaan Feehilan. Kian memperlambat jalannya hingga dia berada di posisi terbelakang.

“Mark, Bryan, Nicky, Shane. Aku punya rencana.” Bisik Kian kepada keempat sahabatnya itu.

Mark, Bryan, Nicky, Shane memperlambat langkah mereka hingga mereka berlima berjalan di baris paling belakang.

“Ada apa, Ki??” Tanya Bryan.
“Bagaimana kalau kita kabur malam ini??”
“Hah, apa maksudmu??” Shane bingung dengan apa yang direncanakan Kian.
“Saat malam tiba dan yang lain beristirahat, kita berlima diam – diam menyelinap keluar. Kita harus membantu ayahku dalam peperangan itu.”
“Kau gila, Kian! Tampaknya Finnick buka cuma mencuci otakmu waktu itu. tetapi juga kewarasanmu!” Nicky kaget mendengar ucapan Kian.
“Tunggu! Kamu bilang berlima?? Bagaimana dengan Magy??” tanya Mark.
“Dia akan tetap bersama rombongan untuk menjaga ibuku dan ayah Shane.”

^^^
KERAJAAN EOGHAN...

 Finnick dan Elize sudah menguasai seisi kastil kerajaan Eoghan. Kastil yang tadinya indah itu kini berlumuran darah pasukan kerajaan Eoghan yang gugur dalam pertarungan melawan pasukan Finnick. Tidak ada tanda kehidupan. Semua penghuni yang masih bertahan ditempatkan di penjara bawah tanah.  Seorang tentara pasukan Finnick masuk. Dia lalu menuju salah satu sel. Sel itu berisi putri Marie. Dia langsung menarik dengan paksa putri Marie.

“Aw... sakit...” Rintih putri Marie.
“Diam lah, anak manja!!” Bentak tentara itu.

Putri Marie hanya bisa terisak ketakutan dan berharap ayah dan kakak – kakaknya akan segera datang menolongnya.

^^^

HUTAN...

Ketika malam tiba, rombongan yang menuju kerajaan Feehilan memutuskan untuk beristirahat. Ratu Patricia, Raja Happy Oliver, dan Magy langsung terlelap. Sementara itu, Caddaugh dan beberapa tentara lain berjaga disekitar. Kian, Mark, Bryan, Nicky dan Shane duduk menyender pada satu pohon yang sangat besar. Sesuai dengan rencana Kian, mereka berlima pura – pura tertidur sampai tengah malam.

“Nicky, sekarang sudah saatnya!” Kian berbisik pada Nicky yang ada disebelahnya.

Nicky langsung memberi kode ke Shane. Shane lalu mengangguk.

“Ehm... kawan – kawan! Sepertinya aku butuh bantuan.” Bryan berbicara dari belakang pohon dengan suara yang sangat kecil.

Nicky, Kian dan Shane melihat kebelakang pohon dengan perlahan. Ternyata, Mark benar – benar tertidur seperti biasa.

“Dia memang tidak pernah berubah...” Kata Nicky sambil mengeleng – gelengkan kepalanya.
“Ayo kita bangunkan saja dia.” Usul Shane.
“Tidak perlu. Aku punya ide. Kamu masih bisa memindahkan perasaan kantuk kan, Shane??”

Shane menjawab pertanyaan Kian dengan anggukan.

“Pindahkan perasaan kantuk Mark kepada penjaga. Jadi, kita bisa lolos dari kawalan mereka. Seperti yang waktu itu kamu lakukan pada penjaga penjara bawah tanah.” Perintah Kian.

Shane menjalankan perintah Kian. Dan benar saja, 2 orang tentara yang berjaga langsung tertidur dengan pulasnya. Dan pada saat yang bersamaan, Mark terbangun. Dia menguap dengan lebarnya.

“Aku sama sekali tidak menyangka bahwa kekuatanmu sedahsyat itu!” kata Bryan terkagum – kagum.
“Terimakasih, Bry!” Jawab Shane.
“Bukan kekuatan memindahkan rasa kantuk, Shane! Tapi, kekuatan kantuk Mark yang dapat membuat dua orang dewasa tidur pulas separti bayi!”
“Ki, apa rencanamu selanjutnya??” Tanya Nicky.
“Rencanaku... ayo kita pergi!”

Kian memimpin kawan – kawannya itu mengendap – endap meninggalkan tempat peristirahatan mereka. Mark sesekali mengusap matanya dan menguap. Mereka akhirnya berhasil melarikan diri. Setelah jauh...

“Kian, bagaimana rencana penyerangan kita??” tanya Nicky.
“Betul itu, Ki!” Bryan menambahkan.
“Rencana itu sangat penting dalam penyerangan.” Sambung Shane.
“Rencana penyerangan kita adalah kita serang mereka!” Jawab Kian dengan santai.
“Seharusnya aku tahu, orang yang selalu bolos dalam pelajaran strategi perang tidak akan bisa membuat rencana penyerangan.” Gumam Mark.
“Setidaknya aku tidak tidur didalam kelas.” Balas Kian.
“Tunggu, kenapa kita berjalan kaki?! Kita kan bisa terbang kalau berubah menjadi Fengarimolia!” Usul Bryan.
“Tidak, lebih baik kita berjalan kaki. Kalau terbang, musuh justru lebih mudah melihat kita.” Jawab Kian.

Lima laki – laki kecil yang pemberani itu menyusuri hutan. Begitu asiknya mereka berjalan, sampai mereka tidak menyadari ada sepasang mata yang mengikuti perjalanan mereka. Sepasang mata itu milik sesosok makhluk yang bertengger diatas pohon. Sepasang mata yang selalu mengawasi gerak – gerik mereka.


TBC...

Minggu, 18 November 2012

Friendship and Alliance - Part 22

By: Chintya Tjoa


Sesosok wanita berambut hitam legam panjang yang terurai cantik di belakang kepalanya dan mengenakan gaun berbahan satin hitam dan putih yang terbalut anggun di tubuhnya yang ideal. Memamerkan setiap jengkal lekuk-lekukkan yang berada di tubuhnya. Ia sedang berdiri di menara tertinggi kerajaan Eoghan. Dari kejauhan melihat pohon-pohon yang terbakar akibat ulah peperangan habat antara segerombol Sungeopelia dan Pasukkan Eoghan.

Bibir tipisnya membentuk sebuah simpul penuh kemenangan,

"Sepertinya, aku juga harus turun tangan." Ia membalikkan badannya dan memandang wajah-wajah ketakutan guru-guru, pelayan dan prajurit kerajaan Eoghan, "Aku rasa, aku akan mengubah kerajaan Eoghan ini menjadi kerajaan Sungeopelia yang ditakuti oleh semua orang ! Dan tentu saja aku dan suamiku akan mengubah kalian-kalian semua menjadi Sungeopelia. Hahahahah !" Ia tetawa parau seperti seorang iblis.
"Wanita jahat ! kau tidak akan pernah bisa mengubah Kerajaan Agung ini menjadi kerajaan kotor mu !" Ujar Sir Simonley berusaha menyingkirkan ketakutannya.
"Aku tidak meminta pendapat mu !" Jawabnya kasar seraya mengeluarkan api dari telapak tangannya dan mengarahkannya ke tubuh Sir Simonley yang tak bisa berkutik lagi karena diikat.

Terdengar isakkan dari Ibunda Bryan dan Putri Marie yang terikat persis di samping Sir Simon.

"Dan kau ! Wanit tua dan Putri manis kerajaan Eoghan! Aku tidak menyuruhmu menangis !"

Sebelum wanita itu sempat melakukan apa-apa, seekor Sungeopelia datang dan hinggap di jendela,

"Ratu Elize, pasukkan kerajaan Eoghan sudah hampir di kalahkan sepenuhnya oleh pasukkan kita."
"Bagus ! Hahahaha.." Tawanya lagi ,"Ayo kita pergi kesana dan kita habisi semua prajurit Eoghan !"

Lalu, wanita cantik yang bernama Elize itu berubah menjadi seekor Sungeopelia dan terbang keluar dari jendela menara itu. Disusul oleh Sungeopelia-Sungeopelia lainnya. Meninggalkan Kerajaan Eoghan yang sudah hancur-hancuran. Tembok-tembok kastil kerajaan Eoghan yang biasa berdiri kokoh hancur dan gosong akibat serangan mendadak Sungeopelia dan prajurit kerajaan Eoghan yang hanya tersisi sedikit. Tentu saja prajurit kerajaan Eoghan kalah jumlah dengan Sungeopelia itu.

******
"Kakak !!" Kian memekik kegirangan saat melihat kakaknya, Gavin sedang duduk di atas kuda kesayangannya dengan gagah.
"Kiann !" Pekiknya balik seraya turun dari kudanya dan memeluk adiknya,
"Bryan ! Nicky !" Pekik Kian lagi saat lepas dari pelukkan kakaknya dan berlari memeluk mereka.
"Ratu." Caddaugh memberi hormat kepada Ratu Patricia, yang dibalas oleh anggukkan anggun sang ratu.
"Ibu..." Cattleyea memanggil lembut ke arah Ratu Patricia
"Anakku, putriku Cattleya." Ratu Patricia menghampiri Cattleyea dan memeluknya erat
"Mark ? ada apa dengan mu ? Apakah kau tidak gembira bertemu dengan kami lagi ?" Bryan mengodanya.
"Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan reuni kita. Tapi, lihatlah di atas sana." Mark berkata dengan polosnya seraya menunjuk keatas langit.

Bola mata mereka semua bergerak ke arah yang di tujuk Mark. Mereka sontak terbelak kaget melihat sesuatu yang terbang membentuk suatu formasi yang membuatnya mirip seperti bola api. Yang mereka yakinkan adalah gerombolan Sungeopelia lainnya.

Tanpa berpikir panjang Gavin memberi perintah, "Ayo kita kembali ke medan perang !"

Lalu semua orang mengangguk mantap. Ratu Patricia, Shane, Oliver, dan Kian. Menaiki kuda-kuda prajurit. sedangkan Bryan, Nicky, Maggy, Mark dan Cattleyea terbang ke medan perang kembali.

*****

"Suamiiii kuuuu..!" Suara lembut Elize memanggil Finnick yang tengah duduk santai bertengger di dahan pohon tertinggi menyaksikan sekian banyakknya pasukkan Eoghan yang gugur.
"Elize ! Sayang ku ! Ayo kemari dan saksikan lah tontonan menarik ini." Katanya gembira kepada isterinya yang sekarang tengah duduk bersamanya.
"Kau tahu, suamiku. Aku telah menghabisi semua semut-semut kecil di kerajaan Eoghan. Dan kerajaan itu millik kita sekarang." Katanya gembira
"Benar kah ?" Tanya Finnick tak percaya yang dijawab oleh anggukkan penuh cengiran oleh isterinya, "Itu baru isteri ku !" Ungkapnya suka cita seraya mengecup bibir isterinya.

Di saat pasangan Sungeopelia itu sedang bermesraan di dahan pohon. Raja Kevin beserta Thomas Viki, Frey dan prajurit yang tersisa. Berususah payah mengalahkan segerombolan Sungeopelia yang semakin banyak.

"Dari mana datangnya Sungeopelia ini lagi ?" Tanya Raja Kevin tak percaya
"Hey ! Raja Kering," Finnick memanggil Raja Kevin dari tempat ia bertengger
"Apa mau mu ? Finnick ?!"
"Aku ingin memperkenalkan isteri ku yang telah menghancurkan Kerajaan Agung mu ! Hahahah" Tawanya penuh kemenangan
"Apa ?!" Teriak Raja Kevin murka
"Raja Kevin yang bijaksana, putri mu memang cantik. Dan dia sangat cantik saat aku mengikatnya hingga menangis. Melihatnya gemetaran dan meraung-raung memanggil ayah dan ibunya." Elize ikut mengetes kesabaran Raja Kevin.

Takjub dengan kata-kata yang terlontar dari mulut sang isteri, Finnick pun mengecup pipinya, "Dari mana kau belajar semua itu ?" Finnick bertanya bangga
"Ingat ! Aku mengawini seorang Finnick ! tentu saja aku tertular dengan lidah apinya." Jawab Elize cekikikan.
"Kalian menjijikkan ! Chuii ! Dan kau bangga memiliki isteri iblis seperti itu ?" Raja Kevin meludah ke tanah.

Tiba-tiba saja, Finnick bertransformasi menjadi seekor Sungeopelia dan menukik turun secepat halilintar dan mencengkram tinggi Raja Kevin ke udara,

"Jangan sekali-kali kau menghina isteri ku ! Dan katakan selamat tinggal kepada keluargamu !" Finnick melepas cengkramannya dan Raja Kevin jatuh bebas menuju tanah.

Dan 3 meter dari permukaan tanah, tubuh sang raja di selamatkan oleh Viki dan Frey,
"Hampir saja, baginda."
"Terima kasih, kalian berdua. Mari kita habisi Sungeopelia ini." Raja Kevin bernafas lega,
"Ayah ! kau tak apa-apa ?" Thomas bertanya panik.
"Aku baik-baik saja, tenang saja anakku," sang raja menepuk pundak anaknya dan tersenyum kecil. "Semua ! Ayo kita serang Sungeopelia ini dengan sisa kekuatan kita !" Raja Kevin berteriak, "Thomas ! Suruh pasukkan mu untuk melindungi pasukkan lain yang akan menembakki Finnick dan Isterinya."
"Baik !"

*****

"Shhh..." Gavin menyuruh pasukkannya untuk berhenti, "Kalian dengar itu ?"

Lalu mereka semua pun memasang telinga mereka tajam-tajam dan mengangguk. Mereka mendengar suara klotang klontang baju jirah dan tapak kuda dalam jumlah besar yang datang ke arah mereka.

Tapi, mata Mark tiba-tiba melebar dan berteriak, "AYAH !"
"Apa ?" Kian dan kawan-kawan bertanya tak percaya
"Semua ayo kesana ! Aku yakin itu adalah prajurit kerajaan ayahku !"

Lalu Mark pun terbang ke arah yang ia tunjuk tadi,

"Semua ! Ikuti Pangeran Mark !" Gavin memberi perintah dan mereka semua mengikutinya dari belakang.

"Ayah !" Mark sekali lagi berteriak
"Mark ?? Itukah kau, Nak ??" Jawab seorang lelaki tinggi di atas kuda coklat yang gagah

TO BE CONTINUED

Sabtu, 17 November 2012

Friendship and Alliance part 21

By: Rahajeng Violita






 Dolph terbelalak, melihat pedang yang ia tancapkan ke perut Shane berlumuran cairan merah, dan cahaya hijau itu terus menyilaukan seua pasang mata. “Kena kau.”, seru Godwin dengan tergagap gagap.

     “Kau akan mati, anak Oliver.”, tambahnya seraya ingin mencabut pedang yang terdiam di dadanya tersebut. Rintihan demi rintihan terdengar, sampai akhirnya pedang Shane tercabut. Godwin melangkah mundur, sempoyongan ia berjalan menjauh dari Shane dan cahaya hijaunya, dengan tetesan darah disekujur tubuhnya.

     Cahaya hijau itu mulai memudar, digantikan oleh cairan putih mencuat dari perut Shane. “Mungkin tidak secepat itu.”, fikirnya. Kian merasakannya, ia merasa lebih bersemangat saat ini. Begitu pula Mark, dan yang lainnya. Mereka tau Shane tidak akan mati begitu saja, ia tidak akan membiarkan Godwin menguasai segalanya.

     Pedang Dolph tercabut dengan sendirinya, diiringi hempasan angin yang membuat Dolph terhempas beberapa meter jauhnya. Cairan putih itu semakin banyak, menyelimuti setiap lekuk tubuh Shane yang mungil.

     “Shane?!”, Mark melangkah maju mendekati Shane, diikuti Kian dan Oliver.
     “Nak…?”

      Cahaya hijau itu kembali bersinar, menggantikan cairan putih yang menutupi Shane tadi. Kembali menyilaukan mata Godwin yang masih mengatur nafasnya sembari menutupi luka di dadanya. “Apa yang terjadi? Dolph! Bunuh anak hijau itu! Berani beraninya ia menusukku dengan pedang.”, jeritnya tak karuan, masih tergagap gagap.

     Dolph tidak dapat mengalihkan matanya, mulutnya menganga lebar, pedang yang dipegangnya masih berlumuran darah, dan ia mulai bertekuk lutut. Melempar pedangnya ke belakang, kemudian menggeleng.

     “Dolph! Dasar bodoh! Cepat bunuh dia!”, pekik Godwin.

     “Mungkin bukan dia yang pantas untuk dibunuh.”, Kian berjalan perlahan dibelakang Godwin, melepaskan pelukan perlindungan ibunya. Sembari mengambil pedang panjang yang tergeletak di dekat Godwin. “Mungkin dirimu.”, tambahnya.

     Godwin terbelalak, dan mulai tergopoh gopoh berjalan menjauh. “Kau masih anak kecil! Kau tidak akan berani membunuh.”

     “Benar, aku memang tidak berani, tapi Shane…? Tentu. Dialah sumber keberanianku.”, kata Kian mantap.

     “Kian … “, Mark mendesah, ia baru sadar, bagaimana Kian menyatakannya. Ia juga merasakannya, ia tau Shane adalah satu dari keluarganya, walau tak ada hubungan darah. Mark menyayangi Shane, Kian juga.

     Kali ini Oliver yang melangkah maju, mencoba menepuk pundah Shane yang masih diselimuti oleh cairan putih. “Nak, kau tidak apa apa?”, bisiknya.

Cairan putih itu memudar, mata Shane terbuka. Ia megerang sambil memegang perutnya. Tidak ada darah lagi, tidak ada bekas luka. Shane sembuh seketika.      “Uhhh, ayah? Kau kah itu?”

     “Kau bisa bicara? Shane! Anakku! Kau bisa bicara!”, entah seberapa besar rasa senang Oliver saat ini, ia bahkan melompat lompat setinggi tingginya melihat anaknya bisa bicara, setelah melakukan semua itu, ia memeluk erat Shane. “Maafkanlah ayahmu, nak. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi.”

      Shane hanya bisa menggangguk, membalas pelukan hangat ayahnya itu.
     “Tidak mungkin.”, kata Goldwin pelan. “Kau harusnya sudah mati.”

     “Yang seharusnya mati adalah kau.”, desis Kian. Tangannya sudah berada di atas kepalanya, dengan pedang perak yang memantulkan sinar matahari, dan akhirnya masuk tepat ke dalam dada Godwin. “Dua tusukan, kita lihat apakah kau masih bertahan.”

     Godwin menjerit keras, tusukan pedang dari Kian dengan sukses menembus dada Goldwin. Seketika ia mengeluarkan mahkluk mahkluk kecil menjijikkan dari mulutnya. Lintah hitam, ulat, kelabang, semua keluar serentak bagai semut merah yang keluar dari sarangnya.

     “Sepertinya ia mati.”, sembur Maggy. “Tak banyak orang yang masih hidup dengan dua tusukan di dadanya.”
     “Aaaarrghhh….”, Godwin berteriak kencang sekali. Tangannya terbuka lebar, membuat dadanya menjorok ke depan. Sinar putih memancar dari dada Goldwin.

    Benar apa kata Magy, Goldwin terjatuh, matanya menatap lurus ke langit langit. Mulutnya terbuka, ada jalur jalur hitam disana, mungkin kelabang hitam menjijikkan tadi sudah menemukan jalan yang tepat untuk keluar dari tubuh Godwin. Sekarang Goldwin benar benar kurus, sangat kurus, hanya menyisakan tulangnya yang kecil, dibalut dengan kulit gosong.

   Shane melepas pelukan ayahnya, kemudian bangkit dan menghampiri Goldwin. "Kembalilah ke alammu, bersama golonganmu yang menjijikkan itu."

   Tak ada jawaban. Tapi Shane tau, Goldwin masih bisa mendengarnya. Karena tatapannya masih tampak 'hidup', walau remang remang. Kian merinding di belakang tubuh Godwin, berlawanan dengan Shane.

     "Terimakasih ... untuk segalanya.", ucap Shane hati hati. Kian mengangguk sambil menarik pedang perak yang terjatuh tadi. "Kita menang", jawab Shane akhirnya.

     Shane membantu Kian berdiri, kemudian membawanya ke Ratu Patricia.
     "Sini sini, biar aku yang tangani.", seraya menopang Kian dengan hati hati.

    Mark tersenyum lega, "Akhirnya selesai juga, aku tidak sabar ingin pulang ke kerajaan Eoghan, dengan kasur empuk."
    Maggy menatap mata Mark dalam dalam, "Kupikir kau salah.", kemudian menunjuk ke arah luar rumah, "mereka masih berperang."

   "Bagaimana bisa begitu? Gizel telah kalah, ia telah mati! Kenapa Sungepolia itu tidak ikut bersamanya?", Shane angkat bicara. Sudah lama ia menginginkan hal ini. Berbicara normal seperti manusia pada umumnya.
   "Mungkin ada suatu benda yang membuat para Sungepolia terus berperang dengan manusia. Benda keramat ... Apa Goldwin punya benda wasiat?", kata Magy cepat.

   "Aku tidak tau pasti apa yang menjadi benda keramat para Sungepolia, tapi yang jelas, Dolph pasti masih membawanya. Dia yang selalu bersama Goldwin, bukan?", jelas Colibern

   Mark melihat sekelilingnya, membuat Maggy terkekeh, "cari apa Mark?"

   "Dimana Dolph?"

TBC..

Jumat, 16 November 2012

Friendship and Alliance - Part 20

By: Maria 'Adeline' Triwiyani







Keenam pasang pasang mata itu terkaget dan terpaku dengan kedatangan serombongan tamu tak diundang. Refleks Colinbern langsung menarik tubuh Shane juga tubuh Magy ke belakang tubuhnya sebagai perlindungan, begitu mengetahui siapa yang datang. Secara siaga, Mark pun langsung memasang tubuh melindungi Kian yang belum sepenuhnya sadar, dengan sikap perlawanan, begitu mengetahui tamu tak diundang ini bukanlah tamu yang menyenangkan.

    “Gizel Son Marscal Godwin!” Oliver mendesis menahan emosinya yang siap membuncah dengan kedatangan putra dari musuh terbesar dalam hidupnya, penghianat dalam keturunannya, penghancur seluruh keluarganya, sebelum ia mengetahui Shane ternyata terselamatkan. Matanya berkilat kilat penuh amarah, termuncul kembali bara kemarahan yang sama seperti 7 tahun yang lalu saat dirinya dikalahkan oleh Gizel Goldwin.
   “Selamat bertemu kembali, Oliver. Tak kusangka kita akan bertemu lagi, terlebih setelah kuporak-porandakan Shamrock Castle. Ternyata kau melarikan diri ke sini, meninggalkan putranya dan tidak mempedulikannya bahkan tidak mencarinya,” Gizel terkekeh mengejek.
Ucapan yang cukup mengena di hati Oliver, dan membuatnya terpucat pasi.
Gizel melihat kemenangan lagi. Ayah beranak itu termakan ucapannya. Ia melirik bocah berwarna hijau di balik tubuh Oliver. “Hey Nak, masih perlukah kau meminta perlindungan ayahmu, setelah ia meninggalkanmu, dan mengasingkan diri di tengah hutan begini, di Negara orang lain. Ia bahkan sama sekali tidak mencarimu bukan, Nak…?” dengan tersenyum licik pada bocah berumur 12 tahun yang masih berkecamuk emosinya setelah bertemu kembali dengan ayahnya. “Sungguhkah ia menyayangimu, nak?”
Shane terkatup pucat. Yang dikatakan Gizel benar. Bahkan ayahnya tidak mencarinya. Ayahnya sengaja meninggalkannya, meski ia tahu dirinya terselamatkan oleh Paman dan Bibinya; orang tua Frey.
Shane melirik ragu ayahnya, ada tatapan kecewa di sana. Ada tatapan terkhianati di sana. Ayahnya telah dengan sengaja meninggalkan dirinya. Perlahan Shane melangkah mundur menjauhi jarak dengan ayahnya. Kini di hadapannya yang terlihat adalah sosok asing yang dulu pernah menjadi ayahnya, dan kemudian meninggalkannya.
Oliver tergugu gugup dengan pandangan putranya.  “Shane…, Nak….,”
    “Shane, jangan dengarkan orang jelek itu! Dia hanya mengacaukan pikiranmu!” seru Mark mengagetkan ketegangan di sana. “Tidak mencarimu bukan berarti ayahmu tidak sayang padamu! Aku tidak tinggal dengan kedua orang tuaku, tapi bukan berarti orang tuaku tidak sayang padaku, itu karena mereka terpaksa melakukannya!!”

Ucapan lantang Mark cukup membangunkan Ratu Patricia dari istirahatnya. Intuisinya langsung membaca ada yang tengah terjadi di bawah sana, dan putra tersayangnya ada di sana pula.
Dengan hati-hati ia bangkit dan menuruni tangga spiral itu. Jantung Patricia terhenti dengan pemandangan di bawah sana. Ditengoknya putranya yang masih tertidur tak sadarkan diri dengan Mark memposisikan diri melindungi sepupunya.

    “Tapi dia meninggalkanku!” protes Shane marah tanpa mengeluarkan suara terlebih terlihat bibirnya yang bergerak. Hanya Mark dan Kian yang dapat mendengarnya.

    “Karena ayahmu harus melakukannya. Kau akan terus menjadi sasaran orang jahat itu jikalau ayahmu mencarimu, kalian harus berpisah, tapi bukan berarti ia tak sayang padamu,” sahut Mark masih memberanikan diri.
Keempat orang dewasa itu tergugu dengan komunikasi searah antara Mark dan Shane.
   “CUKUPPP!!!” seru Gizel dengan mengibaskan satu tangannya dan menghempaskan tubuh Mark membentur tembok.
   “MARK!” Patricia dan Maggy spontan memekik.
Secepat kilat Patricia sudah di samping Mark, sementara Maggy terhenti oleh seruan ayahnya.
   “Maggy, diam di tempatmu!” sergah Oliver marah.
Maggy terpaku tak berkutik di tempatnya ia berdiri.
   “Kau tak apa-apa, sayang?” tanya Patricia penuh perhatian.
   “Iya, bibi, aku tak apa-apa, terima kasih.”

Oliver kembali pada Gizel dengan pandangan mata kemarahan memuncak.
    “Baiklah apa maumu, Gizel. Kau sudah menemukanku…. Kau ingin membunuhku, memuaskan ambisimu untuk menghabisi seluruh keturunanku. Silahkan saja …, tapi ingat, kau bukan berada di negaramu, kau berada di tanah Dangerzard of Eoghan. Kau hanya akan membuat kekacauan di sini.”
Gizel langsung tertawa terbahak-bahak….,”Kekacauan? Aku akan membuat kekacauan??” ia tertawa. “Negara ini memang sedang kacau. Tak kau lihatkah di luar sana, sedang terjadi perperangandahsyat antara dua ras, manusia dan Sungeopelia.”
Oliver terkatup pucat, begitu juga dengan Ratu Patricia.
Patricia teriris perih mengingat di luar sana suami dan putra-putranya beserta pasukan kerajaan sedang bertarung nyawa melawana Kawanan Sungepolia, dan ia di sini bersama Kian untuk menyelamatkan putra kelimanya ini. Ia menengok putranya yang masih belum juga sepenuhnya sadar, sudah bersyukur Kian tidak melakukan penyerangan apa-apa terhadap mereka.
Patricia menggumamkan lirik bait indah dengan lirih yang hanya cukup didengar oleh putranya.
Kian bereaksi dengan alunan suara lembut ibundanya. Ia menengok pada ibundanya dan seakan mendapatkan siraman cahaya yang menghangatkan tubuhnya, terlebih di bagian kepalanya. Semuanya tampak jernih sekarang, di hadapannya, ibundanya yang nan cantik jelita memberinya senyuma kehangatan yang menenangkan jiwa.
    “Ibu ….,” desisnya lirih.
Patricia mengangguk dengan tersenyum penuh kelegaan.
Ingin Kian melonjak langsung ke pelukan Ibundanya, tapi perhatiannya teralihkan oleh pemandangan yang langsung dapat ia rasakan sebagai pemandangan yang tak menyenangkan. Aura jahat memenuhi sekelilingnya. Ia pun mengenali sosok wujud burung berjambul hijau itu sebagai sahabat barunya Shane. Kian mengenalinya, hanya saja Shane terlihat aneh. Mata Shane berkilat-kilat menujukkan sesuatu yang menyesakkan hatinya, dan siap keluar.
   “Shane …..?”

***

Battleland

Gavin masih terjebak di tengah peperangan. Entah telah seberapa kalah mereka, terlebih dengan kekuatan yang tidak seimbang antara ras manusia dan ras manusia setengah burung jahat yang mampu mengeluarkan api untuk meluluh-lantakkan apa yang ada di hadapannya. Tapi ia tahu mereka tidak akan menyerah begitu saja. Mereka harus menang, terlebih ayahnya telah bergabung masuk dalam pertempuran ini. Yang ia khawatirkan adalah Thomas. Setelah Thomas terluka tadi, ia yakin staminanya berkurang banyak dan sangat mudah diserang. Dan ia melihat adiknya itu cukup kewalahan mengeluarkan sisa kekuatannya untuk melepaskan anak panah-anak panah dari busur peraknya yang cukup berat.
   “Bertahanlah, dik, bertahanlah, kita akan habiskan semuanya, segera,” desisnya perih dalam hati
Tiba-tiba sudut matanya menangkap seekor sungeopolia yang terbang menukik tajam ke arahnya.
    “Miller cepat kau arahkan pada burung di atas sana” ia memberikan peritah pada seseorang bernama Miller.
Tapi, salah satu prajurit terbaiknya, bukannya mengarahkan busur panahnya pada burung di atas, melainkan memandangnya dengan mata semula berwarna abu-abu kini berubah menjadi amber.
   “Berani sekali kau memerintahku” seru Miller mengejutkan Gavin dengan panah sudah terarahkan tepat di jantung Gavin. Namun belum sempat Gavin berkedip mata untuk menyadari apa yang tengah terjadi, sosok Miller sudah menghilang dan berganti perhatian mengejar sesuatu yang tidak terlihat olehnya, hanya selintas warna hijau yang melintas di sudut matanya untuk sepersekian detik mengarah ke selatan.
Refleks ia mengarahkan panahnya ke atas terbidik pada burung yang menukik tajam ke arahnya, dan hanya tinggal beberapa meter menujunya.
Anak panah menghujam tepat di jantung  burung ganas itu dan mengirim tubuhnya mendarat keras di tanah dan langsung mengirimnya ke dunia lain.
Gavin menghela nafas lega, “tepan pada waktunya’.

    “Pangeran !!!” seruan Fengarimulofia Bryan mengagetkan dan mengalihkan perhatiannya, yang terbang menujunya. Di belakangnya, Fengarimulofia Nicky menjaganya dengan busur panah yang terarah pada serangan Sungepolia yang sewaktu-waktu datang.
    “Ada apa, Bryan?” begitu Bryan telah menginjakkan kakinya di bumi.
    “Ratu Patricia dan kedua Pangeran; Kian dan Mark menghilang. Mereka tidak ada di tempat perlindungan mereka!” Bryan memberitahukan dengan nafas memburu setengah panik.       
    “Heh?” Gavin bereaksi cemas.
Intuisinya langsung bergerak, “Bryan, bocah aneh itu berwarna hijau, kan ?”
    “Shane, Pangeran? …, iya berwarna hijau.”
    “Caddaugh!!” serunya memanggil Panglima tertinggi kedua Kerajaaan. (Panglima Tertinggi Pertama, tentulah dirinya)
Dengan cepat, Caddaugh muncul di hadapannya.
    “Bagi dua pasukan, setengahnya ikut aku ke selatan. Kau temani Raja dan Thomas. Bryan, Nicky kau ikut aku!” titah Sang Pangeran.
    “Baik, Pangeran!”
Caddaugh meniupkan setengah nada dari terompet kerajaannya, dan dengan cepat terkumpul setengah dari pasukan yang tersisa, membuat barisan sendiri siap mengikuti Pangeran Pertama Gavinaughley.

Gavin melihat ke angkasa, membaca angin dan memastikan intuisinya benar.

    “Ke Selatan!!” pekik Gavin mengomando pasukannya.
    “Tunggu, aku ikut!!!!!” seru seekor Fengarimulofia yang terbang menukik ke arahnya tiba-tiba.
    “Cattlyea ?” Gavin mengenalinya dari suaranya.
    “Hey, jangan tinggalkan aku, aku masih kakak kalian, dan di sana ada Ibuku juga…,” sahut Cattlyea ketus.
Gavin menghela nafas dengan angkat tangan, “Selamat bergabung, Kakak….” senyum sungging tipis lega tersirat di sana.
Cattylea melihatnya tapi gengsi untuk membalasanya, ia hanya mendengus kecil,
    “Ikuti aku !” kemudian mengepakkan sayapnya untuk ke terbang lagi.
    “Ikuti dia!” seru Gavin mengomando, yang langsung diikuti oleh pasukan kerajaan Eoghan, termasuk Bryan dan Nicky.
yang langsung diikuti oleh pasukan kerajaan Eoghan, termasuk Bryan dan Nicky.

*

Desa ParisvanJava

   “Kau ingin membunuhku ?” tantang Oliver.
Tawa mengejek kembali terdengar, “Hohoho…, tidak. Mungkin itu rencana awalku, Oliver; membunuhmu dan anakmu itu. Tapi ternyata keadaan justru menjadi lebih baik. Putramu tidak lagi menyukaimu,” dengan senyum kepuasan. “Lihatlah putramu. Itukah putra yang kau kenal dulu….?”
Oliver melirik putranya yang masih menjaga jarak dengannya. Matanya masih memancarkan kekecewaa.
   “Shane…, nak….” Ia mencoba memanggil. 
   “Aku benci kau!”  pekiknya marah yang hanya didengar oleh teman-teman sebayanya. Tapi tatapan matanya sudah menterjemahkannya.
    “Shane …!” seru Kian mengejutkan kesemuanya di sana terkecuali Ratu Patricia.
Shane menengok ke arah sahabat barunya, masih dengan tatapan mata yang sama.
    “Kamu tidak membencinya. Kamu merindukannya, kamu menyayanginya …..”
Shane terdiam.
    “Ingat saat pertama kita bertemu denganku…., kau ingin disembuhkan agar dapat kembali dengan keluargamu. Keluargamu tercerai berai karena perang. Dan ini yang kau inginkan setelah bertemu kembali dengan ayahmu ?”
    “Tapi dia mengkhianatiku! Dia tidak mencariku. Dia melupakanku!”
   “Dia terpaksa melakukannya, Shane!” Mark kembali bersikeras. “Duh harus berapa kali sih, kukatakan,” Mark kesal sendiri.
    “Kamu melihat sendiri perang, kan, Shane…, Perang itu jahat, perang itu menumbuhkan kebencian, perang itu mencerai berai keluargamu, dan kamu adalah Pangeran Pertama dari Kerajaan Sol Falenas. Kau tak ingin menjaga Sol Falenas, Shane. Kerajaanmu, tanah kelahiranmu, darahmu. Dan semua itu berasal dari dia, ayahmu, yang terpaksa dengan berat hati melepaskanmu.
    “Dia tidak membencimu, dia tidak melepaskanmu, dia tidak meninggalkanmu, dia tidak melupakanmu, Shane…., benar kan, Colenbern,” tanya Kian menengok pada penyihir tua itu.
Colenbern alias Raja Oliver mengangangguk penuh tatapan harap memandang putranya.
Shane tergugu, mulai menerima ucapan sahabat barunya ini.
Prok Prok Prok…. Tepuka tangan dari Godwin disertai senyuman culasnya merusak suasana.
    “Sudah cukup, kurcaci kurcaci kecil ini berceloteh…,”  ia meraih tangan Shane mencoba untuk menariknya keluar. Tapi mengejutkan Shane menepisnya dengan keras.
    “Jangan sentuh aku, KAU ORANG JAHAT!!!” seraya meraih pedang yang terselip di pinggang kian, dan langsung menghujamkannya ke dada Godwin.
Reaksi balasan dari hujaman pedang ke dada Godwin, Dolph melempar pedangnya tertuju pada Shane dan tepat mengenai perutnya.
   “SHANE !!” Kian, Mark, dan Colenbern memekik bersamaan.
Dan entah dari mana, keluarlah cahaya berwarna hijau yang memenuhi rumah kecil itu, yang menyilaukan setiap mata.
Cahaya hijau itu memejar ke segala arah hingga keluar rumah, tepat serombongan pasukan Kerajaan Eoghan yang dipimpin Gavin tiba tak jauh di depan rumah berbentuk topi kerucut dengan hiasan Shamrock di ujungnya yang memancarkan warna hijau menyilaukan mata.

    “HOWAAAAHHH, apa itu !!” Gavin memekik dengan sinar hijau itu.
    “Bocah aneh itu ….” sahut Cattleya yang sudah mendarat di samping kuda adiknya, diikuti Bryan dan Nicky.


TBC




Friendship and Alliance - Part 19

By: Qorriza Putri Widyanti




Secara perlahan sosok itu keluar dari balik pohon Delamindrands, dengan mengenakan baju lusuh dia mendekat dan memberi hormat pada ratu Patricia.                 “Maafkan hamba Yang Mulia, hamba telah membuat Yang Mulia takut” seru pria tersebut, dengan kepala yang masih tertunduk serta kaki tertekuk ditanah.
                “Tak apa, angkatlah kepalamu anakku” pria itu mengangkat wajahnya, tampak mata coklat yang terkesan kuat berbanding terbalik dengan tubuhnya yang ramping dan terkesan lemah serta rambut yang berwarna senada menjuntai berantakan dari ujung kepalanya.
                “Saya adala Zeneth Yang Mulia. Yang Mulia tak perlu tahu siapa saya, yang terpenting sekarang Yang Mulia harus keluar dari hutan ini secepatnya. Carilah anak yang menyebabkan ini semua dan bawa ia pergi juga. Kekuatan besar sedang mengintai mereka semua.”
                Patricia tampak bingung dengan yang Zeneth katakan, kemudian secara tiba-tiba tubuh Zeneth bergetar, giginya bergemerutuk hebat, kini sklera matanya seperti memakan habis iris yang terkesan kuat itu. Matanya memutih seperti tiada kehidupan disana, dan secara perlahan dengan tubuh masih bergetar hebat dia berbicara.
                “Telah datang, waktunya telah datang anak yang ditakdirkan sudah bangkit. Anak yang akan meruntuhkan kekuatan terbesar dari dua penyihir terhebat. Anak dari dua kerajaan yang dipertemukan oleh takdir waktu. Saat mereka bertemu berakhirlah ini semua”
                Tubuh Zeneth berangsur-angsur kembali normal, Patricia hanya bisa menatap shock kejadian tadi.
                “Maaf, maafkan saya Yang Mulia. Maafkan saya” Zeneth mulai tersedu, butiran-butiran bening mengalir dari matanya. “Hamba mohon segera keluar dari hutan . . .” tak sempat Zeneth menyelesaikan kata-katanya, tiga sosok Fengarimulofia turun dari langit.
                “Yang Mulia !!” sosok Fengarimulofia putih gagah mendarat pertama. Ia segera menghampiri Ratu Patricia dan Kian.
                “Siapa kau ??” tanya ratu Patricia bingung.
                “Saya Mark” dua Fengarimulofia sisanya menyusul turun.
                “Saya Magy Yang Mulia” Fengarimulofia berjambul ungu menunduk memberi hormat.
                “Dan dia adalah Shane” Mark menunjuk Fengarimulofia berjambul hijau tersebut. Sedangkan Fengarimulofia hijau itu menunduk memberi hormat.
                “Shane? Zeneth apakah dia yang . . .”  Ratu Patricia melihat sekeliling, sosok Zeneth sudah tak ada disitu. Ia sudah menghilang.
                “Anda mencari siapa Yang Mulia?” tanya Mark.
                “Ahhh, tadi ada seseorang disini. Sudah lupakan saja, sedang apa kalian disini?”
                “Maafkan kami Yang Mulia, kami harus menemui ayahanda Shane. Ada hal yang ingin kami ketahui” jelas Mark
                Ratu Patricia menimbang-nimbang, bola matanya menatap langit meminta jawaban dari bintang yang terhalang itu.
                “Saya akan ikut dengan kalian, tolong pegang Kian sebentar” Ratu Patricia menyerahkan Kian kepada Mark kemudian ia berdiri dengan susah payah. Luka yang ditimbulkan oleh cakar-cakar Kian sebelumnya masih berdenyut sakit, di lengannya tampak bekas cengkraman Kian walau sudah tak mengeluarkan darah lagi.
                Setelah memantapkan tubuhnya, Ratu Patricia menarik nafas dalam-dalam matanya terpejam dan ia mulai berkonsentrasi. Seberkas cahaya putih membelah langit kelam itu, seperti mentari pagi cahaya itu menghangatkan tubuh. Berbeda dengan cahaya yang diciptakan Cattleya dan Magy, cahaya ini memberikan ketenangan seperti syair lagu yang dinyanyikan Ratu Patricia sebelumnya. Damai, seperti melupakan bahwa ada perang yang terjadi di luar lingkup cahaya ini. Magis, ada kekuatan magis yang menyelimuti cahaya itu masuk kedalam nadi para Fengarimulofia disekitarnya. Seperti mendapatkan kekuatan baru sesuatu mengalir dalam nadi Mark, Magy dan Shane. Ketakutan dan keresahan yang timbul selama ini lenyap seketika.
                Cahaya berbentuk lingkaran tipis mulai menyelubungi Ratu Patricia dimulai dari ujung kepalanya. Secara perlahan wajah cantiknya berubah menjadi paruh burung yang tak kalah anggun dan cantik. Ia menguak pelan, lantunan syair indahlah mengalun merdu. Secara perlahan kedua lengannya bertransformasi menjadi sayap putih bersih, ada tanda merah di kedua sayapnya tanda cekngkraman Kian sebelumnya. Kemudian lingkaran putih itu mengubah tubuhnya menjadi tubuh burung tapi tetap dengan kaki manusianya. Transformasi pun selesai, Ratu Patricia kini telah berubah menjadi satu-satunya Cirretiryus yang tersisa di muka bumi ini. Ia berdiri mantap, kemudian mengepakan sayapnya mencoba terbang. Tak lebih dari 10cm ia terbang sebuah belenggu hitam melilitnya. Ia menghatam tanah, belenggu hitam itu menyelubungi tubuh Cirretiryusnya.
                “Arghhhhhhhh” Ratu Patricia menggerang pelan.
                “Bibi !!” Mark menyerahkan Kian pada Shane yang ada di dekatnya, ia segera menghampiri bibinya yang sedang meringgis kesakitan.
                Tiba-tiba belenggu hitam itu berubah merah, tepat dari luka cengkraman Kian tersebut belenggu merah itu perlahan mengubah tubuh Patricia menjadi manusia kembali.
                “Bibi, bibi, bibi baik-baik saja?” tampak gurat cemas terpancar dari mata azure Mark, ia merangkul Ratu Patricia. Dapat iia rasakan tubuhnya sedikit menghangat. Bekas luka cengkraman Kian pun tampak memerah.
                Perlahan mata Ratu Patrcia terbuka, ia mengerjap pelan. “Mark...?” lirih terdengar ia memanggil Mark.
                “Bibi, bibi baik-baik saja kan?” Patricia tersenyum dan mengangguk menatap keponakannya yang telah bertransformasi menjadi Fengarimulofia ini.
                Mark bernafas lega, “Seharusnya bibi tidak usah memaksakan diri, bibi bisa berdiri ??” Patricia berusaha menapakkan kakinya ke tanah, walau sedikit goyah ia bisa berdiri.
                “Apa anda baik-baik saja Yang Mulia? Tampaknya luka anda belum sembuh benar, ayah saya memilik berbagai macam tumbuhan obat mungkin ia bisa meramu antidote untuk Yang Mulia” jelas Magy dengan sungguh-sungguh, Ratu Patricia tersenyum melihat itu.
                “Shane tolong gendong Kian dipunggungmu, bibi ayo naik ke punggungku” Mark merendah untuk memperudah Patricia naik ke atas punggungnya.
                “Mark...” Ratu Patricia tampak ingin menolaknya. Tapi melihat tatapan keponakannya yang kuat itu, ia luluh kemudian perlahan naik ke punggung Mark.
                “Ayo Magy tunjukkan jalan menuju rumah ayahmu, dan kita harus terbang tinggi. Kita tak ingin ketahuan oleh para “burung api” tersebut kan” Mark memberi perintah, kemudian ia menjejakan kaki dan terbang perlahan menuju langit kelam. Semakin lama semakin tinggi hingga tanah dimana ia berada sebelumnya sudah tidak terlihat.
                “Shane bagaimana, apa kau bisa?” Mark menatap Shane, mata Hazel dan Azure itu bertemu. Shane mengangguk menandakan bahwa ia sanggup, “Baiklah Magy, tolong tunjukkan jalannya.”
                Mereka pun mulai terbang menjauh meninggalkan medan pertempuran yang sedang berkecamuk itu.
**************************************************************************
                Berpindah ribuan meter dari Ztromfist Forest. Langit sudah mengembangkan kanopi hitamnya. Layar jingga matahari secara perlahan tergelung masuk ke dalam Ztromfist Mountain. Sebuah kereta kuda tampak meninggalkan Ztromfist Forest, galur kereta kuda tersebut tak nampak pada jalan tanah yang dilaluinya. Tapak kuda hitam yang menarik kereta tersbut itu pun tak nampak ditanah, walau suaranya terdengar nyaring. Kusir yang mengendarai kereta kuda tersebut berwajah sangat pucat mata coklatnya seperti mati, tanpa adanya kebahagiaan. Sedangkan orang yang berada di dalam kereta kencana dengan simbol Shamrock di daun pintunya, dengan tatapan penuh kemenangan dan ambisi yang terpancar dari mata ambernya yang tampak berkilat.
                Hanya suara tapak kuda saja yang terdengar memecah kesunyian total saat itu. Tiba-tiba dari arah berlawanan sayup-sayup terdengar deru tapak kuda yang semakin lama semakin terdengar jelas.
                “Dolph, suara apa itu?” tanya Gizel melalui celah yang menghubungkannya dengan kursi kusir.
                “Entah Yang Mulia” mata pucat Dolph dipicingkan untuk melihat lebih jelas asal suara tersebut.
                Suara baju zirah terdengar berkelontangan ditambah dengan suara para prajurit yang memacu kuda mereka agar berlari lebih cepat. Kini dapat terlihat lambang Kerajaan Eoghan dari bendera besar yang berkibar. Pedang-pedang sudah tersimpan mantap di sabuknya. Busur panah pun sudah bertengger manis di punggung para prajurit.
                “Yang Mulia itu adalah pasukan Eoghan, apa yang harus kita lakukan?” tanya Dolph sambil masih memicingkan matanya. Tiba-tiba mata coklat pucatnya terbelalak, dapat ia lihat diantara pasukan Eoghan pada baris depan sesosok anak dengan rambut hijau terang duduk dibelakang pria yang bisa dibilang Jendral dari pasukan tersebut. Tubuh anak hijau tersebut bergetar hebat, mukanya pucat pasi, dia ketakutan. Menyadari hal itu pria yang memboncengnya tadi merubah ekspresi marahnya menjadi penuh kasih sayang, lalu ia menepuk tangan anak hijau tersebut dan dapat dilihat anak hijau tersebut menjadi lebih tenang.
                “YANG MULIA SHANE BERADA PADA PASUKAN EOGHAN TERSEBUT” Dolph tak dapat mengendalikan ekspresinya, raut wajahnya seperti bercampur antara marah, kecewa atau bahagia.
                “Apa kau bilang?” hampir sama dengan Dolph kini mata amber Gizel berkilat merah, seperi ada yang mematik api di bola matanya.
                Pasuka Eoghan berlalu tanpa memerhatikan kereta kuda tanpa galur tersebut, seperti tak menyadari akan bahaya selanjutnya yang mengintai anak hijau yang berada ditunggangan Pangeran Gavin mereka.
                “Sial, Dolph cepat menepi” Dolph mengarahkan kereta kudanya ke tepi jalan lalu dengan terburu-buru Gizel keluar dari kereta tersebut.
                “Dolph kau ikuti pasukan tersebut dengan Macnair” Gizel memberi perintah, kemudian ia menatap sisa pasukan Eoghan yang berada dibelakang.
                “Yuzazmeangmeazyu”  setelah mengucapkan mantra tersebut Gizel merasuki salah satu pasukan Eoghan tersebut. Kemudian Dolph menunggangi kuda hitam yang menarik kereta kuda tersebut tadi.
                “Ayo Macnair” mereka pun mulai bergerak mengikuti pasukan Eoghan.
**************************************************************************
                “Mark apa kau baik-baik saja?” Mark mengangguk tanda ia baik-baik saja, Magy tersenyum melihat itu.
               “Tunggu sebentar lagi kita akan sampai, oke”  kepala burung Magy menengggok ke kanan dan kiri kemudian seperti menemukan yang ia cari ia berteriak “ITU DIA, KALIAN SIAP KAWAN-KAWAN” Magy segera menukik tajam ke bawah diikuti oleh dua Fengarimulofia lainnya.
               “Bibi, pegangan yang erat” Mark memberikan intruksi, dapat dia rasakan cengkraman bibinya semakin menguat. Sedangkan Shane mengeratkan ikatan tali yang melilit tubuhnya dengan tubuh Kian. Para Fengarimulofia terus menukik turun menuju perkampungan kecil Parisvanjava.
                Akhirnya  mereka dapat menjejak tanah setelah manufer pendaratan mereka yang cukup ekstrim, menukik tajam dari ketinggian 1000meter merupakan sensasi tersendiri bagi Fengarimulofia baru tersebut.
                “Bibi baik-baik saja?” dengan perlahan Mark menurunkan Ratu Patricia dari punggungnya. Ratu Patricia kemudian langsung membantu Shane melepaskan tali pengikat yang ada dipunggungnya.
                Shane menunduk sedikit, “Iya mengucapkan terima kasih, bi” Mark mentranslatekan bahasa tubuh Shane.
                “Sama-sama sayang” Ratu Patricia tersenyum dan membelai lembut jambul hijau Shane, bulu-bulu disekitar matanya berubah merah dan ia merunduk hormat lagi.
                “SIAPA KALIAN” tiba-tiba kehangatan tersebut terpecah oleh suara serak, para Fengarimulofia itu pun menoleh.
                “Apa yang ingin kalian lakukan di tanah suci Parisvanjava. Tidak ada yang boleh menyentuh tanah suci kami, kecuali para keturunan kami” suara serak itu ternyata berasal dari lelaki paruh baya yang membawa tongkat berkristal hijau.
                “Ayahhhh” teriak Magy, kemudian berlari ke arah lelaki tua tersebut, ia hendak memeluk ayahnya tersebut tetapi ditepis dengan kasar.
                “Anakku bukan manusia setengah burung seperti kalian, enyahlah”
                “Kalian segeralah bertransformasi” Ratu Patricia memberikan titah. Dengan cepat para Fengarimulofia muda itu mengubah diri mereka menjadi manusia.
                “Maghenta” pria paruh baya tersebut berlari ke arah Magy, alih-alih memeluknya pria tersebut memukul kepala Magy dengan ujung tongkat hijaunya.
                “Auchhhhh, ayah sakit!!!” Magy mengelus-elus kepalanya yang terkena serangan tongkat itu tadi.
                “Kenapa kau meninggalkan Dangerzard,huh? Penjaga hutan seperti apa kau ini, aku tidak merawatmu hanya untuk bermain-main seperti ini mengerti!!” Magy tampak shock dibentak oleh Colinbern seperti itu.
                “Ma..ma..maafkan aku, yah” kemudian Colinbern memeluk Magy
                “Jangan menghilang seperti ini lagi, mengerti??” Colinbern mengelus rambut ungu Magy dengan lembut.
                Sepasang mata hazel menatap iri pemandangan itu, ia tak dapat mengatakan apapun. Ia bisu, bahkan kini tubuhnya tak bisa digerakan, walau ingin. Ribuan pertanyaan menghantuinya.
                Seharusnya aku yang dipeluk.
                Seharusnya air mata itu untukku.
                Apakah ayah masih ingat denganku??
                Aku bukan Shane yang dahulu, aku telah berubah.
                Apa dia benar ayahku??
                Apakah Magy mengatakan yang sebenarnya??
                Apa yang harus kulakukan sekarang??
                Pertanyaan demi pertanyaan datang bertubi-tubi tanpa ada jawabannya. Shane hanya bisa mengepalkan tangan, menahan semua gejolak yang ada di dirinya. Kepalan tangan itu seperti menampung seluruh rasa yang terpendam selama ini, melihat ayahnya terbunuh dan kini berenkranasi di depannya bukan hal yang mudah bagi pangeran muda sepertinya. Andai ibunya ada disini.
                “Kau baik-baik saja sayang” seperti mengetahui gejolak hati Shane, Ratu Patricia merangkulnya dan membela rambut hijaunya lembut.
                Shane terkejut mendapatkan kasih sayang yang sangat ia rindukan ini, seperti mendengar lantunan syair Cirretiryus bendungan air mata Shane tak jadi tumpah. Kini senyum simpul yang menghiasi wajahnya.
                “Maafkan saya Yang Mulia atas penyambutan yang tak menyenangkan tadi, mari ikuti saya. Saya rasa, saya masih memiliki antidote tersebut” akhirnya rombongan tersebut mengikuti Colinbern.
                Desa Parisvanjava adalah sebuah desa penyihir kecil yang berada di tenggara Dangerzard, jarang ada orang yang berkunjung disana. Desa ini sangat khas dengan desa penyihir yang sering dibaca oleh Mark dari buku-buku cerita. Rumah-rumah unik yang berdiri kokoh. Benda-benda yang bergerak sendiri, anak-anak penyihir yang bermain mengubah tumbuhan menjadi berbagai bentuk. Para penyihir pria yang menaiki sapu terbang berlalu-lalang di udara. Suasana yang cukup ramai untuk desa penyihir yang kecil ini.
                “Silahkan masuk” akhirnya rombongan tersebut berhenti disebuah rumah yang berbentuk seperti topi kerucut dengan hiasan Shamrock di ujungnya. Pekarangannya dihiasi berbagai tumbuhan aneh, mulai dari tumbuhan berbentuk aneh yang mengeluarkan gelembung warna-warni hingga labu yang mengeluarkan bau tak mengenakkan.
                Pekarangannya saja sudah sangat mencengangkan terlebih saat memasuki rumah tersebut. Di pojok kanan yang terlihat seperti dapur piring-piring mencuci dirinya sendiri, dan di sebelah kiri terdapat ruangan yang pintunya terbuka berisi berbagai tanaman ajaib.
                “Silahkan duduk Yang Mulia, anak saya sudah menceritakan semuanya mari saya lihat luka anda” Ratu Patricia mengulurkan kedua tangannya, mata hijau Colinbern meneliti dengan seksama luka tersebut.
                “Ternyata benar, ini adalah racun yang sangat langka. Aku hanya pernah sekali melihat ini. tunggu sebentar Yang Mulia. Kuharap aku masih memilikinya” Colinbern memasuki ruang berisi tanaman ajaib tersebut. Setelah beberapa lama ia membawa dua buah botol kecil berwarna hitam.
                “Maaf Yang Mulia, mungkin ini akan sedikit perih. Magy tolong ambilkan air Telaga Patrounusimour. Yang Mulia tahan sedikit, oke” Colinbern mulai membuka botol hitam pertama bertuliskan Exzibird, ternyata botol itu berisi salep berwarna jingga cerah. Ia mulai mengoleskan salep itu secara perlahan. Dapat terdengar Ratu Patricia meringis perih, luka-lukanya tersebut kini berwarna merah terang dan sedikit mengeluarkan asap tipis.
                “Mohon tahan Yang Mulia, Magy dimana airnya”
                “Ini ayah” Magy segera memberikan gelas berisi air Telaga Patrounusimour. Colinbern membuka botol kedua bertuliskan Elixir dan mencampurkannya ke dalam gelas tersebut. Kini gelas tersebut mengeluarkan asap biru tipis.
                “Minum ini Yang Mulia, ini akan mengurangi rasa sakit di lengan anda” Ratu Patricia dibantu oleh Colinbern meminum ramuan itu perlahan.
                “Magy tolong antar Yang Mulia beristirahat di kamarmu, ia sangat membutuhkan itu” Magy menuntun Ratu Patricia menaiki tangga spiral menuju kamarnya.
                “Baik sekarang apa yang ingin kalian tanyakan?”
                Mark melirik Shane lirih, temannya ini sedari tadi hanya diam saja. Akhirnya ia menghela nafas. “Tolong sembuhkan teman dan sepupu saya. Sepupu saya terkena Breinewosha oleh penyihir bernama Finnick”
                ”Breinewosha?” Colinbern mengelus-elus dagunya “Itu hanya bisa disembuhkan oleh lantunan syair suci dari Cirretiryus yang memiliki hubngan darah olehnya, tak ada ramuan yang bisa menyembuhkan itu” Mark bernafas sedikit lega, dengan begitu ia sudah yakin kalau Kian akan baik-baik saja.
                “Tapi sedari tadi ia tidak sadarkan diri” Mark menanyakan itu dengan raut cemas.
                “Tenanglah ia butuh istirahat untuk mereka ulang memori yang telah dikacaukan oleh Breinewosha tersebut” Colinbern menenangkan pangeran muda tersebut.
                “Kalau begitu, bisakah anda menyembuhkan teman saya” Mark menunjuk Shane, raut wajah Shane tampak menegang. Ia kini sudah mengenggam tangan Mark erat.
                Colinbern menatap Shane dalam-dalam, seperti ada rasa riindu dalam dirinya. Seperti menemukan sesuatu yang hilang dan telah ia cari selama ini.
                “Ia terkena kutukan Silencio dari seorang penyihir jahat yang telah mengambil alih kerajaannya. Seluruh keluarganya telah terbunuh dari generasi ke generasi. Kini hanya tersisa ia dan sepupunya yang selamat dari pembantaian tersebut. Tapi sayang ia terkena mantra Silencio sebelum berhasil diselamatkan oleh penjelajah waktu.” Mark mengakhiri cerita tersebut, tangannya sudah sakit karena digenggam terlalu kencang oleh Shane.
                Mata Colinbern terbelalak mendengar cerita tersebut,cerita tersebut mengingatkan dia pada dirinya di masa lalu saat masih menjadi raja.
                “Nama anak yang selamat itu adalah Shane dan Freyjadour, dan anak berambut hijau dihadapan anda ini adalah Shane yang terkena mantra Silencio” mata hazel Shane menatap Mark tak percaya. Bukannya ia tak ingin memberi tahukan identitas aslinya, tapi ia hanya takut ayahnya tersebut tidak ingat lagi kepadanya.
                Colinbern menatap lekat-lekat anak hijau di depannya tersebut, seluruh saraf matanya ia perintahkan untuk meneliti anak tersebut. Mata hazelnya mengingatkan ia pada Mae istrinya dahulu, wajahnya bak cermin pada dirinya selagi kecil dahulu. Perlahan Colinbern mendekat, ia ingin merasakan apakah sosok anak hijau di depannya ini adalah Shane kecil yang ia rindukan. Jemarinya mengelus lembut pucuk kepala Shane, dengan perlahan dengan kedua tangannya ia meraba pipi hangat yang kini telah dihiasi bulir-bulir air mata yang menetes dari mata hazel tersebut.
                “Shane, kau kah Shaneku? Shane kecil yang mahir bermain kuda? Shane kecil yang merajuk bila tak ku izinkan berkuda sehari saja? Shane?” ucap Colinbern lirih, airmata tak terbendung kini tumpah sudah, kerinduan pada masa lalunya kini meluap bak bendungan yang bocor. Tak dapat dihentikan.
                “Ayah, ayah, ayah, benarkah ayah masih mengingatku? Menginggat semuanya tentangku? Kuharap ini bukanlah mimpi” tubuh Shane gemetar, perlahan secara malu-malu ingin ia rasakan kembali kehangatan ayahnya. Kehangatan yang sama seperti yang Magy dapatkan tadi, ia memeluk Colinbern.
                “Shane, maafkan ayah” Colinbern mendekap Shane lebih erat ia tak ingin kehilangan jantung hatinya sekali lagi.
                Sepasang mata azure dan violet yang menatap kejadian ini sudah dipenuhi air mata. Seperti melihat akhir cerita bahagia sebuah buku, aura luar biasa bahagia menyelubungi mereka. Sang violet sudah terisak keras, orang yang sudah merawatnya sedari kecil ternyata memiliki luka hati sedalam itu, ia merindukan masa lalunya.
                Kian yang sedari tadi tertidur kini perlahan membuka matanya, dan mengerjap menyesuaikan pergantian cahaya yang begitu terang, “Shane...” ia bergumam lirih melihat teman barunya itu memeluk seorang lelaki paruh baya.
**************************************************************************
                Mereka berdua berada di tengah pertempuran sekarang, pertempuran yang sangat aneh antara makhluk gaib dan manusia tersebut.
                “Miller cepat kau arahkan pada burung diatas sana” Gavin memberikan peritah pada seseorang bernama Miller.
                Seseorang bernama Miller tersebut ternyata sudah dirasuki oleh Gizel, mata yang semula berwarna abu-abu kini berubah menjadi amber.
                “Berani sekali kau memerintahku” panah sudah Gizel arahkan tepat di jantung Gavin, ketika ia melihat sekelebat warna hijau diantara pertempuran tersebut.
                “Sial!” Gizel mengurungkan niatnya untuk memanah Gavin, kemudian ia mengikuti warna hijau tersebut.
                Gizel mencoba untuk mengikuti warna hijau tersebut, tetapi dengan tubuh dan baju zirah yang ia kenakan sekarang memperlambat larinya hingga ia kehilangan warna hijau tersebut.
                “Baju zirah sialan!” Gizel merutuk pelan, kemudian ia melihat sesosok burung dengan sayap yang terluka memeluk seorang anak berjalan tertatih ke balik semak meninggalkan pertempuran di belakangnya.
                “Jangan-jangan anak itu?” Gizel kemudian bersembunyi di balik pohon pinus, menggambil busur dan panahnya kemudian membidik tepat ke jantung anak tersebut. Mata ambernya kini berkilat penuh kemenangan dan tanpa ragu ia melapas busur tersebut. Anak panah melaju cepat, senyum kemenangan sudah tersungging mantap di bibirnya tepat ketika anak panah itu alih-alih menembus jantung sang anak malah hanya melukai seorang lelaki.
                “Sial, aku meleset!!” kemudian ia berlari menjauh dan berubah ke wujud aslinya.
                “Dolph, dimana kau” ia berteriak dalam kesunyian, dan tiba-tiba dari bayang sang malam keluar lelaki dengan wajah pucat.
                “Iya Yang Mulia” Dolph memberi hormat.
                “Cepat kau cari anak berambut hijau tersebut, aku akan mengawasi anak yang satunya” kemudian mereka berpisah, Gizel kembali ketempat dimana ia tadi gagal memanah Kian.
                Semakin mendekati tempat tersebut sayup terdengar suara seseorang sedang berbicara.
                “...Anak dari dua kerajaan yang dipertemukan oleh takdir waktu. Saat mereka bertemu berakhirlah ini semua”
                Gizel dapat mendengar potongan pembicaraan tersebut, ketika ia melihat sosok yang sangat ia kenal. Pria dengan baju lusuh dan perawakan lemah berbicara dengan seorang wanita.
                “Zeneth...” gumam Gizel lirih, ia masih dapat mengingat saat sosok Zeneth menghampiri ayahnya sebelum ayahnya tersebut melakukan penyerang ke kastil Sun Palace.
                “Dua orang anak dari dua kerajaan akan meruntuhkan sisi kegelapan. Anak dengan warna unik serta anak dengan wujud unik. Saat mereka bertemu sekali lagi sisi kegelapan akan musnah”
                Gizel masih ingat dengan jelas kata-kata yang Zeneth katakan dengan tubuh gemetar hebat dihadapan ayahnya, ia juga masih ingat ramalan yang didengarkan oleh kakeknya penyebab perang ini.
                “Para keturunan penghuni lembah akan menandingi para keturunan penghuni gunung. Perang akan terjadi, para penghuni lembah dan penghuni gunung akan terus bersiteru hingga sosok dua pengeran yang memenangkan perang tersebut”
                Gizel melamun mengingat ramalan yang menjadi momok para keturunan Godwin. Lamunannya terpecahkan saat sebuah cahaya putih bersinar dari arah depan. Saat ia mendekat cahaya tersebut telah hilang dan berubah menjadi belenggu hitam dan merah lalu merubah burung tersebut menjadi seorang wanita.
                “Ternyata benar kau pangeran” matanya meneliti kesekeliling dan terpaku pada burung dengan jambul hijau.
                “Hahahaha, kau lucu sekali dengan sosok itu Shane” dia tertawa.
                “Dolph dimana kau?” sekali lagi Dolph muncul dari bayangan pohon.
                “Kau lihat disana, pangeran kecil kita telah berubah bentuk menjadi seekor  burung” walau tetap dengan wajah tanpa ekspresi, dapat disiratkan ia tertawa melihat sosok Shane tersebut.
                Kemudian pasukan burung tersebut mulai terbang tinggi meninggalkan pertempuran dibawahnya.
                “Dolph ikuti mereka dan jangan sampai terlihat” Dolph hanya mengganguk dan perlahan tubuhnya mulai menipis, kini ia sudah tak terlihat dan melayang mengikuti rombongan para burung tersebut.
                Gizel memanggil kuda dari kekosongan, “Ayo Macnair ikuti mereka” kuda hitam itu pun mulai berlari, menembus batang-batang pepohonan. Pohon-pohon tersebut seperti memberi jalan ketika ia ingin lewat.
                Setelah perjalanan panjang sampailah ia di sebuah desa tepat saat seorang pria peruh baya memukul perempuan berambut ungu.
                “Menjijkan!! Dolph dimana kau”
                “Iya Yang Mulia”
                “Desa apa ini?”
                “ini desa para penyihir, mereka hidup secara damai disini menghindari perang yang terjadi di luar sana” Dolph menjelaskan tetap dengan ekspresi datar.
                “Hahaha, kedamaian mereka tak akan berlangsung lama. Ayo cepat ikuti parade burung tersebut”
                Akhirnya mereka sampai pada rumah berbentuk topi kerucut dengan hiasan Shamrock diujungnya. Gizel mengitip dari celah diantara pintu. Ia dapat mencuri dengar percakapan mereka di dalam.
                “Shane, kau kah Shaneku? Shane kecil yang mahir bermain kuda? Shane kecil yang merajuk bila tak ku izinkan berkuda sehari saja? Shane?” ucap pria paruh baya tadi dengan air mata sudah di pipi. Anak berambut hijau tersebut hanya dapat terpaku dan menangis.
                “Shane, maafkan ayah” akhirnya pria tersebut memeluk anak hijau itu.
                “Oke, ini sudah saat menjijkan. Seebaiknya kuhentikan drama membosankan ini” perlahan Gizel membuka pintu tersebut.
                “Well, reuni yang sangat mengharukan. Bukan begitu Shane, Oliver” mata ambernya mengeliat penuh kemenangan. Gejolak dalam dadanya seperti tak terbendung.
                “Aku menang” pikirnya dalam hati.
                “Sebaiknya kalian hentikan drama keluarga menjijikan ini, karena hidup kalian tak akan lama lagi”

TBC . . .

Friendship and Alliance - Chapter 18

By: Maria 'Adeline' Triwiyani





Satu persatu Fengarimulovia itu mulai mengepakan sayapnya menandakan bahwa mereka akan menyusul Fengarimulovia Bryan,Nicky,Cattleya,dan Viki.

Namun Fengarimulova yang mempunyai bulu jambul berwarna ungu itu mengurungkan niatnya untuk terbang yang ke-2 kalinya dan ikut mereka terbang.

" Mark,kenapa kau turun lagi ke tanah ? ",tanya Maghenta.
" A...a...a...aku takut Magy,aku benar-benar trauma dengan kejadian saat dimana dadaku terkena panah oleh sekawanan Sungopelia yang menyerang kami saat itu. "
" Ayolah pangeran kau jangan terpuruk akibat itu.Lihat disisimu ada Fengarimulovia yang sangat anggun.Apa kau masih berfikir lagi ?",tanya Shane sambil sedikit membujuk.
" Tapi Shane ? "
" Mark , kau berbicara dengan si poni hijau itu ? ",tanya Maghenta keheranan.
" Iya Magy "
" Tapi dari tadi dia tidak berbicara sama sekali kepada kita Mark.Bahkan dia juga tidak membuka matanya untuk melihat."
" Pangeran tolong jelaskan kepada Magy tentang siapa aku ",pinta Shane.
" Baiklah Shane "
" Magy.Kau ingat tentang anak hijau yang pernah kami ceritakan di hutan Dangerzard wartu itu ? "
"Iya Mark aku ingat,terus apa hubungannya sama si poni hijau dan juga kenapa dia tidak bisa berbicara ataupun membuka matanya ? Apakah dia cacat Mark ? "
" Tidak,dia tidak cacat.Orang lain tidak dapat mendengarnya berbicara kecuali Aku,Kian,Nicky,dan Bryan."
" Lalu ? "
" Dia itu terkena kutukan Silencio yang membuat nya menjadi begini. Sudahlah lupakan saja tentang Shane Magy,saat ini kita harus menolong yang lain dulu "

Mark pun mulai mengepakan kembali sayapnya.Tapi tiba-tiba dia berhenti mengepakan sayapnya karena dia terpukau melihat kilauan cahaya yang belum pernah ia lihat selama hidupnya.Ternyata seberkas cahaya berwarna putih,biru,orange,dan hijau itu terpancar dari kalung yang dikenakan Maghenta.
  " Hei Mark kenapa berhenti lagi ? ",tanya Maghenta.
" Aku melihat cahaya indah dari kalung yang kau kenakan Magy,aku terpukau oleh cahayanya.Aku belum pernah lihat cahaya seindah dan seterang itu ",papar Mark.
" Oh cahaya kalung ini(sambil menujukan kalungnya).Memang kalung ini memancarkan cahaya yang sangat indah.Ini adalah pemberian dari...",belum selesai Maghenta berbicara tiba-tiba Mark bertanya.
" Magy,kok kalungmu liontinya bertuliskan Colinbern ? Siapa dia Magy ",selidik Mark dengan ekspresi sedikit cemburu pada Magy.
" Colinbern itu adalah ayahku Mark "
" Hah ? Kau bilang ayah ? Bukankah kau bilang kau tidak mempunyai Ayah ataupun Ibu ? Kau membuatku bingung Magy "
" Astaga,aku tidak sengaja telah mengatakan pada Mark yang sebenarnya.Pasti dia kecewa ",gerutu Maghenta dalam hati.
" Maksud kamu apa Magy ? Kenapa kau diam saja ? Ayo jelaskan " , dengan nada marah Mark meminta penjelasan kepada Magy.
" Baiklah Mark dia.Aku memang mempunyai seorang ayah.Maafkan aku yang saat itu berbohong padamu ."

" Sepertinya aku tidak asing dengan nama ini ",pikir Mark.
" Lalu apa maksudmu membohongi kami ? Kau telah membohongiku Magy,aku kecewa padamu !", dengan kesal Mark membentak Maghenta.
" K..k..k..kau membentakku Mark ? ",tanya Maghenta dengan suara tersendu karena nangis dibentak Mark. " Magy,M..m...m...maafkan aku.Aku hanya terbawa emosi saja.Aku tidak ada maksud untuk membentakmu.Semua itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku saat kau berkata begitu.Apakah kau bisa jelaskan semua ini ? "
" Ya tentu aku bisa Mark.Apakah kau masih ingat dengan perkataanku dihutan Dangerzard saat itu ?
" Sudahlah pangeran,mungkin dia berbohong karena dia menyembunyikan sesuatu ",ujar Shane seraya mendinginkan suasana hati Mark.
Mark terdiam sejenak untuk mengingat semua kejadian dihutan Dangerzard saat itu .
" Aku ingat Magy , kau sempat berkata...

#flashback#
AKU LAHIR DARI SEBUAH BUNGA YANG MEKAR.JIKA PENJAGA SEBELUMNYA SUDAH TUA DAN AKAN SEGERA MENINGGAL. "

" Benar Mark , tetapi aku tidak lahir begitu saja dari bunga tersebut.Ayahku Colinbern menanamkan bibit khusus bunga yang akan melahirkan penjaga hutan tersebut.Saat aku lahir aku diberi kalung yang sekarang aku pakai ",Maghenta menjelaskan.
" Lalu siapa Gryft Amaziqueto itu ? "
" Dia adalah Kakek buyutku , dan ayahku adalah keturannya yang ke 8 "

Tiba-tiba Mark teringat akan sesuatu di hutan Dangerzard .


#flashback
" YA ITU AKU , PANGGIL SAJA AKU AHERN . AKU UNICORN PELIHARAAN PENYIHIR BAIK BERNAMA COLINBERN "

" Magy... ",panggil Mark lembut.
" Ya Mark... "
" Apakah ayahmu seorang penyihir ? Dan memelihara seekor Unicorn bernama Ahern ? "
" Bagaimana kau bisa mengetahuinya Mark ? "
" Begini,saat kami akan keluar dan pergi meninggalkan hutan Dangerzard kami tidak sengaja bertemu Unicorn itu.Saat itu sayapnya terluka akibat serangan dari burung... ",belum selesai Mark berbicara Maghenta langsung mencela pembicaraan .
" Causeway ? "
" Kamu tahu itu Magy ? "
" Hmmm , pasti saat itu Ahern akan menyampaikan pesan padaku.Namun ditengah perjalanan dia diserang oleh burung Causeway "
" Lalu apakah kau bisa menceritakan siapa ayahmu sebenarnya ? Apakah kita bisa meminta bantuannya?"
" Tapi kau harus berjanji bisa jaga rahasia ini dan tidak akan memberi tahu kepada siapapun tentang ini begitupun kau Shane ?
" Aku Janji ",jawab Mark.
" Bagaimana kau Shane ? " Shane pun hanya dapat mengangguk.
" Oke begini , ayahku itu adalah Reinkarnasi dari Raja Happy Oliver yang tewas akibat perang.Dan jasadnya terkubur di hutan Dangerzard tersebut "
" Magy,kau bilang Raja Happy Oliver ? "
" Iya Mark "
" Raja Happy Oliver adalah... " , Mark tidak melanjutkan pembicaraan .
Shane yang dari tadi hanya diam dan memperhatikan mereka berbicara sontak kaget mendengarkan ucapan Maghenta.
" Pangeran tadi dia berkata Raja Happy Oliver . Dia adalah ayahku pangeran .Aku ingin bertemu dengannya ",pinta Shane.
" Iya Shane aku tahu.Namun kau harus Sabar Shane,kita dengar dulu penjelasannya lagi ",Mark menenangkan Shane.
" Baiklah Pangeran "
" Apakah ada lagi yang harus kau ceritakan Magy ? "
" Ayahkmu juga sempat berkata bahwa dia ingat ada keponakannya yang masih hidup Mark namanya Frey dan hanya segitu saja yang aku tahu.Karena ayahku hanya sedikit bercerita tentang dirinya. "
" Pangeran tolong tanyakan dimana ayahku sekarang ? ",bujuk Shane.
" Lalu sekarang ayahmu tinggal dimana Magy ? "
" Masih dikawasan hutan Dangerzard,tapi dia tinggal di Tenggara yang berbatasan dengan desa Parisvanjava " " Parisvanjava ? Bukannya itu desa para penyihir Magy ? "
" Kau betul Mark "
" Magy, aku akan mengatakan sesuatu "
"Apa Mark ? Katakanlah ? "
" Kau ternyata bersaudara dengan Shane "
Maghenta tersentak kaget.

****

Hari pun makin malam namun Kian belum juga sadar akibat Brainwosh yang dialaminya.

" Sayang bangun sayang,"  Ratu Patricia membangunkan Kian dari ketidaksadarannya . Terdengar dengan sayup-sayup suara derap kaki yang mendekat.
" Astaga siapa yang akan datang ? ",Ratu Patricia membatin dengan perasaan sedikit khawatir .
Namun derap langkah kaki itu makin mendekati posisi Ratu Patricia.Dan sesosok bayangan pun mulai terlihat dari balik pohon Delamidrands yang menjulang tinggi sampai ke awan.
" Hei kau yang ada dibalik pohon Delamindrands jangan mendekat ! " , perintah Ratu Patricia .
Namun bayangan itu tidak menjawab dan bayangan itu mulai menampakan sosoknya.
" Siapa kau ? Jangan sakiti kami ",pinta Ratu Patricia.
" Kau tidak perlu tau siapa aku,aku datang kesini karena aku mendengar kabar bahwa pangeran Kian telah menjadi Sungopelia "
" Aku tidak mengerti apa maksudmu itu.Lalu kau siapa ? Mengapa aku tidak boleh mengetahui dirimu?",tanya Ratu Patricia heran .
Lalu sosok itu pun mulai menceritakan siapa dirinya dan memberitahu Ratu Patricia maksud kedatangannya ke Ztromfist Forest .

TBC

Frienship and Alliance-Part 17

By: Maya Theresia





Semua orang terbelalak melihat kejadian itu. Semuanya mengira bahwa raja Kevin terkena panah itu. Memang raja Kevin terkena anak panah itu. Ia hanya terserempet anak panah itu, dengan luka yang tidak begitu parah.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Raja Kevin khawatir melihat keadaan istri tercintanya yang lemah.
“tidak.. aku tidak apa-apa. Luka ini tidak lebih sakit jika dibandingkan kedua anakku menghilang dari muka bumi ini.”

Perlahan-lahan Ratu Patricia berubah menjadi sosok manusia, ia masih memeluk erat Kian. Perlahan-lahan air mata Ratu Patricia menetes membasahi pipinya yang putih bersih. Tangan Ratu Patricia bersimbah darah, bekas dari cakaran yang disebabkan oleh putranya sendiri.

Ia tidak menyimpan rasa kesal ataupun marah. Ia tau bahwa yang menyakitinya bukanlah sosok Kian yang sebenarnya. Sosok Kian yang sebenarnya tidak akan pernah sanggup untuk menyakiti Ibunya sendiri.

Ada sedikit kebahagiaan saat Ratu Patricia melihat wajah putranya yang terkulai lemah dalam pelukannya. Ia bahagia karena Kian sudah berubah menjadi Kiannya dulu yang tidak menyukai kekerasan. Ratu Patricia mengecup lembut kening putranya itu, diikuti dengan Raja Kevin yang memeluk Ratu Patricia dan Kian.
“Semuanya pasti akan baik-baik saja..”Bisik raja Kevin.

Serangan bertubi-tubi menyerang kawanan Fengarimulofia. Serangan itu berasal dari kawanan Sungeopolia yang membabi buta. Nicky, Bryan dan Frey terus berusaha melawan mereka. tentu saja mereka kewalahan menghadapi jumlah pasukan Sungeopolia yang sangat banyak. Brian menitipkan Shane pada Raja kevin dan Ratu Patricia yang bersembunyi di semak-semak.
“Tolong titip Shane dulu.. Raja Kevin, ini adalah salah satu tugasmu untuk membantu kami”
“baiklah Brian, aku akan menjaganya. Tapi, lain kali kau tidak boleh memerintah raja” sahut Raja Kevin dengan senyum di masam-masamkan
“hehe.. maafkan aku raja..” Brianpun kembali pergi bertempur bersama dengan pasukan dari kerajaan Eoghan.

Cattleya dan Vikipun ikut bangkit. Dengan seluruh tenaga yang mereka miliki mereka melawan kawanan Sungeopolia. Sebenarnya rasa takut masih menyelimuti mereka berdua. Namun, keberanian mereka telah mengoyak selimut ketakutan itu.

Di sisi lain, Mark yang tidak bisa berubah wujud menjadi Fengarimulofia hanya bisa melawan mereka dengan busur panah yang dibawa oleh prajurit kerajaan Eoghan. Susah payah ia berlari kesana-kemari untuk menghindari serangan dari kawanan Sungeopolia.

Segesit-segesitnya Mark berlari, tentu saja kawanan Fengarimulofia yang jumlahnya banyak itu bisa mengenai Mark yang tidak memiliki pelindung.


Sebuah anak panah berapi yang di tembakkan dari salah satu Fengarimulofia meluncur kencang dengan target sasaran Mark. Mark tidak bisa mengelak dari serang itu karena panah itu meluncur dengan begitu kencangnya.
“Mark!!!” pekik seseorang dari atas. Belum sempat Mark melihat ke atas orang itu sudah menimpa tubuh Mark. Untunglah, akibat jatuhnya orang tersebut, Mark dapat menghindar dari anak panah tersebut.
“huh.. siapa yang menimpaku?!” gumam Mark kesal, namun lega karena dia tidak jadi tetusuk anak panah. Perlahan-lahan ia memokuskan pandngannya yang agak kabur setelah kepalanya tersentak ke tanah saat ia jatuh.
“Mark..” Ujar suara itu penuh dengan keharuan.
“Maghenta..” ujar Mark kaget. Begitu kagetnya Mark begitu ia melihat siapa yang menindihnya saat ini. Ia melihat Maghenta di hadapannya saat ini. Betapa bahagianya Mark dapat melihatnya lagi. Mark tau ia akan melihat Maghenta lagi suatu saat nanti. Hanya saja ia tidak menyangka akan melihatnya sekarang.
“Mark! I really miss you!” seru magy. Ia begitu senang saat ini. Ia sangat gemas melihat wajah Mark yang ia rindukan saat ini. Sangin gemasnya pada Mark, ia meraih Wajah Mark dengan kedua tangannya dan mengecup bibir Mark.

Mark terlihat begitu kaget dengan kejadian ini. Wajahnya yang tadi berwarna putih abu-abu dengan debu yang menghiasinya, sekarang berubah menjadi merah merona dan matanya membesar.

Begitu Maghenta sadar bahwa Mark kaget, ia langsung melepaskan ciumnnya dan turun dari tubuh Mark. Pipi Maghentapun berubah merah padam dengan bibir yang berusaha menahan senyum malu.
“Maaf..” ujar Maghenta lembut..
“ah, iya.. nggak apa-apa” jawab Mark begitu sadar dari kekakuannya.
“Aku kangen bangen sama kamu Mark...” Pipi Magy bertambah merah begitu juga dengan Mark.
“Aku juga.. tapi, bagaimana kamu bisa ada di sini?”
“Aku sendiri juga tidak terlalu mengerti.. Mark, piggangmu sakit ya? Sini aku obati” Maghenta berusaha menyembuhkan Mark dengan sihirnya seperti  pada saat ia menyembuhkan Mark saat terjatuh dari pohon frouzhe tree. Ia meniupkan nafasnya pada pinggang Mark. namun tak terjadi perubahan apapun. Maghenta dan Mark terheran-heran melihatnya.
“Magy, sebaiknya kita menyingkir dulu dari tempat ini! Di sini terlalu berbahaya!” Magypun menurut dan mengikuti Mark ke semak-semak yang cukup lebat.
“Mungkin sekarang aku sudah jadi manusia biasa..” ujar Maghenta.
“memang bagaimana kamu bisa sampai ke sini? Jelaskan saja yang kau tau magy”

Lalu Maghentapun menceritakan apa yang terjadi padanya sampai ia bisa berada di sini

#FlashBack

Setelah Kian dan kawan-kawan pergi meninggalkan hutan Dangerzard, Maghenta tak henti-hentinya mendoakan mereka agar selalu dalam keadaan yang baik-baik saja. Saat sedang berkeliling di hutan Dangerzard, Maghenta melihat Mark dan kawan-kawan dalam bahaya. Sayangnya pengelihatan itu hanya berlangsung sepersekian detik saja. Seketika hati Maghenta berubah panik, ia takut terjadi sesuatu pada Mark.

Maghenta memohon dengan amat sangat meminta perlindungan untuk Mark. entah pada siapa dia meminta, yang jelas ia terus berdoa untuk Mark dan kawan-kawan.
“Tolong jagalah Mereka.. Jagalah Mark... aku tidak mau sampai terjadi apa-apa padanya.. tolong jaga dia... atau biarkanlah aku menjaganya dengan seluruh kekuatan yang aku miliki.. tolong selamatkan mereka!”
*
“setelah itu aku berada di sini dan menemukanmu..” Maghenta megakhiri penjelasannya.
“Kamu kan penjaga hutan, mungkin karena permintaanmu yang sangat tulus kamu diizinkan untuk keluar dari hutan dan menjagaku. Kekuatanmu kan berfungsi untuk menjaga hutan, mungkin kekuatanmu berada si hutan.”
“Mungkin, kekuatanku akan menjaga hutan untuk menggantikanku..”
“hmm..”
“Mark, sekarang bagaimana caranya agar aku bisa membantumu?” tanya Maghenta dengan wajah serius.
“apa kamu yakin ingin membantuku? Nyawamulah taruhannya Magy”
“aku yakin! Tujuanku ke sini adalah untuk melindungimu Mark!”
“tapi, aku tidak bisa kehilangan kamu!” bentak Mark. Maghentapun terdiam mendengar bentakan Mark. terlukis wajah kesedihan saat Mark membentaknya.
“Maafkan aku magy, aku sangat takut kehilanganmu..” Mark meminta maaf lalu memeluk Maghenta erat..
“iya, aku mengerti.. percayalah aku akan baik-baik saja.. kita akan bersama untuk selama-lamanya..” Maghenta tersenyum pada Mark. senyuman itu meyakinkan Mark bahwa Maghenta akan beik-baik saja walau ia mengikuti pertempura ini.
“baiklah.. tapi kamu harus menjadi Fengarimulofia dan aku tidak tau caranya..”
“gunakan keyakinanmu Mark.. seperti saat aku yakin kamu akan baik-baik saja, maka aku bisa melihatmu baik-baik saja saat ini..”
“ya.. mungkin dengan keyakinan dan tujuan yang kuat kita bisa melakukannya. Aku juga akan berubah menjadi Fengarimulofia. Aku tidak akan dikalahkan oleh ketakutanku pada burung”
“ayo kita coba Mark” Markpun mengangguk pasti.  Dengan seluruh keyakinan yang ada meraka percaya bahwa mereka akan berubah menjadi Fengarimulofia.
“tunggu! Aku juga akan berubah menjadi Fengarimulofia!” seru seseorang yang masuk ke dalam semak-semak
“Shane!” ujar Mark kaget.
“jadi ini yang namanya Shane?” tanya Maghenta. Markpun mengangguk.
“Kamu yakin Shane?” tanya Mark
“iya, kalian di sini juga karena aku! Dan aku akan berusaha sekuat tenaga higga titik darah penghabisan untuk membantu kalian!” Shane begitu yakin dan bersemangat dengan jawabannya. Markpun tersenyum dan mengangguk, ia senang karena Shane ingin ikut membantu.
“Baiklah.. sekarang ayo kita satukan keyakinan kita! Yakinlah kita akan menjadi Fengarimulofia!”

Lalu mereka semua memejamkan mata mereka dan percaya akan menjadi Fengarimulofia. Beberapa menit berlalu setelah mereka mencobanya, masih belum terjadi perubahan apapun. Namun mereka tidak menyerah sampai di situ, mereka terus bertahan hingga akhirnya seberkas sinar cahanya muncul di tengah-tengah mereka.

Cahaya itu makin lama makin terang, semakin terang! Hingga akhirnya cahaya itu seperti menghilang terhisap langit. Terlihat 3 sosok Fengarimulofia di tempat cahaya itu muncul tadi. Sesosok Fengarimulofia putih yang gagah dan anggun, seekor Fengarimulofia dengan bulu ungu di kepalanya, dan seekor Fengarimulofia berwarna hijau.


TBC

Friendship and Alliance – Part 16

By: Shinta WedaRise Hirawling





Cirretiryus itu kini telah menapakkan kedua kakinya ke tanah. Lantunan syair lagu yang tadi mengalun indah dari pita suaranya hingga membuat siapa saja yang mendengarkannya tertegun kagum, kini berhenti. Kemudian ia melangkah ke arah sekumpulan Fengarimulofia yang dibelakangnya juga berdiri ketiga putranya bersama segerombolan pasukan dari kerajaan Eoghan.

Suasana masih hening. Semua mata tak lepas tertuju pada sosok Cirretryus yang tak lain adalah Ratu Patricia, ibu dari Kian bersaudara dan Cattleya. Tak terkecuali Finnick Odair yang memang telah lama tak bertemu dengan sosok Cirretryus di depannya itu.

Semua yang ada di sana tak menyangka jika Ratu Patricia tiba-tiba bisa berubah menjelma menjadi Cirretiryus. Terakhir Finnick mengetahui bahwa Ratu Patricia sudah tak bisa menjadi Cirretiryus lagi karena telah mengorbankan wujud aslinya ketika menikah dengan Raja Kevinlaughly. Dan para pangeran Eoghan, Fengarimulofia, dan pasukan kerajaan Eoghan juga tak pernah melihat perubahan wujud Ratu Paricia. Hal itu tentu menjadi hal yang sangat menakjubkan sekaligus menimbulkan tanda tanya besar untuk mereka semua.

Ratu Patricia memang telah mengorbankan wujud aslinya ketika menikah dengan Raja Kevinlaughly. Namun ternyata ada rahasia besar yang terungkap dari pengorbanan itu yang tertulis dalam bab akhir di buku Mhantroufucio bahwa seseorang yang mengorbankan wujudnya aslinya suatu saat nanti bisa bertransformasi kembali bila ada darah dagingnya yang dengan tulus membantu orang lain kemudian mendapat rintangan dalam usaha itu dan segera membutuhkan pertolongan. Tetapi dengan syarat ia harus meminum setetes darah suami atau istrinya yang telah dibacakan mantra-mantra dalam Mhantroufucio sebagai tanda persetujuan.

 “Waww... Patricia juga hadir di sini rupanya. Bagaimana kabarmu Pa-tri-cia?” Finnick menunjukkan basa-basinya

Ratu Patricia tersenyum sinis mendengar sambutan dari seseorang yang dianggapnya sangat memuakkan itu. Matanya menunjukkan tatapan kebencian yang teramat sangat. Tak berubah. Selamanya sosok Finnick Odair tetap tak berubah di mata Patricia.

“Tak usah berbasa-basi padaku! Karena suaramu terdengar sangat menjijikan di telingaku.” Seketika mata Finnick membulat mendengar ucapan yang dinilai sangat merendahkannya itu.

Sementara itu Cattleya yang juga telah lama tak bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya itu, terdiam tak bergeming. Tak bisa dipungkiri, hati kecilnya sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan sosok yang seharusnya bisa memberi sentuhan kasih sayang padanya di setiap harinya. Matanya kini memerah dan berkaca-kaca. Ingin sekali rasanya ia berada dalam dekapan hangat ibunya yang lama tak pernah ia rasakan.

“Mmm.. Mom..!!!” dengan nada bergetar dan bibir yang seolah sulit terbuka, hanya itu yang bisa Cattleya ucapkan.

Ratu Patricia menoleh ke arah sumber suara itu dan kemudian berjalan menghampirinya. Sambil berjongkok mengimbangi Cattleya yang tadi terhempas dan kini terduduk di tanah, Ratu Patricia langsung memeluk erat putri yang ada di depannya itu. Ia usap pucuk kepala Cattleya lalu ia kecup penuh rasa kasih sayang. Seketika air mata berhasil menerobos keluar dari mata keduanya. Sejenak, suasana haru pun tercipta di sela-sela suasana penuh ketegangan yang menyelimuti tempat itu.

“Oohh, sungguh mengharukan.” Ucap Finnick dengan ekpresi wajah sedih yang dibuat-buat. “Tapi bisakah kalian hentikan permainan drama yang MENJIJIKKAN itu?” lanjut Finnick dengan memberi penekanan pada saat mengucapkan kata menjiikkan.

Ratu Patricia menatap tajam ke arah Finnick sambil menghapus kasar air matanya. Finnick pun hanya memicingkan sebelah matanya mendapat tatapan tajam yang seolah ingin membunhnya itu. Ya, tatapan itu tak dianggap apa-apa olehnya. Ia berfikir, kekuatan sedasyat apa pun yang Patricia miliki tentu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengannya. Apalagi kini ia berhasil mempengaruhi Kian agar memihak padanya. Tentu itu sangat membantu.

“Kian, bukankah kau juga muak melihat permainan drama di depanmu itu? Bukankah kau ingin sekali menyingkirkan dua orang tak berguna di depanmu itu?” seperti sebuah sihir, ucapan Finnick seketika mempengaruhi Kian.

Kian yang semuala sudah tenang kini berubah kembali. Matanya kembali memancarkan warna merah api dan cakar-cakar yang tadi melemah, mulai mencengkeram kuat kembali, siap mencengkeram dan mencabik siapa saja.

Mata Ratu Patricia membulat seketika. Ia tak tak percaya putranya yang biasa terlihat manis dan memiliki tatapan meneduhkan tiba-tiba bisa berubah menjadi sosok yang mengerikan. Tetapi naluri keibuannya percaya bahwa Kian putranya tak akan mungkin berani berbuat sesuatu yang jahat.

Kian terus fokus menatap Ratu Patricia dan Cattleya yang berada di depannya. Tiba-tiba dengan gerakan cepat ia mengepakkan sayapnya, bergerak menuju Cattleya dan siap menerkam Cattleya. Cattleya yang mendapat serangan mendadak seperti itu tak mampu berbuat apa-apa selain memejamkan mata dan meringkuk di belakang tubuh ibunya.

“BrruuKkkk...!!!” Kian menabrak seseorang yang sigap berdiri melindungi Cattleya dengan merentangkan sayapnya sambil menatapnya. Cakar-cakar tajamnya menerkam kedua lengan sayap seseorang yang tak lain adalah Ratu Patricia, ibunya, hingga membuat kedua lengan sayap itu berdarah tertancap cakar-cakar Kian.

Dengan gerakan cepat, Ratu Patricia merubah keadaan. Kedua sayap lebarnya merengkuh tubuh Kian dan membawanya dalam dekapannya. Kian pun meronta berusaha lepas dari dekapan itu. Namun, dengan sekuat tenaga Ratu Patricia tetap mendekap putranya itu. Dan menempelkan telinga Kian pada dadanya.

Perlahan, dengan lembut Ratu Patricia melantunkan syair lagu yang saat awal kehadirannya mampu menyihir siap pun yang mendengarkannya. Kian, yang berada pada posisi paling dekat dengan pemilik suara indah itu, mendadak melemah. Mata merah membara yang sebelumnya menghiasi kedua matanya kini meredup hingga membuat pancaran matanya normal kembali. Rontaan yang sedaritadi ia lakukan juga sudah tak lagi ia lakukan. Ia seperti sudah kehilangan pengaruh jahat Breinewosha. Lantunan syair lagu itu benar-benar membuat Kian tenang. Ia seperti menemukan kenyamanan di sana. Hingga akhirnya membuat Kian tak sadarkan diri.

Finnick menatap tak percaya. Bagaimana mungkin kekuatan Breinewosha bisa terkalahkan oleh hanya lantunan syair lagu seperti itu? Tapi, ia tak kehilangan akal. Bukan Finnick namanya jika ia hanya berdiam diri menghadapi situasi tak mendukung seperti itu. Dengan menggunakan kode yang hanya dimengerti oleh kawanan Sungepolia, ia menyerukan agar pasukannya segera menyerang kawanan Fengarimulofia beserta pasukan dari kerajaan Eoghan.

Sungeopolia pun langsung bergerak cepat. Mereka mengepakkan sayapnya dan seketika menyerang kawanan Fengarimulofia dan pasukan dari kerajaan Eoghan.

Mendapat serangan seperti itu, dengan sekuat tenaga Fengarimulofia dan pasukan dari kerajaan Eoghan bersama-sama melawan mereka. Para pangeran Eoghan dengan sigap menggenggam senjatanya masing-masing. Gavin dengan pedangnya, Caddaugh dengan busur panahnya, dan Thomas dengan samurainya. Sementara itu Shane yang masih dalam lindungan Brian di atas kuda yang ditungganginya, sebisa mungkin ia mengurangi rasa ketakutannya. Ia berfikir, ia tak bisa hanya memetingkan rasa takutnya saja sementara teman-temannya yang lain mati-matian mempertahankan hidup.

Sungeopolia terbang di atas para pasukan Eoghan yang menunggangi kudanya masing-masing dengan berbekalkan tombak tajam atau panah.. Mereka membiaskan sayapnya yang seketika menciptakan kobaran api menjilat-jilat seperti semburan naga yang bisa menghanguskan siapa saja bila terkena kobaran panasnyanya. Tentu hal itu menjadi titik keuntungan bagi pasukan Sungeopolia.

Namun, Fengarimulofia yaitu Nicky, Brian, Mark, Frey, dan Viki juga tak bisa terkalahkan begitu saja. Mereka mempunyai cahanya putih yang menyelubungi mereka dan mampu menjadi pelindung dari serangan kobaran api Sungeopolia.

Walaupun Nicky, Brian, Mark, Frey, dan Viki masih anak-anak, mereka pun tak segan melawan satu persatu Sungeopolia yang ukuran tubuhnya lebih besar dari mereka.

“Brian apa yang harus aku lakukan?”

“Cukup pegang aku erat-erat jangan sampai lepas! Ini sangat berbahaya.” Brian memperingatkan dan dijawab anggukan oleh Shane.

Gavin menundukkan kepalanya. Hampir saja ia terkena kobaran api dari Sungeopolia.

Dalam pertempuran sengit itu, telah banyak korban dari pasukan Eoghan yang terkena luka bakar. Bahkan Thomas pun tak luput dari luka itu. Ya, tangan kanan Thomas terkena luka bakar cukup parah. Itu membuatnya tak kuat menggenggam senjatanya sebagai perlindungan. Tapi untung ada Viki, yang selalu melindungi Thomas ketika tiba-tiba ia mendapat serangan mendadak.

Cattleya, gadis pemberani itu benar-benar gesit dalam menghadapi pertempuran seperti itu. Ya, karena dia selama ini hidup sendiri dan harus bisa melindungi dirinya sendiri seolah telah biasa menghadapi musuh yang berbahaya.

“Srreeettt...!!!” selain serangan api tiba-tiba kini serangan anak panah menghujani mereka. Ternyata pasukan Sungeopolia benar-benar sudah menyiapkan untuk pertempuran itu.

“Kau tak apa?” tanya Cattleya pada Mark yang hampir saja terhujam anak panah.

“Sepertinya aku memang harus hati-hati. Agar aku tak terkena panah untuk yang kedua kalinya.” Jawab mark yang menyadari bahwa dia harus lebih berhati-hati karena hanya dia dari Fengarimulofia yang tidak bisa bertransformasi.

“Bagus.” kata Cattleya yang kemudian kembali terbang melanjutkan pertempuran.

Sementara Nicky sepertinya sangat menikmati pertempuran itu. Dia seolah telah menjiwai dengan dirinya yang sudah menjadi Fengarimulofia. Dengan lihai dan santai ia bisa terbang dengan gerakan cepat melawan Sungeopolia. Bahkan tak jarang selain melindungi dirinya sendiri, ia bisa menjadi pelindung bagi semua temannya yang akan terkena serangan Sungeopolia.

Ratu Patricia hanya bisa melihat pertempran itu sambil berlindung di balik semak bersama Kian yang tak sadarkan diri. Sebenarnya ingin sekali ia membantu, namun ia kini tak bisa terbang. Sayapnya mendadak melemah. Kedua lengan sayapnya yang terkena cengkeraman Kian tadi hingga membuat berdarah, benar-benar sulit untuk digerakkan. Cengkeraman itu seperti sebuah racun untuknya. Padahal biasanya sayap itu tak akan berpengaruh walaupun terkena luka separah apa pun.

“ Sreeetttt.....” tiba-tiba sebuah anak panah bergerak cepat menuju semak-semak di mana Ratu Patricia berada di sana.

Tapi dengan segera seseorang menepisnya dan anak panah itu menancap ke sebuah pohon besar yang berada di sampingnya.

“ Raja....!!!” teriak Brian yang membuat semua mata tertuju pada sosok Raja Kevinlaughly yang tiba-tiba datang di tengah-tengah pertempuran sengit itu.


====To Be Continued====