By: Arum Ningdyah
Tapi, mata Mark tiba-tiba melebar dan berteriak, "AYAH !"
"Apa ?" Kian dan kawan-kawan bertanya tak percaya
"Semua ayo kesana ! Aku yakin itu adalah prajurit kerajaan ayahku !"
Lalu Mark pun terbang ke arah yang ia tunjuk tadi,
"Semua ! Ikuti Pangeran Mark !" Gavin memberi perintah dan mereka semua mengikutinya dari belakang.
"Ayah !" Mark sekali lagi berteriak
"Mark?? Itukah kau, Nak??" Jawab seorang lelaki tinggi di atas kuda coklat yang gagah
Itu adalah Raja Oliveraugh. Raja kerajaan Feehilan. Ayah dari pangeran Mark. Dia datang bersama pasukannya. Mark terbang merendah. Dia lalu mendarat. Perlahan, Mark yang masih berwujud Fengarimolia berjalan mendekati Raja Oliveraugh yang telah turun dari kudanya. Sebuah cahaya putih mengelilingi Mark. Saat, cahaya itu menghilang, wujud Fengarimolia berwarna putih itu telah berubah kembali menjadi seorang pangeran kecil. Mark langsung memeluk ayahnya seakan dia tidak akan melepaskannya. Begitu juga Raja Oliver yang sudah lama tidak berjumpa dengan putranya itu.
“Ini aku, anakmu ayah! Ayah, aku sangat merindukanmu!”
“Aku juga merindukanmu, nak! ”
“Oliver!!” Ratu Patricia terkejut dengan kedatangan kakaknya itu.
“Oliver?! Mark, nama ayah kita berdua sama!” Shane takjub dengan apa yang dilihatnya.
“Sudahlah, Shane! Aku mohon jangan terlalu berlebihan!” kata Kian sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.
“Kenapa wujudmu bisa berubah?? Dan bukankah kamu takut dengan burung??” Raja Oliver bingung dengan transformasi calon penerus kerajaannya itu.
Belum sempat Mark menjelaskan, Caddaugh menunggani kuda menuju tempat mereka.
“Yang mulia, sepertinya kita tidak punya banyak waktu. Pasukan Finnick semakin banyak!” jelas Caddaugh.
“Mark, lebih baik kamu dan anak – anak yang lain bersembunyi! Ini terlalu berbahaya untuk kalian!” perintah Raja Oliver.
“Tapi, paman! Mark dan yang lainnya bisa berubah menjadi Fengarimolia kapan pun mereka suka!” Kian sangat ingin ikut berperang.
“Benar kata paman Oliver, Kian! Sebaiknya kamu pergi bersama Mark, Magy, dan Shane. ” Perintah Gavin.
Raja Oliver menganguk tanda setuju dengan ucapan kakak iparnya itu. Tentu saja dia tidak menginginkan anak – anak itu celaka.
“Kalian lebih baik pergi ke kerajaan Feehilan. Tinggal lah disana sampai keadaan aman.” Raja Oliver menambahkan.
“Tapi, ayah, aku kan bisa berubah menjadi Fengarimolia kapanpun...” Protes Mark.
“Kalian itu masih terlalu kecil untuk berperang! Lebih baik kamu menjaga ibu.” Jelas Gavin.
“Tapi, aku juga bisa menggunakan pedang, kak! Bahkan kak Cattleya pun ikut!!” Kian membantu Mark menjalankan protes.
“Tidak ada tapi!!” kata Gavin dan Raja Oliver hampir bersamaan.
Mark dan Kian menelan ludah mereka. Mereka berdua sudah tidak bisa membantah lagi. Bukan karena mereka berhadapan dengan seorang raja dan seorang calon raja, tetapi karena yang berdiri dihadapan mereka berdua adalah ayah dan kakak masing – masing. Magy, Bryan, Nicky yang sudah kembali dalam wujud mereka semula hanya bisa menelan rasa kecewa mereka.
^^^
Dengan setengah hati, Kian dan Mark mengikuti keinginan raja Oliver dan Gavin. mereka pergi menuju kerajaan Feehilan bersama Shane, dan Magy. Raja Happy Oliver, Ratu Patricia, Caddaugh, dan beberapa pengawal kerajaan Feehilan pun ikut bersama mereka. Mereka berjalan menyusuri hutan menuju kastil kerajaan Feehilan. Kian memperlambat jalannya hingga dia berada di posisi terbelakang.
“Mark, Bryan, Nicky, Shane. Aku punya rencana.” Bisik Kian kepada keempat sahabatnya itu.
Mark, Bryan, Nicky, Shane memperlambat langkah mereka hingga mereka berlima berjalan di baris paling belakang.
“Ada apa, Ki??” Tanya Bryan.
“Bagaimana kalau kita kabur malam ini??”
“Hah, apa maksudmu??” Shane bingung dengan apa yang direncanakan Kian.
“Saat malam tiba dan yang lain beristirahat, kita berlima diam – diam menyelinap keluar. Kita harus membantu ayahku dalam peperangan itu.”
“Kau gila, Kian! Tampaknya Finnick buka cuma mencuci otakmu waktu itu. tetapi juga kewarasanmu!” Nicky kaget mendengar ucapan Kian.
“Tunggu! Kamu bilang berlima?? Bagaimana dengan Magy??” tanya Mark.
“Dia akan tetap bersama rombongan untuk menjaga ibuku dan ayah Shane.”
^^^
KERAJAAN EOGHAN...
Finnick dan Elize sudah menguasai seisi kastil kerajaan Eoghan. Kastil yang tadinya indah itu kini berlumuran darah pasukan kerajaan Eoghan yang gugur dalam pertarungan melawan pasukan Finnick. Tidak ada tanda kehidupan. Semua penghuni yang masih bertahan ditempatkan di penjara bawah tanah. Seorang tentara pasukan Finnick masuk. Dia lalu menuju salah satu sel. Sel itu berisi putri Marie. Dia langsung menarik dengan paksa putri Marie.
“Aw... sakit...” Rintih putri Marie.
“Diam lah, anak manja!!” Bentak tentara itu.
Putri Marie hanya bisa terisak ketakutan dan berharap ayah dan kakak – kakaknya akan segera datang menolongnya.
^^^
HUTAN...
Ketika malam tiba, rombongan yang menuju kerajaan Feehilan memutuskan untuk beristirahat. Ratu Patricia, Raja Happy Oliver, dan Magy langsung terlelap. Sementara itu, Caddaugh dan beberapa tentara lain berjaga disekitar. Kian, Mark, Bryan, Nicky dan Shane duduk menyender pada satu pohon yang sangat besar. Sesuai dengan rencana Kian, mereka berlima pura – pura tertidur sampai tengah malam.
“Nicky, sekarang sudah saatnya!” Kian berbisik pada Nicky yang ada disebelahnya.
Nicky langsung memberi kode ke Shane. Shane lalu mengangguk.
“Ehm... kawan – kawan! Sepertinya aku butuh bantuan.” Bryan berbicara dari belakang pohon dengan suara yang sangat kecil.
Nicky, Kian dan Shane melihat kebelakang pohon dengan perlahan. Ternyata, Mark benar – benar tertidur seperti biasa.
“Dia memang tidak pernah berubah...” Kata Nicky sambil mengeleng – gelengkan kepalanya.
“Ayo kita bangunkan saja dia.” Usul Shane.
“Tidak perlu. Aku punya ide. Kamu masih bisa memindahkan perasaan kantuk kan, Shane??”
Shane menjawab pertanyaan Kian dengan anggukan.
“Pindahkan perasaan kantuk Mark kepada penjaga. Jadi, kita bisa lolos dari kawalan mereka. Seperti yang waktu itu kamu lakukan pada penjaga penjara bawah tanah.” Perintah Kian.
Shane menjalankan perintah Kian. Dan benar saja, 2 orang tentara yang berjaga langsung tertidur dengan pulasnya. Dan pada saat yang bersamaan, Mark terbangun. Dia menguap dengan lebarnya.
“Aku sama sekali tidak menyangka bahwa kekuatanmu sedahsyat itu!” kata Bryan terkagum – kagum.
“Terimakasih, Bry!” Jawab Shane.
“Bukan kekuatan memindahkan rasa kantuk, Shane! Tapi, kekuatan kantuk Mark yang dapat membuat dua orang dewasa tidur pulas separti bayi!”
“Ki, apa rencanamu selanjutnya??” Tanya Nicky.
“Rencanaku... ayo kita pergi!”
Kian memimpin kawan – kawannya itu mengendap – endap meninggalkan tempat peristirahatan mereka. Mark sesekali mengusap matanya dan menguap. Mereka akhirnya berhasil melarikan diri. Setelah jauh...
“Kian, bagaimana rencana penyerangan kita??” tanya Nicky.
“Betul itu, Ki!” Bryan menambahkan.
“Rencana itu sangat penting dalam penyerangan.” Sambung Shane.
“Rencana penyerangan kita adalah kita serang mereka!” Jawab Kian dengan santai.
“Seharusnya aku tahu, orang yang selalu bolos dalam pelajaran strategi perang tidak akan bisa membuat rencana penyerangan.” Gumam Mark.
“Setidaknya aku tidak tidur didalam kelas.” Balas Kian.
“Tunggu, kenapa kita berjalan kaki?! Kita kan bisa terbang kalau berubah menjadi Fengarimolia!” Usul Bryan.
“Tidak, lebih baik kita berjalan kaki. Kalau terbang, musuh justru lebih mudah melihat kita.” Jawab Kian.
Lima laki – laki kecil yang pemberani itu menyusuri hutan. Begitu asiknya mereka berjalan, sampai mereka tidak menyadari ada sepasang mata yang mengikuti perjalanan mereka. Sepasang mata itu milik sesosok makhluk yang bertengger diatas pohon. Sepasang mata yang selalu mengawasi gerak – gerik mereka.
TBC...
Tapi, mata Mark tiba-tiba melebar dan berteriak, "AYAH !"
"Apa ?" Kian dan kawan-kawan bertanya tak percaya
"Semua ayo kesana ! Aku yakin itu adalah prajurit kerajaan ayahku !"
Lalu Mark pun terbang ke arah yang ia tunjuk tadi,
"Semua ! Ikuti Pangeran Mark !" Gavin memberi perintah dan mereka semua mengikutinya dari belakang.
"Ayah !" Mark sekali lagi berteriak
"Mark?? Itukah kau, Nak??" Jawab seorang lelaki tinggi di atas kuda coklat yang gagah
Itu adalah Raja Oliveraugh. Raja kerajaan Feehilan. Ayah dari pangeran Mark. Dia datang bersama pasukannya. Mark terbang merendah. Dia lalu mendarat. Perlahan, Mark yang masih berwujud Fengarimolia berjalan mendekati Raja Oliveraugh yang telah turun dari kudanya. Sebuah cahaya putih mengelilingi Mark. Saat, cahaya itu menghilang, wujud Fengarimolia berwarna putih itu telah berubah kembali menjadi seorang pangeran kecil. Mark langsung memeluk ayahnya seakan dia tidak akan melepaskannya. Begitu juga Raja Oliver yang sudah lama tidak berjumpa dengan putranya itu.
“Ini aku, anakmu ayah! Ayah, aku sangat merindukanmu!”
“Aku juga merindukanmu, nak! ”
“Oliver!!” Ratu Patricia terkejut dengan kedatangan kakaknya itu.
“Oliver?! Mark, nama ayah kita berdua sama!” Shane takjub dengan apa yang dilihatnya.
“Sudahlah, Shane! Aku mohon jangan terlalu berlebihan!” kata Kian sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.
“Kenapa wujudmu bisa berubah?? Dan bukankah kamu takut dengan burung??” Raja Oliver bingung dengan transformasi calon penerus kerajaannya itu.
Belum sempat Mark menjelaskan, Caddaugh menunggani kuda menuju tempat mereka.
“Yang mulia, sepertinya kita tidak punya banyak waktu. Pasukan Finnick semakin banyak!” jelas Caddaugh.
“Mark, lebih baik kamu dan anak – anak yang lain bersembunyi! Ini terlalu berbahaya untuk kalian!” perintah Raja Oliver.
“Tapi, paman! Mark dan yang lainnya bisa berubah menjadi Fengarimolia kapan pun mereka suka!” Kian sangat ingin ikut berperang.
“Benar kata paman Oliver, Kian! Sebaiknya kamu pergi bersama Mark, Magy, dan Shane. ” Perintah Gavin.
Raja Oliver menganguk tanda setuju dengan ucapan kakak iparnya itu. Tentu saja dia tidak menginginkan anak – anak itu celaka.
“Kalian lebih baik pergi ke kerajaan Feehilan. Tinggal lah disana sampai keadaan aman.” Raja Oliver menambahkan.
“Tapi, ayah, aku kan bisa berubah menjadi Fengarimolia kapanpun...” Protes Mark.
“Kalian itu masih terlalu kecil untuk berperang! Lebih baik kamu menjaga ibu.” Jelas Gavin.
“Tapi, aku juga bisa menggunakan pedang, kak! Bahkan kak Cattleya pun ikut!!” Kian membantu Mark menjalankan protes.
“Tidak ada tapi!!” kata Gavin dan Raja Oliver hampir bersamaan.
Mark dan Kian menelan ludah mereka. Mereka berdua sudah tidak bisa membantah lagi. Bukan karena mereka berhadapan dengan seorang raja dan seorang calon raja, tetapi karena yang berdiri dihadapan mereka berdua adalah ayah dan kakak masing – masing. Magy, Bryan, Nicky yang sudah kembali dalam wujud mereka semula hanya bisa menelan rasa kecewa mereka.
^^^
Dengan setengah hati, Kian dan Mark mengikuti keinginan raja Oliver dan Gavin. mereka pergi menuju kerajaan Feehilan bersama Shane, dan Magy. Raja Happy Oliver, Ratu Patricia, Caddaugh, dan beberapa pengawal kerajaan Feehilan pun ikut bersama mereka. Mereka berjalan menyusuri hutan menuju kastil kerajaan Feehilan. Kian memperlambat jalannya hingga dia berada di posisi terbelakang.
“Mark, Bryan, Nicky, Shane. Aku punya rencana.” Bisik Kian kepada keempat sahabatnya itu.
Mark, Bryan, Nicky, Shane memperlambat langkah mereka hingga mereka berlima berjalan di baris paling belakang.
“Ada apa, Ki??” Tanya Bryan.
“Bagaimana kalau kita kabur malam ini??”
“Hah, apa maksudmu??” Shane bingung dengan apa yang direncanakan Kian.
“Saat malam tiba dan yang lain beristirahat, kita berlima diam – diam menyelinap keluar. Kita harus membantu ayahku dalam peperangan itu.”
“Kau gila, Kian! Tampaknya Finnick buka cuma mencuci otakmu waktu itu. tetapi juga kewarasanmu!” Nicky kaget mendengar ucapan Kian.
“Tunggu! Kamu bilang berlima?? Bagaimana dengan Magy??” tanya Mark.
“Dia akan tetap bersama rombongan untuk menjaga ibuku dan ayah Shane.”
^^^
KERAJAAN EOGHAN...
Finnick dan Elize sudah menguasai seisi kastil kerajaan Eoghan. Kastil yang tadinya indah itu kini berlumuran darah pasukan kerajaan Eoghan yang gugur dalam pertarungan melawan pasukan Finnick. Tidak ada tanda kehidupan. Semua penghuni yang masih bertahan ditempatkan di penjara bawah tanah. Seorang tentara pasukan Finnick masuk. Dia lalu menuju salah satu sel. Sel itu berisi putri Marie. Dia langsung menarik dengan paksa putri Marie.
“Aw... sakit...” Rintih putri Marie.
“Diam lah, anak manja!!” Bentak tentara itu.
Putri Marie hanya bisa terisak ketakutan dan berharap ayah dan kakak – kakaknya akan segera datang menolongnya.
^^^
HUTAN...
Ketika malam tiba, rombongan yang menuju kerajaan Feehilan memutuskan untuk beristirahat. Ratu Patricia, Raja Happy Oliver, dan Magy langsung terlelap. Sementara itu, Caddaugh dan beberapa tentara lain berjaga disekitar. Kian, Mark, Bryan, Nicky dan Shane duduk menyender pada satu pohon yang sangat besar. Sesuai dengan rencana Kian, mereka berlima pura – pura tertidur sampai tengah malam.
“Nicky, sekarang sudah saatnya!” Kian berbisik pada Nicky yang ada disebelahnya.
Nicky langsung memberi kode ke Shane. Shane lalu mengangguk.
“Ehm... kawan – kawan! Sepertinya aku butuh bantuan.” Bryan berbicara dari belakang pohon dengan suara yang sangat kecil.
Nicky, Kian dan Shane melihat kebelakang pohon dengan perlahan. Ternyata, Mark benar – benar tertidur seperti biasa.
“Dia memang tidak pernah berubah...” Kata Nicky sambil mengeleng – gelengkan kepalanya.
“Ayo kita bangunkan saja dia.” Usul Shane.
“Tidak perlu. Aku punya ide. Kamu masih bisa memindahkan perasaan kantuk kan, Shane??”
Shane menjawab pertanyaan Kian dengan anggukan.
“Pindahkan perasaan kantuk Mark kepada penjaga. Jadi, kita bisa lolos dari kawalan mereka. Seperti yang waktu itu kamu lakukan pada penjaga penjara bawah tanah.” Perintah Kian.
Shane menjalankan perintah Kian. Dan benar saja, 2 orang tentara yang berjaga langsung tertidur dengan pulasnya. Dan pada saat yang bersamaan, Mark terbangun. Dia menguap dengan lebarnya.
“Aku sama sekali tidak menyangka bahwa kekuatanmu sedahsyat itu!” kata Bryan terkagum – kagum.
“Terimakasih, Bry!” Jawab Shane.
“Bukan kekuatan memindahkan rasa kantuk, Shane! Tapi, kekuatan kantuk Mark yang dapat membuat dua orang dewasa tidur pulas separti bayi!”
“Ki, apa rencanamu selanjutnya??” Tanya Nicky.
“Rencanaku... ayo kita pergi!”
Kian memimpin kawan – kawannya itu mengendap – endap meninggalkan tempat peristirahatan mereka. Mark sesekali mengusap matanya dan menguap. Mereka akhirnya berhasil melarikan diri. Setelah jauh...
“Kian, bagaimana rencana penyerangan kita??” tanya Nicky.
“Betul itu, Ki!” Bryan menambahkan.
“Rencana itu sangat penting dalam penyerangan.” Sambung Shane.
“Rencana penyerangan kita adalah kita serang mereka!” Jawab Kian dengan santai.
“Seharusnya aku tahu, orang yang selalu bolos dalam pelajaran strategi perang tidak akan bisa membuat rencana penyerangan.” Gumam Mark.
“Setidaknya aku tidak tidur didalam kelas.” Balas Kian.
“Tunggu, kenapa kita berjalan kaki?! Kita kan bisa terbang kalau berubah menjadi Fengarimolia!” Usul Bryan.
“Tidak, lebih baik kita berjalan kaki. Kalau terbang, musuh justru lebih mudah melihat kita.” Jawab Kian.
Lima laki – laki kecil yang pemberani itu menyusuri hutan. Begitu asiknya mereka berjalan, sampai mereka tidak menyadari ada sepasang mata yang mengikuti perjalanan mereka. Sepasang mata itu milik sesosok makhluk yang bertengger diatas pohon. Sepasang mata yang selalu mengawasi gerak – gerik mereka.
TBC...